Happy studying, may be useful ...

Dear readers ...
for completeness this blog, we hope the comments that build ... ok thank you :)

" Health is not everything, but whithout health everything is nothing "

Wednesday, December 19, 2012

DENGAN GAGAL NAFAS (BANTUAN VENTILASI MEKANIK)


LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN GAGAL NAFAS
 (BANTUAN VENTILASI MEKANIK)

Pengertian

Kegagalan pernafasan adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi hipoksia, hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbon dioksida arteri), dan asidosis.
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempetahankan oksigenasi.

Penyebab gagal nafas

  1. Penyebab sentral
    1. Trauma kepala : contusio cerebri
    2. Radang otak : encephalitis
    3. Gangguan vaskuler : perdarahan otak , infark otak
    4. Obat-obatan : narkotika, anestesi
  2. Penyebab perifer
    1. Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervical, muscle relaxans
    2. Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
    3. Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS
    4. Kelainan tulang iga/thoraks: fraktur costae, pneumo thorax, haematothoraks
    5. Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri

Patofisiologi

Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis berkontraksi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif .
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan selama inspirasi adalah positif dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thoraks paling positif.

KONSEP LANSIA LANJUT USIA (GERONTIK)


KONSEP LANSIA
LANJUT USIA (GERONTIK)


 Batasan Lansia
Menurut  Organisasi Kesehatan Dunia ,lanjut usia dikelompokkan menjadi:
a.    Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b.    Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun.
c.    Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun
d.   Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun
 Permasalahan Pada Lanjut Usia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia antara lain  (Setiabudhi,1999: 40 - 42):
1.    Permasalahan Umum :
-       Makin besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.
-       Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati.
-       Lahirnya kelompok masyarakat industri.
-       Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
-       Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
2.    Permasalahan khusus :
-       Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial.
-       Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
-       Rendahnya produktivitas kerja lansia.
-       Banyaknya lansia yang miskin, telantar dan cacat.
-       Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik.
-       Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia.

Teori Proses Menua

TONSILITIS


TONSILITIS

A. PENGERTIAN
Tonsilitis adalah suatu inflamasi (peradangan) pada tonsil.

B. PENYEBAB
Penyebab radang akut ini ialah kuman golongan streptokokus B hemolytikus, streptokokus viridans dan streptokokus pyogenes, yang merupakan penyebab pada 50% pada kasus. Sisanya disebabkan oleh infeksi virus yaitu adenovirus, ECHO, virus influenza, serta herpes. Cara infeksinya ialah oleh percikan ludah (droplet infeksi).

C. TANDA DAN GEJALA
Gejala yang sering ditemukan adalah suhu tubuh naik sampai mencapai 40 derajat celsius, rasa lesu, rasa nyeri di sendi, odimofagi, tidak nafsu makan, rasa nyeri di telinga (otalgia), karena nyeri alih (referred pain) melalui nervus glosofaringeus (N IX).
Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, tonsil membengkak, hiperemis, terlihat detritus berbentuk folikel, lakuna atau beberapa membran.

D. PATOFISIOLOGI
Mula-mula terjadi infiltrasi pada lapisan epitel. Bila epitel terkikis, maka jaringan limfoid superfisial mengadakan reaksi, terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Proses ini secara klinis tampak pada kriptur tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas. Suatu tonsilitis akut dengan detritus, yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus itu berdekatan menjadi satu, maka terjadi tonsilitis lakunaris. Bercak detritus yang melebar itu dapat lebih lebar lagi, sehingga terbentuk membran semu (psedomembran).

RETARDASI MENTAL


RETARDASI MENTAL

A. PENGERTIAN
Retaldasi mental adalah suatu gangguan heterogen yang terdiri dari gangguan fungsi dibawah rata-rata dan gangguan dalam ketrampilan adaptif yang ditemukan sebelum orang berusia 18 tahun (Mansjoer,2001)
Retardasi mental adalah fungsi intelektual di bawah rata-rata yang muncul beramaan dengan kurangnya perilaku adatif, awitannya sebelum usia 18 tahun (Wong,2003).
Retaldasi mental mempunyai gambaran khusus, yaitu: (Varcarlois,1999)
  1. Fungsi intelektual di bawah rata-rata (IQ 70 atau lebih rendah)
  2. Defisit atau kerusakan fungsi adatif
  3. Terjadi sebelum usia 18 tahun
Retardasi mental dapat didefinisikan sebagai keterbatasan dalam kecerdasan yang mengganggu adaptasi normal terhadap lingkungan. Hal ini bermanifestasi dengan perkembangan yang abnormal dan berkaitan dengan kesukaan belajar dan  adaptasi social (Sacharin et al,1999)

B. ETIOLOGI
Faktor penyabab retardasi mental adalah:
1.Penyebab prenatal
  • Penyakit kromosom (Trisomi 21 / sindrom down, sindrom fragile-X)
Hal ini mencakup jumlah terbesar dari penyebab genetic dan paling sering adalah trisomi yang melibatkan kromosom tambahan. Misalnya 47 dibandingkan keadaan normal sebesar 46. Misalnya trisomi 17-18 (sindrom E), trisomi 13-15 (sindrom D). Kehilangan parsial atau lengkap dari lengan pendek kromosom 5 juga diketahui sebagai sindrom “ Cri duchat” Kelainan kromosom seks, seperti sindrom klinefelter (XXY), sindrom Turner dan sebagai mosaic, dapat juga berkaitan dengan retardasi mental.
  • Gangguan sindrom
Cacat ditransmisikan melalui gen, sebagai besar diantaranya adalah cacat resesif terkait seks, misalnya sindrom Lowe (sindrom Okuloserebrorenal) dan sindrom Hunter.
  • Irradiasi
Terutama pada kandungan dengan umur kehamilan 2-6 minggu. Pengaruh irradiasi pada janin pada kehamilan muda dapat berupa perubahan mutasi baru pada kromosom atau merusak janin secara langsung, sehingga terjadi malformasi pada bayi yang dilahirkan.
  • Gangguan metabolisme sejak lahir (Feniketonuria)
Gangguan metabolic seperti feniketonuria, galaktosemia, penyakit Tay-Sachs juga disebabkan oleh gangguan autosomal fesesif.

GLOMERULODEFRITIS

GLOMERULODEFRITIS

A.                                  Pengertian
Glomerulonefritis adalah gangguan pada ginjal yang ditandai dengan peradangan pada kapiler glumerolus yang fungsinya sebagai filtrasi cairan tubuh dan sisa-sisa pembuangan.

Pengertian
Glomerulonefritis adalah gangguan pada ginjal yang ditandai dengan peradangan pada kapiler glumerolus yang fungsinya sebagai filtrasi cairan tubuh dan sisa-sisa pembuangan.

B.                                   Etiologi

Glomerulonefritis biasanya terjadi karena reaksi antigen antibodi sekunder dari infeksi streptococcus yang mengenai saluran pernafasan atas atau kulit dan seringkali pada anak-anak usia sekolah. Laki-laki lebih tinggi dari wanita. Kuman penyebab Beta Hemolitic Streptococcus yang sering adalah pharyngitis dan impetigo
Manifestasi klinis :
1.      Riwayat infeksi saluran nafas atas atau otitis media
2.      Hematuria
3.      Proteinuria
4.      Edema
5.      Menurunnya output urin
6.      Renal insuffisiensi (kerja jantung tidak sanggup mengedarkan darah
7.      Hipertensi
8.      Fatigue
9.      Mungkin demam

TUMBUH KEMBANG ANAK


TUMBUH KEMBANG ANAK



  1. PENGERTIAN
Tumbuh adalah proses bertambahnya ukuran/dimensi akibat penambahan jumlah atau ukuran sel dan jaringan interseluler.
Kembang/perkembangan adalah  proses pematangan/maturasi fungsi organ tubuh termasuk berkembangnya kemampuan mental intelegensia serta perlakuan anak.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau keahlian dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses di ferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh organ-organ dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga msing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.

  1. JENIS TUMBUH KEMBANG
    1. Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam bentuk besar dan fungsi organisme individu.
    2. Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi dan kemampuan menangani materi yang bersifat abstrak dan simbolik seperti berbicara,bermain,berhitung dan membaca.
    3. Tumbuh kembang social emosional bergantung kemampuan bayi untuk membentuk ikatan batin,berkasih saying,menangani kegelisahan akibat suatu frustasi dan mengelola rangsangan agresif.

  1. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG
    1. Faktor Genetik
    2. Faktor herediter konstitusional
    3. Faktor lingkungan

ENSEFALITIS


ENSEFALITIS

  
A. Definisi
Ialah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikro-organisme. Terminologi ensefalopati yang dulu dipakai untuk gejala yang sama, tanpa tanda-tanda infeksi sekarang tidak dipakai lagi.

B. Etiologi
Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis, misalnya bakteri, protozoa, spirokaeta namun penyebab utama dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak atau reaksi radang akut karena infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.
Berbagai jenis virus dapat menimbulkan ensefalitis, meskipun gejala klinisnya sama.

C. Gejala klinis
didapatkan suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia. Kesadaran dengan cepat menurun. Anak besar sebelum kesadaran menurun seringkali mengeluh nyeri kepala. Muntah sering ditemukan. Kejang-kejang bersifat umum atau fokal atau hanya twiching saja. Kejang dapat berlangsung berjam-jam. Gejala serebrum yang beranekaragam dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misalnya paresis atau paralisis, afasia dan sebagainya. LCS seringkali dalam batas normal, kadang-kadang ditemukan sedikit peninggian jumlah sel, kadar protein atau glukosa. Pada kelompok ensefalitis pasca infeksi, gejala penyakit primer sendiri dapat membantu diagnosis. EEG sering menunjukkan akufitas listrik yang merendah yang sesuai dengan kesadaran yang menurun.


Sunday, November 18, 2012

HIPOSPADIA


HIPOSPADIA

Definisi
Hipospadia adalah suatu kelainan kongenital dimana meatus eksternus terletak pada posterior penis. Merupakan salah satu dari kelainan kongenital paling sering pada genitalia laki-laki, terjadi pada salah satu dalam 350 kelahiran laki-laki. Hal ini dapat dikaitkan dengan kelainan kongenital lain seperti anomali ginjal, undesensus testikulorum dan penyakit genetik seperti sindroma klinefelter.
            Terdapat berbagai derajat kelainan, tergantung pada posisi meatus uretra. Hal ini mungkin pada glans (hipospadia glanduler), pada korona (hipospadia koronal), pada batang (hipospadia penis), pada sambungan batang dan skrotum (hipospadia penoskrotal) dan pada perineum (hipospadia perineal). Penis biasanya bengkok kebawah yang lebih nyata pada keadaan ereksi.

Etiologi
Penyebab secara jelas dari hipospadia belum diketahui, namun diduga terjadi kesalahan pada trimester 1 yaitu pembentukan embrionik sekitar minggu ke 6-8. Para ahli menyetakan penyebab hipospadia dari berbagai faktor yaitu genetik dan non genetik.
§  Genetik
§  Nongenetik
Faktor lingkungan tidak dianggap sebagai faktor yang menentukan atau yang paling mempengaruhi. Hal tersebut antara lain karena usia marital atau keadaan pada saat konsepsi. Di luar banyak pakar kesehatan menganggap bahwa insidensi tertinggi hipospadia terjadi pada konsepsi pada musim gugur. Analisis lain menyatakan bahwa insidensi hipospadia meningkat pada tingkat sosial ekonomi yang rendah serta usia orang tua yang masih muda saat melakukan konsepsi.
Progestin serta substansi androgen lain juga diduga berkaitan dengan insidensi hipospadia. Ada juga hubungan antara hipospadia dengan penggunaan antikonvulsan pada ibu hamil (termasuk thalidomide). Ada hubungan yang kuat juga dengan rubella pada ibu hamil serta diabetes.

Wednesday, November 7, 2012

GANGGUAN KETIDAKSEIMBANGAN ASAM BASA


GANGGUAN KETIDAKSEIMBANGAN ASAM BASA


Penilaian Sistematik daam Penilaian gangguan asam basa
___________________________________________________________________________
Awali dengan kecurigaan klinis yang tinggi
1.      Teliti  riwayat klinis dari  perjalanan penyakit yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan  asam basa.
·         Ini membutuhkan pengetahuan tentang patogensis dari berbagai gangguan asam basa.
·         Contohnya, asidosis respiratorik mungkin dapat diperkirakan timbul pada penderita penyakit paru obstruksi menahun.
2. Perhatikan tanda dan gejala klinis yang mengarah kepada gangguan asam basa.
·         Sayang sekali, banyak tanda dan gejala dari gangguan asam basa tidak jelas dan non spesifik.
·         Contoh, pernafasan kussmaul pada pasien  diabetes dapat merupakan tanda kompensasi pernafasan terhadap asidosis metabolik.
3. Periksa hasil pemeriksaan laboratorium untuk elektrolit dan data lainnya yang mengarah
    kepada proses penyakit yang berkaitan dengan gangguan asam basa.
·         Contoh, hipokalemia sering berkaitan dengan alkalosis metabolik.
·         Contoh, peningkatan kadar kreatinin serum menunjukkan insufesiensi ginjal dan insufesiensi serta gagal ginjal sering disertai asidosis metabolik.

GANGGUAN KETIDAKSEIMBANGAN ASAM BASA


GANGGUAN KETIDAKSEIMBANGAN ASAM BASA


Penilaian Sistematik daam Penilaian gangguan asam basa
___________________________________________________________________________
Awali dengan kecurigaan klinis yang tinggi
1.      Teliti  riwayat klinis dari  perjalanan penyakit yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan  asam basa.
·         Ini membutuhkan pengetahuan tentang patogensis dari berbagai gangguan asam basa.
·         Contohnya, asidosis respiratorik mungkin dapat diperkirakan timbul pada penderita penyakit paru obstruksi menahun.
2. Perhatikan tanda dan gejala klinis yang mengarah kepada gangguan asam basa.
·         Sayang sekali, banyak tanda dan gejala dari gangguan asam basa tidak jelas dan non spesifik.
·         Contoh, pernafasan kussmaul pada pasien  diabetes dapat merupakan tanda kompensasi pernafasan terhadap asidosis metabolik.
3. Periksa hasil pemeriksaan laboratorium untuk elektrolit dan data lainnya yang mengarah
    kepada proses penyakit yang berkaitan dengan gangguan asam basa.
·         Contoh, hipokalemia sering berkaitan dengan alkalosis metabolik.
·         Contoh, peningkatan kadar kreatinin serum menunjukkan insufesiensi ginjal dan insufesiensi serta gagal ginjal sering disertai asidosis metabolik.

GANGGUAN KETIDAKSEIMBANGAN ASAM BASA


GANGGUAN KETIDAKSEIMBANGAN ASAM BASA


Penilaian Sistematik daam Penilaian gangguan asam basa
___________________________________________________________________________
Awali dengan kecurigaan klinis yang tinggi
1.      Teliti  riwayat klinis dari  perjalanan penyakit yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan  asam basa.
·         Ini membutuhkan pengetahuan tentang patogensis dari berbagai gangguan asam basa.
·         Contohnya, asidosis respiratorik mungkin dapat diperkirakan timbul pada penderita penyakit paru obstruksi menahun.
2. Perhatikan tanda dan gejala klinis yang mengarah kepada gangguan asam basa.
·         Sayang sekali, banyak tanda dan gejala dari gangguan asam basa tidak jelas dan non spesifik.
·         Contoh, pernafasan kussmaul pada pasien  diabetes dapat merupakan tanda kompensasi pernafasan terhadap asidosis metabolik.
3. Periksa hasil pemeriksaan laboratorium untuk elektrolit dan data lainnya yang mengarah
    kepada proses penyakit yang berkaitan dengan gangguan asam basa.
·         Contoh, hipokalemia sering berkaitan dengan alkalosis metabolik.
·         Contoh, peningkatan kadar kreatinin serum menunjukkan insufesiensi ginjal dan insufesiensi serta gagal ginjal sering disertai asidosis metabolik.

GANGGUAN KETIDAKSEIMBANGAN ASAM BASA


GANGGUAN KETIDAKSEIMBANGAN ASAM BASA


Penilaian Sistematik daam Penilaian gangguan asam basa
___________________________________________________________________________
Awali dengan kecurigaan klinis yang tinggi
1.      Teliti  riwayat klinis dari  perjalanan penyakit yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan  asam basa.
·         Ini membutuhkan pengetahuan tentang patogensis dari berbagai gangguan asam basa.
·         Contohnya, asidosis respiratorik mungkin dapat diperkirakan timbul pada penderita penyakit paru obstruksi menahun.
2. Perhatikan tanda dan gejala klinis yang mengarah kepada gangguan asam basa.
·         Sayang sekali, banyak tanda dan gejala dari gangguan asam basa tidak jelas dan non spesifik.
·         Contoh, pernafasan kussmaul pada pasien  diabetes dapat merupakan tanda kompensasi pernafasan terhadap asidosis metabolik.
3. Periksa hasil pemeriksaan laboratorium untuk elektrolit dan data lainnya yang mengarah
    kepada proses penyakit yang berkaitan dengan gangguan asam basa.
·         Contoh, hipokalemia sering berkaitan dengan alkalosis metabolik.
·         Contoh, peningkatan kadar kreatinin serum menunjukkan insufesiensi ginjal dan insufesiensi serta gagal ginjal sering disertai asidosis metabolik.

GANGGUAN KETIDAKSEIMBANGAN ASAM BASA


GANGGUAN KETIDAKSEIMBANGAN ASAM BASA


Penilaian Sistematik daam Penilaian gangguan asam basa
___________________________________________________________________________
Awali dengan kecurigaan klinis yang tinggi
1.      Teliti  riwayat klinis dari  perjalanan penyakit yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan  asam basa.
·         Ini membutuhkan pengetahuan tentang patogensis dari berbagai gangguan asam basa.
·         Contohnya, asidosis respiratorik mungkin dapat diperkirakan timbul pada penderita penyakit paru obstruksi menahun.
2. Perhatikan tanda dan gejala klinis yang mengarah kepada gangguan asam basa.
·         Sayang sekali, banyak tanda dan gejala dari gangguan asam basa tidak jelas dan non spesifik.
·         Contoh, pernafasan kussmaul pada pasien  diabetes dapat merupakan tanda kompensasi pernafasan terhadap asidosis metabolik.
3. Periksa hasil pemeriksaan laboratorium untuk elektrolit dan data lainnya yang mengarah
    kepada proses penyakit yang berkaitan dengan gangguan asam basa.
·         Contoh, hipokalemia sering berkaitan dengan alkalosis metabolik.
·         Contoh, peningkatan kadar kreatinin serum menunjukkan insufesiensi ginjal dan insufesiensi serta gagal ginjal sering disertai asidosis metabolik.

GANGGUAN KETIDAKSEIMBANGAN ASAM BASA


GANGGUAN KETIDAKSEIMBANGAN ASAM BASA


Penilaian Sistematik daam Penilaian gangguan asam basa
___________________________________________________________________________
Awali dengan kecurigaan klinis yang tinggi
1.      Teliti  riwayat klinis dari  perjalanan penyakit yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan  asam basa.
·         Ini membutuhkan pengetahuan tentang patogensis dari berbagai gangguan asam basa.
·         Contohnya, asidosis respiratorik mungkin dapat diperkirakan timbul pada penderita penyakit paru obstruksi menahun.
2. Perhatikan tanda dan gejala klinis yang mengarah kepada gangguan asam basa.
·         Sayang sekali, banyak tanda dan gejala dari gangguan asam basa tidak jelas dan non spesifik.
·         Contoh, pernafasan kussmaul pada pasien  diabetes dapat merupakan tanda kompensasi pernafasan terhadap asidosis metabolik.
3. Periksa hasil pemeriksaan laboratorium untuk elektrolit dan data lainnya yang mengarah
    kepada proses penyakit yang berkaitan dengan gangguan asam basa.
·         Contoh, hipokalemia sering berkaitan dengan alkalosis metabolik.
·         Contoh, peningkatan kadar kreatinin serum menunjukkan insufesiensi ginjal dan insufesiensi serta gagal ginjal sering disertai asidosis metabolik.

PATOFISIOLOGI SEL


PATOFISIOLOGI SEL


1          Batasan

1.1       Patobiologi adalah ilmu yang mempelajari perubahan biologik yang menyimpang, mulai dari sistem sampai molkul, yang disebut abnormal, yang menimbulkan penyakit (Hill, 1980)

1.2       Patologi adalah ilmu tentang penyakit yang menekankan pad deskriptif perubahahn morfologik dari penyakit (Hill, 1980)

1.3       Patofisiolog iadalah ilmu yang mmpelajari tentang penyimpangan atau kelainan fungsi (yang menimbulkan sign dan symptom dari berbagai sindrom penyakit (Lange JD, 1994)



Ada tiga reaksi  tubuh  terhadap jejas dalam rangka mempertahankan homeostasis :
1)    Reaksi pertahanan aktif (active resistence)
2)    Rekasi kekalahan (submissive reaction)
3)    Rekasi penyesuaian (adaptation)

 

RUMUS HITUNG CAIRAN


RUMUS HITUNG CAIRAN
Keadaan normal status cairan dan elektrolit

Air adalah komponen pembentuk tubuh yang paling banyak jumlahnya. Pada orangdewasa kurang lebih 60 % dari berat badan adalah air (air dan elektrolit), 2/3 bagian berada di intrasel, dan 1/3 bagian berada di ekstrasel.
60 % berat badan tubuh adalah :
a.    Cairan intrasel (CIS) 40 % dari berat badan   
b.    Cairan ekstrasel (CES) 20 % dari berat badan yang terdiri dari cairan intravaskuler (plasma) 5 % dari berat badan, dan cairan interstisil 15 % dari berat badan.

Elektrolit utama
a.    Dari CES : Natrium (N = 135 - 147 mEq/liter), Klorida (N = 100 - 106 mEq/liter)
b.    Dari CIS : Kalium (N = 3,5 - 5,5 mEq/liter), Phospat (N = 3 - 4,5 mg/liter)

Secara lebih terperinci kandungan kadar elektrolit dalam tubuh adalah sebagai berikut :

SPONDILITIS


SPONDILITIS

A.   Konsep

1.  Pengertian

Angkilosing Spondilitis adalah suatu bentuk peradangan yang diawali dengan nyeri pada lumbal kemudian menyebar sampai ke seluruh  tulang belakang yang pada akhirnya menyebabkan kekerasan dan kelainan bentuk yang hebat pada tulang belakang dan jaringan terdekat (Thompson,19  , hal 363).
2.    Etio-Patofisiologi
Penyebab dari Angkilosing Spondilitis belum diketahui secara pasti. Diduga adanya trigger (semacam infeksi) yang menimbulkan reaksi dalam sistim imunologi dan menimbulkan respon terhadap peradangan. Penyakit ini terjadi pada usia antara 20-40 tahun dan lebih sering terjadi pada laki-laki.
Patofisiologi

PARKINSON


PARKINSON

A.    Pengertian

Parkinson adalah suatu penyakit kronis yang diakibatkan oleh kelainan neurologis progresif yang menyerang pusat otak yang bertanggung jawab terhadap kontrol dan regulasi gerakan. Terjadi penipisan dopamin dalam substansi nigra dan korpus stratum karena proses degenerasi. Kondisi ini megakibatkan gejala khas bradikinestesia (melambatnya gerakan), tremor, dan rigiditas (kekakuan otot).

B.    Etiologi

Penyebab yang pasti dari penyakit Parkinson (parkinsonism) tidak diketahui. Dalam banyak kasus, penyebabnya adalah idiopathie. Bagaimanapun, gejala atau parkinsonism sekunder berhubungan dengan berbagai gangguan pada sistem saraf seperti bahan beracun, tumor otak di dalam basal ganglia, trauma cerebral, infeksi/peradangan, pengapuran pembuluh darah cerebral, dan induksi obat.
Dua hipotesis yang disebut juga sebagai mekanisme degenerasi neural pada penyakit parkinson ialah : hipotesis radikal bebas dan hipotesis neurotoksin.
1.    Hipotesis radikal bebas
Diduga bahwa oksidasi enzimatik dari dopamin dapat merusak neuron nigrostriatal, karena proses ini menghasilkan hidrogen peroksid dan radikal-oksi lainnya, walaupun ada mekanisme pelindung untuk mencegah kerusakan dari stres oksidatif, namun pada usia lanjut mungkin mekanisme ini gagal.
2.    Hipotesis neurotoksin
Diduga bahwa satu atau lebih macam zat neurotoksin berperan dalam proses neurodegenerasi pada parkinson,n sebagai contoh dikemukakan kemampuan zat MPTP (1-methyl-4phenyl-1,2,3,6-tetrahydropyridine) atau toksin sejenis MPTP yang secara selektif toksik terhadap substansi nigra dan lokus seruleus dan mencetus sindrom yang serupa dengan parkinson pada manusia.

HIDROCEPHALUS



        Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSF) di dalam sistem Ventricular. Ketika  produksi CSF lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem Ventricular.

Patofisiologi

        Untuk memahami perkembangan cairan cerebrospinal (CSF) dari relasi berbagai hubungan yang membentuk Ventricular dan ruang Subarachcoid adalah penting.
        Ventrikel Sirkulasi Cairan mengalir dari cabang sampai ke kamar jantung, melalui Foramen Monro menuju kamar jantung ketiga, tempat ia bergabung dengan cairan yang keluar pada kamar jantung ketiga tersebut. Dari cairan itu mengalir melalui saluran Sylvius menuju kamar jantung keempat tempat banyak cairan dibentuk, kemudian meninggalkan kamar jantung keempat menuju cabang samping foramen luschka dan garis tengah foramen Magendie ke dalam Cisterna Magna. Dari sana ia mengalir ke bagian otak dan diserap oleh beberapa mekanisme yang menghisap antara lain arachnoid villi, sinuses (lubang yang menghubungkan rongga hidung dengan batok kepala, urat darah halus, otak.

Mekanisme Ketidakseimbangan Cairan

        Penyebab Hidrocephalus ada bermacam-macam, tapi akibatnya antara dua :
1).    Rusaknya cairan cerebrospinal
2)     Halangan cairan cerebrospinal menuju sistem ventricular.

HEMATOTORAK




1.      Pengertian
Hematotorak adalah adanya darah pada rongga pleura (Reksoprodjo S, 1995).
Torakotomi adalah tindakan life saving untuk menhentikan kelainan yang terjadi karena pendarahan (Reksoprodjo, S, 1995).
Gagal pernapasan  akut (GPA) adalah tidak berfungsinay pernapsan pada derajad dimana pertukaran gas tidak adekuat untuk mempertahankan gas darah secar adekuat ( Hudak and Gallo, 1994).
2.      Patofisiologi dikaitkan dengan perubahan kebutuhan dasar manusia. Klik disini.

3.      Data fokus
3.1  Aktifitas/istirahat : adanya sesak nafas
3.2  Sirkulasi : adanya takhikardia, frekuensi denyut nadi tidak teratur, tekanan darah menurun, didapatkan adanya S3 atau S4 /irama gallop
3.3  Integritas : ketakutan dan gelisah
3.4  Makanan/cairan : adanya pemasangan infus IV line
3.5  Nyeri/kenyamanan : Nyeri dada unilateral, meningkat bila bernapas dan batuk, wajah berkerut karena menahan nyeri
3.6  Pernapasan : takipnea, peningkatan kerja napas, retraksi interkostal, perkusi pekak, palpasi gerakan dada tidak simetri (paradoksal).
Kulit pucat, sianosis, berkeringat
Penggunaan ventilator mekanik
3.7  Keamanan : riwayat trauma

3. Pemeriksaan diagnostik :
3.1  Sinar x dada menyatakan adanya akumulasi cairan
3.2  Analisa gas darah : PaCO2 meningkat > 45, PaO2 menurun< 80, saturasi oksigen menurun
3.3  Kadar Hb menurun < 10 gr %
3.4  Volume tidak menurun < 500 ml
3.5  Kapasital vital paru menurun

4. Prioritas keperawatan :
1.      Meningkatkan ventilasi dan oksigenisasi secara adekuat
2.      Mencegah komplikasi
3.      Memberikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga
4.      Memberikan informasi tentang proses penyakit dan kebutuhan pengobatan

5.      Rencana keperawatan
5.1  Diagnosa keperawatan : pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan gangguan rasio O2 dan CO2.
Data : perubahan frekuensi nafas, retraksi interkostal, penurunan vital kapasitas paru, takipnea atau henti nafas bila ventilator dihentikan, sianosis, penurunan PO2 < 80, peningkatan CO2 > 45, peningkatan saturasi oksigen, gelisah
Tujuan keperawatan : Pola pernapasan efektif melalui ventilator tanpa adanya penggunaan otot bantu pernapasan
Kriteria hasil : Saturasi oksigen normal, tidak ada hipoksia, kapasital vital normal, tidak ada sianosis
Rencana tindakan :
1.      Selidiki penyebab gagal pernapasan, rasional pemahaman tentang penyebab kegagalan pernapasan penting untuk memberikan perawatan.
  1. Observasi pola napas dan catat frekuensi pernapasan, jarak antara pernapasan spontan dan napas ventilator, rasional pasien dengan pemasanagn ventilator dapat mengalami hiperventilasi/hipoventilasi dan pasien berupaya memperbaiki kekurangan oksigen dengan peningkatan pola pernapasan sehingga frekuensi meningkat.
  2. Auskultasi dada secara periodik, catat bila ada kelainan bunyi pernapasan. Rasional : Memberikan informasi tentang adanya obsturksi jalan nafas, perubahan simetrisitas dada menunjukkan tidak tepatnya letak selang endotrakeal.
  3. Jumlahkan pernapasan pasien selama 1 menit penuh dan bandingkan untuk menyusun frekuensi yang diinginkan ventilator. Rasional : Pernapasan pasien cepat menimbulkan alkalosis respiratorik, sednagkan pernapasan pasien lambat menimbulkan asidosis ( peningkatan PaCO2)
  4. Kembangkan balon selang endotrakeal dengan tepat menggunakan tehnik hambatan minimal, periksa pengembangan tiap 4 jam. Rasional : balon harus tepat mengembang untuk meyakinkan ventilasi adekuat sesuai volume tidak yang diinginkan
  5. Periksa selang bila ada sumbatan/lipatan. Rasional lipatan selang menghambat aliran volume udara adekuat. Adanya air memungkinkan tumbuhkan kuman sehingga pencetus terjadinya kolonisasi kuman.
  6. Periksa fungsi alarm ventilator. Rasional : ventilator mempunyai berbagai alarm sehingga kelainan dini bisa terdeteksi misalnya adanya penurunan tekanan gas, saturasi oksigen, rasio inspirasi dan ekspirasi dsb.
  7. Bantu pasien dalm kontorl pernapasan bila penyapihan diupayakan. Rasional melatih pasien untuk bernapas secara lambat denga cara nafas abdomen dan penggunaan tehnik relaksasi sehingga fungsi pernapasan bisa maksimal.
  8. Kolaborasi untuk pemeriksaan analisa gas darah sesuai pesanan. Rasional untuk mengetahui keberhasilan pemberian bantuan napas.
  9. Kaji volume tidal. Rasional untuk menentukan jumlah udara inspirasi dan ekspirasi
  10. Awasi rasio inspirasi den ekspirasi. Rasional : fase ekspirasi biasanya 2 kali panjangnya dari kecepatan inspirasi.

5.2  Diagnosa keperawatan : tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya sekret pada jalan nafas akibat ketidakmampuan batuk efektif.
Data : Perubahan frekuensi nafas, sianosis, bunyi nafas tidak normal (stridor), gelisah
Tujuan keperawatan : Pasien mampu mempertahankan jalan nafas bersih tanpa ada kelainan bunyi pernapasan.
Kriteria hasil : Tidak ada stridor, frekuensi napas normal
Rencana keperawatan :
  1. Observasi bunyi nafas. Rasional : obstruksi disebabkan adanya akumulasi sekret, spasme bronkus, perlengketran muskosa, dan atau adanya masalah terhadap endotrakeal.
  2. Evaluasi gerakan dada. Rasional : gerakan dada simetris dengan bunyi nafas menunjukkan letak selang tepat. Obstruksi jalan nafas bawah menghasilkan perubahan bunyi nafas seperti ronkhi dan whezing.
  3. Catat bial ada sesak mendadak, bunyi alarm tekanan tinggi ventilator, adanya sekret pada selang. Rasional : pasien dengan intubasi biasanya mengalami reflek batuk tidak efektif.
  4. Hisap lendir, batasi penghisapan 15 detik atau kurang, pilih kateter penghisap yang tepat, isikan cairan garam faali bila diindikasikan. Gunakan oksigen 100 % bila ada. Rasional : penghisapan tidak harus ruitn, dan lamanya harus dibatasi untuk mengurangi terjadinya hipoksia. Diamter kateter < diameter endotrakel.
  5. Lakukan fisioterapi dada sesuai indikasi. Rasional untuk meningkatkan ventilasi pada semua segmen paru dan untuk drainage sekret.
  6. Berikan bronkodilator sesuai pesanan. Rasional untuk meningkatkan ventilasi dan mengencerkan sekret dengan cara relaksasi otot polos bronkus.

5.3  Diagnosa keperawatan : Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan tidak efektifnya bersihan oral.
Tujuan keperawatan : Pasien mampu menunjukkan kesehatan mukosa mulut dengan tepat tanpa adanya tanda peradangan.
Kriteria hasil : Tanda peradangan mukosa mulut tidak ada, mulut bersih dan tidak berbau.
Rencana tindakan :
1.      Observasi secara rutin rongga mulut, gigi, gusi terhadap adanya luka atau pendarahan. Rasional : identifikasi dini memberikan kesempatan untuk pencegahan secara tepat.
  1. Berikan perawatan mulut secara rutin. Rasional : Mencegah adanya luka membran mukosa mulut dan menurunkan media pertumbuhan bakteri dan meningkatkan kenyamanan.
  2. Ubah posisi selang endotrakeal sesuai jadual. Rasional : menurunkan resiko luka pada bibir dan membran mukosa mulut.
  3. Berikan minyak bibir. Rasional: mempertahankan kelembaban dan mencegah kekeringan.
5.4  Diagnosa keperawatan : perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan kemampuan mencerna.
Data : penurunan berat badan, tonus otot lemah, peradangan pada mulut, bunyi usus lemah.
Tujuan keperawatan : Kebutuhan nutrisi cukup
Kriteria hasil : berat badan naik, albumin serum normal, tonus otot kuat
Rencana keperawatan :
1.      Evaluasi kemampuan makan. Rasional : pasien dengan selang endotrakeal harus terpenuhi kebutuhan makannya melalui parenteral atau selang makan.
  1. Observai penurunan kekuatan otot dan kehilangan lemak subkutan. Rasional : penurunan jumlah komponen gizi mengakibatkan penurunan cadangan energi pada otot dan dapat menurunkan fungsi otot pernapasan.
  2. Timbang berat badan bila memungkinkan. Rasional untuk mengetahui bahwa kehilangan berat badan 10 % merupakan abnormal.
  3. Catat masukan oral bila memungkinkan
  4. Berikan masukan cairan sedikitnya 2500 cc/ hari. Rasional : untuk mencegah adanya dehidrasi.
  5. Awasi pemeriksaan laboratorium : serum, glukosa, dan BUN/kreatinin. Rasional : memberikan informasi tentang dukungan nutrisi adekuat atau tidak.

5.5  Diagnosa keperawatan : resiko terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.
Tujuan keperawatan : pasien menunjukkan tidak terdapat adanya tanda infeksi selama perawatan.
Kriteria hasil : daya tahan tubuh meningkat, diff. Count normal, penurunan monosyt tidak ada, lekosit normal : >10.000/mm
Rencana keperawatan :
1.      Catat faktor resiko terjadinya infeksi. Rasional : faktor yang menyebabkan adanya infeksi antara lain; malnutrisi, usia, intubasi, pemasangan ventilator lama, tindakan invasif. Faktor ini harus dibatasi/diminimalkan.
  1. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan. Rasional untuk mengurangi sekunder infeksi
  2. Pertahankan hidrasi adekuat dan nutrisi. Rasional, membantu peningkatan daya tahan tubuh.
  3. Kolaborasi dengan pemberian antibitika sesuai pesanan. Rasional : untuk membunuh dan mengurangi adanya kuman.
5.6  Diagnosa keperawatan : resiko tinggi disfungsi respons penyapihan ventilator berhubungan dengan ketidak mampuan untuk penyapihan.
Tujuan perawatan : pasien mampu aktip untuk berpartisipasi dalam proses penyapihan.
Kriteria hasil : tanga gagal nafas tidak ada
Rencana keperawatan :
  1. Kaji faktor fisik dalam proses penyapihan : vital sign. Rasional : penyapihan adalah kerja keras, peningkatan suhu indikasi peningkatan kebutuhan oksigen 7 %, takikardia dan hipertensi menandai jantung kerja keras dalam bekerja sehingga penyapihan tidak diperbolehkan, stres dalam penyapihan mengurangi stamina sehingga daya tahan tubuh menurun.
  2. Tentukan persipan psikologis. Rasional : penyapihan menimbulkan stress.
  3. Jelaskan tehnik penyapihan. Rasional : membantu pasien untuk siap mengadapi penyapihan.
  4. Berikan periode istirahat tanpa gangguan. Rasional : memaksimalkan energi untuk proses penyapihan.
  5. Catat kemajuan pasien. Rasonal : untuk mengetahui perkembangan dalam proses penyapihan.
  6. Awasi respons terhadap aktivitas. Rasional : kebutuhan oksigen berlebih bila aktifitas berlebih.
  7. Kaji foto dada dan analisa gas darah. Rasional : saturasi oksigen harus memuaskan dengan cek analisa gas darah, FIO2 < 40 %


Daftar pustaka

Hudak and Gallo, (1994), Critical Care Nursing, A Holistic Approach, JB Lippincott company, Philadelpia.

Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta.

Reksoprodjo Soelarto, (1995),  Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,  Binarupa Aksara, Jakarta.

Suddarth Doris Smith, (1991), The lippincott Manual of Nursing Practice, fifth edition, JB Lippincott Company, Philadelphia.









Indikasi ventilasi mekanik:

Parameter

Nilai

Tindakan

Frekuensi pernapasan



Kapasitas vital

Tekanan inspirasi

Analisa gas darah :
Ph


PaCo2



PaO2

Auskultasi paru

Irama dan frekuensi jantung

Status mental
< 10 x/mt
16-20 x/mt
28-40 x/mt

< 10-20 ml

< 20 cm H2O


< 7.25


>50 mmHg



<50 mmHg

tidak ada bunyi

120 x/mt

delirium, somnolen
Evaluasi dan hilangkan etio.
Normal
Rencanakan ventilator

Lihat AGD




Evaluasi dan kombinasi dengan peningkatan PaCO2

Evaluasi dikombinasi dengan penurunan Ph

Evaluasi dikombinasi dengan Ph dan PCO2

Beri oksigen 100 %

Monitor disritmia

Monitor kemungkinan kejang hipoksia


Standar pengesetan ventilator :
1.      Fraksi oksigen ( Fi O2) inspirasi 100 %
2.      VT = 10-15 ml/KgBB
3.      Frekuensi pernapasan = 10-15 x/menit
4.      Aliran inspirasi = 40-60 l/dt
5.      Sensitivitas = -2 cm H2O
6.      Tekanan ekspirasi akhir positif ( TEAP) = 0-5 cm

Pengesetan ditentukan oleh AGD

Jumlah oksigen yang diberikan dengan rumus : CJ x ( 1,34. Hb.SaO2 + 0,003 . PaO2)

Kriteria Penyapihan :
1.      Kapasitas vital = 10-15 cc/Kg
2.      VT = 4-5 cc/Kg
3.      Ventilasi per menit = 6-10 liter
4.      Kekuatan inspirasi = 20 cm H2O
5.      GDA normal
6.      Selang endotrakeal
7.      ; di atas karina pada foto rongent, diameter 8,5 mm
8.      Nutrisi 2000-2500 kal/hari
9.      Kesiapan emosi baik
10.  Tanda fisik stabil.

Indikator penyapihan :
Perbaikan penyebab kegagalan pernapasan, mempertahankan kekuatan otot, nutrisi sesuai, persiapan psikologis.