PARKINSON
A. Pengertian
Parkinson adalah suatu penyakit
kronis yang diakibatkan oleh kelainan neurologis progresif yang menyerang pusat
otak yang bertanggung jawab terhadap kontrol dan regulasi gerakan. Terjadi
penipisan dopamin dalam substansi nigra dan korpus stratum karena proses
degenerasi. Kondisi ini megakibatkan gejala khas bradikinestesia (melambatnya
gerakan), tremor, dan rigiditas (kekakuan otot).
B. Etiologi
Penyebab yang pasti dari penyakit
Parkinson (parkinsonism) tidak diketahui. Dalam banyak kasus, penyebabnya
adalah idiopathie. Bagaimanapun, gejala atau parkinsonism sekunder berhubungan
dengan berbagai gangguan pada sistem saraf seperti bahan beracun, tumor otak di
dalam basal ganglia, trauma cerebral, infeksi/peradangan, pengapuran pembuluh
darah cerebral, dan induksi obat.
Dua hipotesis yang disebut juga
sebagai mekanisme degenerasi neural pada penyakit parkinson ialah : hipotesis
radikal bebas dan hipotesis neurotoksin.
1. Hipotesis radikal bebas
Diduga bahwa oksidasi enzimatik dari dopamin dapat merusak neuron
nigrostriatal, karena proses ini menghasilkan hidrogen peroksid dan
radikal-oksi lainnya, walaupun ada mekanisme pelindung untuk mencegah kerusakan
dari stres oksidatif, namun pada usia lanjut mungkin mekanisme ini gagal.
2. Hipotesis neurotoksin
Diduga bahwa satu atau lebih macam zat neurotoksin berperan dalam
proses neurodegenerasi pada parkinson,n sebagai contoh dikemukakan kemampuan
zat MPTP (1-methyl-4phenyl-1,2,3,6-tetrahydropyridine) atau toksin sejenis MPTP
yang secara selektif toksik terhadap substansi nigra dan lokus seruleus dan
mencetus sindrom yang serupa dengan parkinson pada manusia.
C. Pathofisiologi
Penyakit parkinson diakibatkan oleh
pembusukan dopaminergik neurons di dalam substansia nigra, bagian dari basal
ganglia yang menhasilkan dan menyimpan neurotransmitter dopamine. Substansi
nigra memainkan suatu peran kritis di dalam extrapyramidal sistem motor, yang
mana bertanggung jawab untuk mengendalikan postur dan koordinasi dan pergerakan
volunter.
Basal ganglia menjadi anggota caudate
nucleus, putamen, dan globus pallidus. Di bawah ini adalah strukturdari nucleus yang Lebih kecil, termasuk, nucleus
yang subthlamic, nukleus merah, dan substansia nigra. Secara normal rangsangan
basal ganglia mengakibatkan perbaikan dari aktivitas motor volunter
melalui keseimbangan neurotransmitters acetylcolin
dan dopamin.
Dopamine, yang mana diproduksi oleh
substansia nigra, diteruskan kepada putamen dan caudate nucleus dan mempunyai
suatu efek yang bersifat mencegah pergerakan. Acetylcholine, yang mana
diproduksi sepanjang seluruh basal ganglia, mempunyai suatu excitatory yang
mempengaruhi pergerakan. Pembusukan substansia nigra mengakibatkan ketidak
seimbangan excitatory acetylcholin dan bersifat mencegah dopamin. Penghabisan
dopamin yang relatif itu mengakibatkan dominasi oleh aktivitas cholinergic,
menimbulkan karakteristik gejala kekakuan otot,
tremor, dan bradykinesia (melambatnya gerakan).
PATHWAY
|
|
|
|
||||||||||||||||||
D. Manifestasi Klinis
1. Tremor
Biasanya merupakan gejala pertama pada paralisis agitans. Tremor
biasanya bermula disatu ekstermitas atas dan kemudian melibatkan ekstermitas
bawah pada sisi yang sama, beberapa waktu kemudian sisi lainnya juga terlibat
dengan urutan yang serupa. Kepala,bibir dan lidah sering tidak terlibat, atau
terlibat pada stadium penyakit yang lanjut. Frekuensi tremor parkinson berkisar
antara 4-7 gerakan pemenit. Tremor terutama timbul bila penderita dalam keadaan
istirahat dan dapat ditekan untuk sementara bila ekstermitas digerakan. Sering
dapat dihentikan sebentar bila diusahakan. Tremor nebjadi bertambah hebat dalam
keadaan emosi dan menghilang bila tidur.
2. Rigiditas
Pada stadium dini, rigiditas otot terbatas pada satu ekstermitas atas,
dan hanya terdeteksi pada gerakan pasif. Biasanya lebih jelas bila pergelangan
di fleksi dan ekstensi secara pasif dan pronasi serta supinasi lengan bawah
secara pasif. Pada stadium lanjut, rigiditas menjadi menyeluruh dan berat
sehingga memberikan tahanan bila persendian-persendian digerakan secara pasif.
Rigiditas merupakan peningkatan jawaban terhadap regangan otot pada
otot antagonis dan agonis.
Salah satu gejala dini dari rigiditas ialah hilangnya gerak asosiasi
lengan bila berjalan.
Meningkatnya tonus otot pada sindrom parkinson disebabkan oleh
meningkatnya aktivitas neuron motorik alfa.
3. Bradikinensia
(gerakan menjadi lamban)
Pada bradikinensia, gerakan voluntar menjadi lamban dan memulai suatu
gerakan menjadi sulit. Didapatkan berkurangnya gerak asosiatif bila berjalan.
Sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lamban mengenakan
pakaian, lambat mengambil suatu obyek. Ekspresi atau mimik muka berkurang
(seolah muka topeng). Bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat.
Gerak halus sewaktu menulis atau mengerjakan benda-benda berukuran kecil
menjadi sulit dan menghilang.
Bradikinensia merupakan hasil dari gangguan integrasi pada impuls
optik, labirin, proprioseptik, dan impuls sensorik lainnya di ganglia basal,
ini mengakibatkan berubahnya aktivitas refleks yang mempengaruhi neuron
motorik, gamma dan alfa.
4. Migrografia
Bila tangan yang dominan yang terlibat, maka tulisan tangan secara
gradual menjadi kecil dan rapat.
5. Sikap
parkinson
Bradikinensia mengakibatkan langkah menjadi kecil, yang khas pada
penyakit parkinson. Pada stadium yang lebih lanjut, sikap penderita dalam
fleksi, kepala difleksi ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung melengkung
ke depan, dan lengan tidak melengkung bila berjalan.
6. Bicara
Rigiditas dan bradikinensia otot pernapasan, pita suara, otot faring,
lidah dan bibir mengakibatkan berbicara atau pengucapan kata-kata yang monoton
dengan volume kecil, yang khas pada penyakit parkinson.
7. Disfungsi
autonom
Dapat terjadi disfungsi autonom karena berkurangnya secara progresif
sel-sel neuron di ganglia simpatis. Ini mengakibatkan keringat berlebihan,
gangguan spingter terutama inkontenesia dan hipotensi ortostatik.
8. Demensia
Penderita penyakit parkinson idiopatik banyak yang menunjukkan
perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya. Disfungsi visuospasial
merupakan defisit kognitif yang sering dilaporkan pada penyakit parkinson.
Gangguan mental ini dapat pula disertai halusinasi visual atau auditoar dan
waham.
E. Komplikasi
F
Gangguan motor
F
Kelemahan gaya berjalan,
keseimbangan dan sikap
F
Dysfungsi Autonomic
F
Dysarthria
F
Dysphagia
F
Dementia
F
Depression
F. Studi Diagnostik Dan Penemuan
Tidak
ada test khusus untuk mendiagnosa penyakit Parkinson, Hasil diagnosa didasarkan
pada riwayat dan pemeriksaan fisik.
F
Rontgen dada : tampak scoliosis
F
Rontgen tengkorak : normal
F
Computed tomography (CT) scan :
normal ( dengan riwayat demensia kronik mungkin tampak atrophy cerebral)
F
Elektroccephalography : normal tau
menunjukkan minimum dan/atau
disorganisasi (ditandai dengan dementia dan bardikinensia, mungkin menunjukkan
moderat sampai menunjukkan tanda dan difusi disorganisasi)
F
Cineradiographic study of
swallowing (menelan) : gambaran abnormal, relaksasi yang tertahan dari otot
cricopharingeal
G. Management Medis
Tujuan
utama perawatan medis adalah mengatasi gejala yang timbul dengan obat-obatan.
Beberapa penatalaksanaan yang sedang dilakukan adalah dengan
neurotransplantantion dari jaringan medula ginjal, tetapi langkah ini
masih dalam tahap persiapan untuk
pengembangannya.
1. Management
Umum
Therapi fisik : untuk
memelihara hubungan mobilitas dan gaya berjalan yang normal.
Ocupational therapi (therapi kerja) : Untuk
menolong pasien berpartisipasi dalam kegiatan sehari hari (ADL).
Therapi suara : Untuk
fasilitas komunikasi
Psychotherapi : Untuk fasilitas pasien menyesuaikan diri secara
alamiah dengan penyakit yang kronis.
2. Therapi
obat-obatan
Peraturan
tentang therapi pharmachologic kompleks dan memerlukan pengetahuan tentang itu
dan pengalaman dari seorang dokter berkwalitas. Beberapa jenis obat dapat
mengurangi gejala penyakit parkinson; anticholenergics, obat anti alergi, obat
dopaminergic, dan dopamine agonists. Sebab efek samping dari beberapa obat
dapat membahayakan, Pemberian obat harus diatur dengan teliti.
Anticholinergics
: (menghalangi efek acetylcholine di dalam CNS; berpengaruh
atas terjadinya tremor dan kekakuan otot tetapi sering efeknya sedikit di dalam mengendalikan
bradykinensia dan masalah keseimbangan); Trihexyphenidyl HCL (artane);
cycrimine (pagitine);procyklidine (kemadrin); hiperiden (Akineton); Benztopine Mesyiate ( Cogentin).
Antihistamin
: (mungkin digunakan untuk tambahan
dengan anticholinergik; mungkin digunakan kombinasi dengan obat yang lebih
kuat); Diphenhidramine ( Benadryl); Orphenadrine ( Disipal).
Antiviral :
(Amantadine-accidentally ditemukan mempunyai efek antiparkinsonism, tindakan
atau mekanisme tepat adalah kontroversi pokok, efek cenderung untuk berkurang
dalam beberapa bulan, mungkin digunakan kombinasi dengan obat lain; Amantadine
HCL (symmetrel).
Tricyclic
Antidepressants : (efektif dalam mengatasi gejala parkinsonian
seperti halnya gejala berhubungan dengan depresi, obat ini menghalangi
pengambilan kembali dopamine dan mempunyai kandungan anticholinergic, sering
digunakan dikombinasi dengan obat lain); imipramine (Tofranil); Amitriptyline
(Elavil).
PENGKAJIAN
Pengkajian
Gejala Awal : kelemahan, kecenderungan
untuk tremor (biasanya hanya satu tangan); melempem atau pengaruh kekakuan dari
otot; hilangnya beberapa guratan ekspresi; mutu suara; pergelangan tangan
cenderung untuk menekuk ke siku ( gejala mungkin berlanjut kepada badan yang
sebelahnya setelah 1-2 tahun)
Tremors : bibir, rahang,
lidah, otot wajah, otot disekitar axila, dan otot anggota gerak, biasanya
berhenti tremor (yang paling nyata ketika beristirahat);tremor waktu menulis,
huruf dalam surat yang ditulis semakin lebih kecil ( micrographia)
Postur tubuh dan kekakuan otot :
langkah menjadi kecil. Pada stadium yang lebih lanjut, sikap penderita dalam
fleksi, kepala difleksi ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung melengkung
ke depan, dan lengan tidak melengkung bila berjalan.
Keseimbangan : Festination (berjalan terseok-seok dengan
langkah kecil); propulsian (posisi tubuh cenderung untuk jatuh kedepan)
retropulsion (posisi tubuh cenderung untuk jatuh ke belakang); Lateropulsion
(posisi tubuh cenderung untuk jatuh kesamping)
Wajah : Muka topeng; berkurang dalam mengejabkan
mata.
Suara :
Pengulangan kalimat tanpa disengaja, berkurangnya amplitudo, lembut, nada datar
cepat.
Gradual dementia : Awal
: lupa ingatan, tidak mampu mengingat peristiwa dengan lengkap, depresi.
Lanjut : cepat marah, paranoid, halusinasi
penglihatan, mata gelap terus terang
Disfungsi autonomic : Peningkatan
pengeluaran sebum, timbul sisik, erupsi eritematus pada kulit (terutama sekali
dengan suara dan alis mata dan kulit kepala dan nasalabial terlipat),
intermitent, diaphoresis yang berlebihan, konstipasi yang lama, ragu-ragu untuk
miksi, hipotensi orthostatik, dysphagia.
Nutrisi : Gangguan menelan, kehilangan BB , kegagalan
otot cricopharingeal untuk relaksasi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Kerusakan mobilisasi fisik b.d
tremor otot dan kekakuan otot, gangguan gaya berjalan dan bradikinensia
D S : Melaporkan ketidakmampuan untuk melakukan
aktifitas harian atau berpartisipasi dalam ADL, otot menjadi spasme dan kaku.
DO : Tremor, berkurangnya pergerakan, bradikinensia,
gangguan gaya berjalan , rigiditas.
2.
Kurang perawatn diri (makan, minum,
berpakaian, higiene) b.d tremor dan gangguan motorik.
D S : Melaporkan ketidakmampuan untuk melakukan
aktifitas harian atau berpartisipasi dalam ADL, otot menjadi spasme dan kaku.
DO : Tremor, berkurangnya pergerakan,
bradikinensia, gangguan gaya berjalan , rigiditas.
3.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d tremor dan rigiditas otot pengunyah, dysphagia dan efek
samping obat.
DS : Melaporkan kesukaran dalam menelan dan
mengunyah, nausea
DO : Tersedak, rigiditas pada otot wajah,
kehilangan BB, dehidrasi, tidak ada selera makan, vomiting
4.
Potensial injuri b.d gangguan gaya
berjalan, rigiditas dan tremor otot, kelemahan kognitif dan hopotensi
orthostatik
DS : Melaporkan sering terjatuh, kesukaran dalam
menjaga keseimbangan.
DO : Gangguan dalam gaya berjalan, tremor,
rigiditas otot, kesulitan dalam membuat keputusan, bingung, hipotensi
orthostatic.
5.
Tidak efektifnya koping individu
b.d depresi, disfungsi akibat perkembangan penyakit.
DS : Melaporkan sulit coping dengan penyakit
DO : Tidak ada selera makan, cepat marah,
insomnia, tidak berminat terhadap aktivitas sosial.
PERENCANAAN
1. Pasien
akan menunjukkan mobilisasi maximum
2. Pasien
akan meningkatkan kemandirian dalam perawatan diri sehari-hari.
3. Pasien
akan menunjukkan kecukupan atau peningkatkan nutrisi sesuai dengan umur dan
ukuran tubuhnya.
4. Pasien
dapat berkomunikasi dengan orang di sekitarnya.
5. Pasien
akan menunjukkan koping yang efektif.
IMPLEMENTASI
Diagnosa
1
1.
Program latihan harian progresif
untuk meningkatkan kekuatan otot, memperbaiki koordinasi dan ketrampilan,
mengurangi kekauan otot dan mencegah kontraktur.
2.
Latihan untuk mobilisasi sendi,
misalnya bersepeda statis, berjalan.
3.
Ajarkan untuk berjalan dengan
postur tegak, memandang kedepan, dan mengurangi kuda-kuda berjalan yang lebar
untuk mencegah jatuh.
4.
Latihan postural melawan
kecendrungan kepala dan leher tertarik kedapan dan menunduk.
5.
Mandi hangat dan masase untuk
membantu merilekskan otot.
Diagosa
2
1.
Ajarkan tentang aktivitas kehidupan
sehari-hari
2.
Modifikasi lingkungan untuk
mengkompensasi terhadap ketidakmampuan fungsional.
Diagnosa
3
1. Tetapkan
rutinitas defikasi regular
2. Tingkatkan
masukan cairan; makanan yang cukup mengandung serat.
3. Berikan
dudukan toilet yang telah ditinggikan untuk memudahkan aktivitas toileting.
Diagnosa
4
1. Permudah
kegiatan menelan dan cegah aspirasi dengan meminta pasien duduk dalam posisi
tegak selama waktu makan.
2. Berikan
diet semipadat dengan cairan kental yang memudahkan untuk ditelan.
3. Ingatkan
pasien untuk menahan kepala agar tetap tegak dan membuat upaya sadar menelan
untuk mengontrol pengumpulan saliva.
4. Pantau
berat badan setiap minggu.
Diagnosa
5
1. Ingatkan
pasien untuk menghadap pada pendengar
2. Pertegas
pelafalan kata-kata
3. Bicara
dalam kalimat pendek
4. Tarik
napas dalam beberapa kali sebelum berbicara.
Diagnosa
6
1. Pertahankan
kepatuhan penuh terhadap program latihan dan berjalan
2. berikan
dorongan semangat dan keyakinan kontinyu
3. bantu
dan berikan dorongan untuk membuat tujuan yang dapat dicapai.
4. Berikan
dorongan untuk melakukan tugas-tugas harian untuk mempertahankan kemandirian.
EVALUASI
1. Mobilisasi
fisik maximum
2. Mandiri
dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Eliminasi
normal
4. Status
nutrisi normal
5. Mekanisme
koping positif.
Pendidikan
kesehatan
1. Jelaskan
kepada pasien dan keluarga penyabab, gejala dan perawatan penyakit parkinson.
2. Ajarkan
kepada pasien dan keluarga nama obat dan dosis, frekuensi, tujuan, dan efek
samping.
3. Nasehati
keluarga bahwa obat harus diminum juga harus makan untuk mengurangi iritasi
lambung dan nausea.
4. Tekankan
perlunya untuk latihan setiap hari dan pentingnya berpartisipasi dalam therapi
fisik.
5. Tekankan
perlunya kalori yang tinggi, diet lunak, instruksikan pasien makan pelan-pelan
dan menggigit makan dengan potongan yang kecil.
6. Ajarkan
pasien dan keluarga perlindungan terhadap keselamatan untuk mencegah jatuh.
7. Motivasi
pasien untuk terlibat dalam aktivitas sosial.
8. Menekankan
arti pentignya rawat jalan yang berkelanjutan (seperti berkunjung ke dokter,
terapi fisik, ocupasi dan terapi suara).
No comments:
Post a Comment