Happy studying, may be useful ...

Dear readers ...
for completeness this blog, we hope the comments that build ... ok thank you :)

" Health is not everything, but whithout health everything is nothing "

Monday, February 25, 2013

EMPIEMA

EMPIEMA

A.    Pengertian.
Empiema yaitu adanya nanah (pus) alam rongga/ kavum pleura.

B.Etiologi.
Berasal dari:

1.      Pneumonia.
2.      Abses paru.
3.      Adanya fistel bronkopleura.
4.      Bronkiektasis.
5.      Tuberculosis paru.
6.      Jamur paru.

Infeksi dari luar paru:

1.      Trauma dari otak.
2.      Pembedahan otak.
3.      Torasenteris.
4.      Subfrenik abses.
5.      Abses hati karena amoeba.


C.Patofisiologi.
Akibat invasi kuman pyogenik ke pleura timbul peradangan akut, diikuti dengan pembentukan eksudat serous. Dengan banyaknya sel-sel PMN baik yang hidup atau yang mati, serta meningkatnya kadar protein, maka cairan menjadi keruh dan kental. Adanya endapan fibrin akan membentuk kantong-kantong yang melokalisir nanah tersebut.


D.    Gejala Klinis.
Perjalanan klinis dibagi 2 stadium yaitu: akut dan kronis.
1.      Empiema akut.
Gejala mirip dengan pneumonia, panas tinggi, nyeri peuritik apabila stadium ini dibiarkan dalam beberapa minggu akan timbul toksemia, anemia dan jari tabuh. Jika nanah tidak segera dikeluarkan akan timbul fistel bronkopleura dan “Empyema nelessitatis
2.      Empiema kronis.
Batas yang tegas antara akut dan kronis sukar ditentukan, disebut kronis apabila empiema berjalan lebih dari 3 bulan.
Penderita mengeluh badannya lemah, kesehatan penderita tampak mundur, pucat dan ada jari tabuh.


E. Diagnostik.
1.Pemeriksaan fisik.
Didapatkan adanya tanda-tanda cairan disertai pergerakan hemithoraks yang sakit berkurang. Redengar suara redup pada perkusi. Pada auskultasi, suara napas menurun sampai menghilang di sisi hemithoraks yang sakit.
2.X foto dada.
Pada foto thorakis PA dan lateral didapatkan gambaran “opacity” yang menunjukkan adanya cairan dengan atau tanpa kelainan paru.
3.Aspirasi pleura akan menunjukkan adanya nanah di dalam kavum pleura. Selanjutnya nanah dipakai untuk bahan pemeriksaan: sitologi, bakteriologi jamur, amoeba, dilakukan pembiakan (kultur) dan kepekaan terhadap antibiotika.

F. Penatalaksanaan.
Prinsip pengobatan pada empiema:
1.      Pengosongan rongga pleura dari nanah.
a.       Aspirasi sederhana.
b.      Drainase tertutup.
c.       Pemasangan open drainase.
2.      Antibiotika.
3.      Penutupan rongga pleura.
4.      Pengobatan kausal.
5.      Pengobatan tambahan dan fisioterapi, untuk memperbaiki KU.

G.    Komplikasi.
Komplikasi yang sering timbul adalah fistula bronkopleural. Komplikasi lain yang sering terjadi adalah syok, sepsis, kegagalan jantung kongestif dan otitis media.

H.    Diagnosa yang mungkin muncul yaitu.
1.      Pola nafas tidak efektif b.d nafas pendek, lendir, bronkokonstriksi, kelelahan.
2.      Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan sekret, batuk tidak efektif.
3.      Intoleransi aktifitas b.d berkurangnya suplai oksigen.
4.      Defisit perawatan diri b.d kelelahan.
5.      Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
6.      Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
7.      PK: anemia.

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

NO

DX. KEPERAWATAN

NOC

NIC

RASIONAL
1.
Inefektif bersihan jalan nafas.
NOC outcome:
-    Status respiratori: ventilasi.
-    Status respiratori: kepatenan jalan nafas.
-    Kontrol aspirasi.
-    Kontrol respirasi: pertukaran gas.
Klien outcome:
-    Suara nafas bersih.
-    Bebas sianosis dan dipsnea.
-    Jalan nafas paten.
-    Sekret dapat dikeluarkan.
Manajemen jalan nafas.
-      Bersihkan/ suction sekret.
-      Monitor status respiratori dan oksigenasi.
-      Auskultasi suara nafas.
-      Berikan oksigen sesuai program.
-      Atur posisi klien aman sesuai terapi.
Suctioning jalan nafas.
-      Tentukan kebutuhan oral/ trakheal suction.
-      Auskultasi pernafasan sebelum dan sesudah suction.
-      Informasikan pada klien tentang tindakan suction.
-      Gunakan peralatan steril setiap kali tindakan suction.
-      Observasi sekret yang keluar.
Monitoring pernafasan.
-      Monitor kecepatan, ritme, kedalaman dan sesak nafas.
-      Monitor pola nafas.
-      Monitor kepatenan jalan nafas.


Memberikan kepastian bahwa bersihan jalan nafas paten.





Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret sehingga klien terpenuhi kebutuhan oksigennya.

2.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
NOC outcome:
-    Status nutrisi: intake nutrisi.
-    Kontrol berat badan.
Klien outcome:
-    BB normal sesuai TB dan usia.
-    Konsumsi nutrisi adekuat.
-    Bebas dari tanda-tanda malnutrisi.
-    Dapat mengidentifikasikan kebutuhan nutrisi.
-    Mengidentifikasikan faktor yang mempengaruhi penurunan BB.
Manajemen nutrisi.
-      Tentukan kebutuhan kalori klien.
-      Identifikasi kemampuan klien memenuhi kebutuhan nutrisi.
-      Pastikan diet klien sesuai dengan kondisi penyakitnya.
-      Atur gaya hidup: pola makan klien sesuai diit yang diprogramkan ahli gizi.
-      Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi klien.
Monitoring nutrisi.
-      Monitor kondisi lingkungan saat klien makan.
-      Monitor kulit, turgor, rambut rontok.
-      Monitor nausea dan vomiting.
Konseling nutrisi.
-      Bantu klien mengubah perilaku makannya.
-      Diskusikan makanan yang disukai dan tidak disukai.
-      Diskusikan pengetahuan klien dan keluarga tentang nutrisi.
Terapi nutrisi.
-      Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.
-      Pertahankan kebersihan mulut klien.
Mengetahui kebutuhan nutrisi yang diperlukan klien sesuai dengan diit yang diprogramkan.








Mengetahui terpenuhi tidaknya kebutuhan nutrisi klien.



Meningkatkan pemahaman klien mengenai nutrisi dan diitnya.





Meningkatkan upaya pemenuhan nutrisi klien.

3.
Pola nafas tidak efektif.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pola nafas klien baik atau menunjukkan ventilasi yang adekuat dengan kriteria hasil:
-      Tak ada dipsnea.
-      Tidak ada nafas pendek.
-      Tidak ada retraksi/ penggunaan otot bantu nafas.
Monitor pernafasan.
-      Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan usaha respirasi.
-      Perhatikan pergerakan dada, amati kesimetriasan, penggunaan otot bantu, retraksi otot supra klavikular dan interkostal.
-      Monitor bunyi abnormal.
-      Monitor pola nafas, bradipnea, takipnea, hiperventilasi, dll.
-      Perhatikan lokasi trakea.
-      Monitor peningkatan ketidakmampuan istirahat, kecemasan.
-      Perhatikan perubahan SaO2, CO2, dan nilai GDA.
Pengelolaan jalan nafas.
-      Atur posisi untuk mengoptimalkan potensial ventilasi dan mengurangi dipsnea.
-      Dukung untuk bernafas pelan dalam berpindah dan batuk.
-      Lakukan fisioterapi dada sesuai kebutuhan.
-      Monitor status pernafasan dan oksigenasi sesuai kebutuhan.
-      Auskultasi suara nafas.
-      Perkusi adanya cairan.
-      Bersihkan sekret dengan mendukung batuk efektif.
Mengetahui keabnormalan pengembangan paru dan kemajuannya.













Memberikan kebersihan jalan nafas paten.
4.
PK: Anemia
Perawat dapat meminimalkan komplikasi anemia dengan kriteria:
-      Warna kulit klien normal.
-      Nilai hematologi dbn.
-      Tidak mengalami perdarahan.
-      Pantau hitung sel darah merah dan kadar Hct sesuai indikasi.
-      Kolaborasi medis: pemberian suplemen besi, asam folat serta multivitamin.
-      Hindari mengambil spesimen darah tidak perlu.
-      Jelaskan pada klien bagaimana mencegah perdarahan dan anjurkan pakai sikat gigi lembut.
-      Berikan tranfusi sesuai indikasi.
Mengkaji keparahan anemia.

Zat ini berguna dalam produksi sel darah.

Perdarahan memperparah kondisi anemia.



Diperlukan jika simtomatik.
5.
PK: Hipoalbumin
Perawat dapat meminimalkan komplikasi dengan kriteria:
-      Kadar Alb: 3,5-5,0 g/ dl
-      Monitor KU klien.
-      Monitor hasil Albumin.
-      Monitor keadekuatan nutrisi (protein).
-      Kolaborasi medis: tranfusi albumin.
-      Kolaborasi gizi: diit tinggi protein.
-      Observasi balance cairan.
Hipoalbumin menurunkan KU.
Pantau kadar lbumin.
Protein sumber albumin.

Mengatasi penurunan albumin.
Diit tinggi protein meningkatkan albumin.

No comments:

Post a Comment