ENSEFALITIS
A. Definisi
Ialah infeksi jaringan
otak oleh berbagai macam mikro-organisme. Terminologi ensefalopati yang dulu
dipakai untuk gejala yang sama, tanpa tanda-tanda infeksi sekarang tidak
dipakai lagi.
B. Etiologi
Berbagai macam
mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis, misalnya bakteri, protozoa,
spirokaeta namun penyebab utama dan tersering ialah virus. Infeksi dapat
terjadi karena virus langsung menyerang otak atau reaksi radang akut karena
infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.
Berbagai jenis virus dapat
menimbulkan ensefalitis, meskipun gejala klinisnya sama.
C. Gejala klinis
didapatkan suhu yang
mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia. Kesadaran dengan cepat
menurun. Anak besar sebelum kesadaran menurun seringkali mengeluh nyeri kepala.
Muntah sering ditemukan. Kejang-kejang bersifat umum atau fokal atau hanya
twiching saja. Kejang dapat berlangsung berjam-jam. Gejala serebrum yang
beranekaragam dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misalnya paresis
atau paralisis, afasia dan sebagainya. LCS seringkali dalam batas normal,
kadang-kadang ditemukan sedikit peninggian jumlah sel, kadar protein atau
glukosa. Pada kelompok ensefalitis pasca infeksi, gejala
penyakit primer sendiri dapat membantu diagnosis. EEG sering menunjukkan
akufitas listrik yang merendah yang sesuai dengan kesadaran yang menurun.
D. Pemeriksaan penunjang
§ Biakan darah
§ Lumbal punksi, kemungkinan didapat:
-
LCS
jernih
-
Jumlah sel : 0-beberapa ribu sel PMN
-
Protein normal atau naik sedikit
-
Gula normal
-
Kulutr 70-80% (+)
§ Pemeriksaan penunjang:
o
CRP
positif untuk bakteri (namun tidak bisa dinilai pada klien dengan rheumatoid
artritis)
o
Analisa
kimia untuk penderita akut bakteri:
-
kadar
glukosa menurun kurang dari 45 mg/100 cc
-
kadar
Cl menurun kurang dari 700 mg/100 cc
-
kadar
protein naik lebih dari 70 mg/100 cc
-
sebab
virus: kadar glukosa normal dan kadar protein dibawah 100 mg/dl
o
Serologi Ig M, Ig G
o
EEG
: multifokal, pseudokompleks
o
CT
scan kepala: edema otot, tanda bercak tuberkuloma/tuberkel terfokus
E. Komplikasi:
- Retardasi
mental
- Iritabel.
- Gangguan
motorik.
- Epilepsy.
- Emosi
tidak stabil, sulit tidur, halusinasi.
F. Penatalaksanaan
§ Antikonvulsan untuk mengatasi kejang,
tergantung keperluan, biasanya diberikan valium dan atau luminal. Segera
lakukan pemasangan IVFD bila terdapat tanda-tanda dehidrasi
§ Untuk mengatasi hiperpireksia berikan
surface coolling dengan menempatkan es pada permukaan tubuh yang mempunyai
pembuluh darah besar (tepiid songe). Sebagai hibernasi berikan largaktil
2mg/kgBB/hari dan phenergan 4mg/kgBB/hari i.v atau i.m dalam 3x pemberian
§ Pemberian manitol untuk menurunkan
udem otak
§ antibiotika
§ Gizi: peroral bila sadar,
intragastrik bila tak sadar. TKTP
§ Perawatan rutin: pemantauan KU, VS,
intake.
§ Rawat di rumah sakit
§ Bila terdapat peningkatan tekanan
intracranial dapat diberikan manitol 0,5-2g/kgBB iv dalam periode 8-12 jam.
G. Diagnosa Keperawatan yang
mungkin muncul
- Hipertermi
- Ketidakseimbangan
cairan kurang dari kebutuhan tubuh
- Resiko
aspirasi
- Sindrom
kurang perawatan diri
- Cemas
DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta ,
2000
2. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian pasien, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
1999
3. Joyce Engel, Pengkajian Pediatrik, Edisi 2, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta ,
1998
4. Komite Medik RS dr. Sardjito
dan Fakultas Kedokteran UGM, Standar
Pelayanan Medis, buku 2, Gadjah
Mada University ,
1996
5. NANDA, Nursing diagnoses: Definitions and Classification 2001-2002, Philadelphia , 2002
6. Sacharin, Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta ,
1996
7. Staf
pengajar IKA KFUI, Ilmu kesehatan Anak,
Bagian IKA FKUI, 1985
8.
MC.Clokey, J. C Bulechek : Nursing Intervention
Clasifikation (NIC), Mosby st, Louis, 1996.
9.
http://www.
Us.elsevierhealth.com.nursing diagnosis, outcomes and interventions.
No comments:
Post a Comment