EMPIEMA
A. Pengertian.
Empiema yaitu adanya nanah (pus) alam
rongga/ kavum pleura.
B.Etiologi.
Berasal dari:
1. Pneumonia.
2. Abses paru.
3. Adanya fistel bronkopleura.
4. Bronkiektasis.
5. Tuberculosis paru.
6. Jamur paru.
Infeksi dari luar paru:
1. Trauma dari otak.
2. Pembedahan otak.
3. Torasenteris.
4. Subfrenik abses.
5. Abses hati karena amoeba.
C.Patofisiologi.
Akibat invasi
kuman pyogenik ke pleura timbul peradangan akut, diikuti dengan pembentukan
eksudat serous. Dengan banyaknya sel-sel PMN baik yang hidup atau yang mati,
serta meningkatnya kadar protein, maka cairan menjadi keruh dan kental. Adanya
endapan fibrin akan membentuk kantong-kantong yang melokalisir nanah tersebut.
D. Gejala Klinis.
Perjalanan klinis dibagi 2 stadium
yaitu: akut dan kronis.
1. Empiema akut.
Gejala mirip dengan pneumonia, panas
tinggi, nyeri peuritik apabila stadium ini dibiarkan dalam beberapa minggu akan
timbul toksemia, anemia dan jari tabuh. Jika nanah tidak segera
dikeluarkan akan timbul fistel bronkopleura dan “Empyema nelessitatis”
2.
Empiema kronis.
Batas yang tegas antara akut dan
kronis sukar ditentukan, disebut kronis apabila empiema berjalan lebih dari 3
bulan.
Penderita mengeluh badannya lemah,
kesehatan penderita tampak mundur, pucat dan ada jari tabuh.
E. Diagnostik.
1.Pemeriksaan fisik.
Didapatkan adanya tanda-tanda cairan
disertai pergerakan hemithoraks yang sakit berkurang. Redengar suara redup pada
perkusi. Pada auskultasi, suara napas menurun sampai menghilang di sisi
hemithoraks yang sakit.
2.X foto dada.
Pada foto thorakis PA dan
lateral didapatkan gambaran “opacity” yang menunjukkan adanya cairan dengan
atau tanpa kelainan paru.
3.Aspirasi pleura akan menunjukkan adanya nanah di
dalam kavum pleura. Selanjutnya nanah dipakai untuk bahan pemeriksaan:
sitologi, bakteriologi jamur, amoeba, dilakukan pembiakan (kultur) dan kepekaan
terhadap antibiotika.
F. Penatalaksanaan.
Prinsip pengobatan pada empiema:
1. Pengosongan rongga pleura dari nanah.
a. Aspirasi sederhana.
b. Drainase tertutup.
c. Pemasangan open drainase.
2. Antibiotika.
3. Penutupan rongga pleura.
4. Pengobatan kausal.
5. Pengobatan tambahan dan fisioterapi, untuk
memperbaiki KU.
G. Komplikasi.
Komplikasi yang sering
timbul adalah fistula bronkopleural. Komplikasi lain yang sering terjadi adalah
syok, sepsis, kegagalan jantung kongestif dan otitis media.
H. Diagnosa yang mungkin muncul yaitu.
1. Pola nafas tidak efektif b.d nafas pendek, lendir,
bronkokonstriksi, kelelahan.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan
sekret, batuk tidak efektif.
3. Intoleransi aktifitas b.d berkurangnya suplai
oksigen.
4. Defisit perawatan diri b.d kelelahan.
5. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh b.d anoreksia.
6. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi.
7. PK: anemia.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
NO |
DX. KEPERAWATAN |
NOC |
NIC |
RASIONAL
|
1.
|
Inefektif bersihan jalan nafas.
|
NOC outcome:
-
Status
respiratori: ventilasi.
-
Status
respiratori: kepatenan jalan nafas.
-
Kontrol
aspirasi.
-
Kontrol
respirasi: pertukaran gas.
Klien outcome:
-
Suara nafas
bersih.
-
Bebas
sianosis dan dipsnea.
-
Jalan nafas
paten.
-
Sekret dapat
dikeluarkan.
|
Manajemen jalan nafas.
-
Bersihkan/
suction sekret.
-
Monitor
status respiratori dan oksigenasi.
-
Auskultasi
suara nafas.
-
Berikan
oksigen sesuai program.
-
Atur posisi
klien aman sesuai terapi.
Suctioning jalan nafas.
-
Tentukan
kebutuhan oral/ trakheal suction.
-
Auskultasi
pernafasan sebelum dan sesudah suction.
-
Informasikan
pada klien tentang tindakan suction.
-
Gunakan
peralatan steril setiap kali tindakan suction.
-
Observasi
sekret yang keluar.
Monitoring pernafasan.
-
Monitor
kecepatan, ritme, kedalaman dan sesak nafas.
-
Monitor
pola nafas.
-
Monitor
kepatenan jalan nafas.
|
Memberikan kepastian bahwa bersihan jalan nafas
paten.
Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret
sehingga klien terpenuhi kebutuhan oksigennya.
|
2.
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
|
NOC outcome:
-
Status
nutrisi: intake nutrisi.
-
Kontrol
berat badan.
Klien outcome:
-
BB normal
sesuai TB dan usia.
-
Konsumsi
nutrisi adekuat.
-
Bebas dari
tanda-tanda malnutrisi.
-
Dapat
mengidentifikasikan kebutuhan nutrisi.
-
Mengidentifikasikan
faktor yang mempengaruhi penurunan BB.
|
Manajemen nutrisi.
-
Tentukan
kebutuhan kalori klien.
-
Identifikasi
kemampuan klien memenuhi kebutuhan nutrisi.
-
Pastikan
diet klien sesuai dengan kondisi penyakitnya.
-
Atur gaya
hidup: pola makan klien sesuai diit yang diprogramkan ahli gizi.
-
Berikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi klien.
Monitoring nutrisi.
-
Monitor
kondisi lingkungan saat klien makan.
-
Monitor
kulit, turgor, rambut rontok.
-
Monitor
nausea dan vomiting.
Konseling nutrisi.
-
Bantu klien
mengubah perilaku makannya.
-
Diskusikan
makanan yang disukai dan tidak disukai.
-
Diskusikan
pengetahuan klien dan keluarga tentang nutrisi.
Terapi nutrisi.
-
Anjurkan
klien makan sedikit tapi sering.
-
Pertahankan
kebersihan mulut klien.
|
Mengetahui kebutuhan nutrisi yang diperlukan klien
sesuai dengan diit yang diprogramkan.
Mengetahui terpenuhi tidaknya kebutuhan nutrisi
klien.
Meningkatkan pemahaman klien mengenai nutrisi
dan diitnya.
Meningkatkan upaya pemenuhan nutrisi klien.
|
3.
|
Pola nafas tidak efektif.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
x 24 jam, pola nafas klien baik atau menunjukkan ventilasi yang adekuat
dengan kriteria hasil:
-
Tak ada
dipsnea.
-
Tidak ada
nafas pendek.
-
Tidak ada
retraksi/ penggunaan otot bantu nafas.
|
Monitor pernafasan.
-
Monitor
frekuensi, irama, kedalaman dan usaha respirasi.
-
Perhatikan
pergerakan dada, amati kesimetriasan, penggunaan otot bantu, retraksi otot
supra klavikular dan interkostal.
-
Monitor
bunyi abnormal.
-
Monitor
pola nafas, bradipnea, takipnea, hiperventilasi, dll.
-
Perhatikan
lokasi trakea.
-
Monitor
peningkatan ketidakmampuan istirahat, kecemasan.
-
Perhatikan
perubahan SaO2, CO2, dan nilai GDA.
Pengelolaan jalan nafas.
-
Atur posisi
untuk mengoptimalkan potensial ventilasi dan mengurangi dipsnea.
-
Dukung
untuk bernafas pelan dalam berpindah dan batuk.
-
Lakukan
fisioterapi dada sesuai kebutuhan.
-
Monitor
status pernafasan dan oksigenasi sesuai kebutuhan.
-
Auskultasi
suara nafas.
-
Perkusi
adanya cairan.
-
Bersihkan
sekret dengan mendukung batuk efektif.
|
Mengetahui keabnormalan pengembangan paru dan
kemajuannya.
Memberikan kebersihan jalan nafas paten.
|
4.
|
PK: Anemia
|
Perawat dapat meminimalkan komplikasi anemia
dengan kriteria:
-
Warna kulit
klien normal.
-
Nilai
hematologi dbn.
-
Tidak
mengalami perdarahan.
|
-
Pantau
hitung sel darah merah dan kadar Hct sesuai indikasi.
-
Kolaborasi
medis: pemberian suplemen besi, asam folat serta multivitamin.
-
Hindari
mengambil spesimen darah tidak perlu.
-
Jelaskan
pada klien bagaimana mencegah perdarahan dan anjurkan pakai sikat gigi
lembut.
-
Berikan tranfusi
sesuai indikasi.
|
Mengkaji keparahan anemia.
Zat ini berguna dalam produksi sel darah.
Perdarahan memperparah kondisi anemia.
Diperlukan jika simtomatik.
|
5.
|
PK: Hipoalbumin
|
Perawat dapat meminimalkan komplikasi dengan
kriteria:
-
Kadar Alb:
3,5-5,0 g/ dl
|
-
Monitor KU
klien.
-
Monitor
hasil Albumin.
-
Monitor
keadekuatan nutrisi (protein).
-
Kolaborasi
medis: tranfusi albumin.
-
Kolaborasi
gizi: diit tinggi protein.
-
Observasi
balance cairan.
|
Hipoalbumin menurunkan KU.
Pantau kadar lbumin.
Protein sumber albumin.
Mengatasi penurunan albumin.
Diit tinggi protein meningkatkan albumin.
|
No comments:
Post a Comment