Happy studying, may be useful ...

Dear readers ...
for completeness this blog, we hope the comments that build ... ok thank you :)

" Health is not everything, but whithout health everything is nothing "

Wednesday, November 7, 2012

PARKINSON


PARKINSON

A.    Pengertian

Parkinson adalah suatu penyakit kronis yang diakibatkan oleh kelainan neurologis progresif yang menyerang pusat otak yang bertanggung jawab terhadap kontrol dan regulasi gerakan. Terjadi penipisan dopamin dalam substansi nigra dan korpus stratum karena proses degenerasi. Kondisi ini megakibatkan gejala khas bradikinestesia (melambatnya gerakan), tremor, dan rigiditas (kekakuan otot).

B.    Etiologi

Penyebab yang pasti dari penyakit Parkinson (parkinsonism) tidak diketahui. Dalam banyak kasus, penyebabnya adalah idiopathie. Bagaimanapun, gejala atau parkinsonism sekunder berhubungan dengan berbagai gangguan pada sistem saraf seperti bahan beracun, tumor otak di dalam basal ganglia, trauma cerebral, infeksi/peradangan, pengapuran pembuluh darah cerebral, dan induksi obat.
Dua hipotesis yang disebut juga sebagai mekanisme degenerasi neural pada penyakit parkinson ialah : hipotesis radikal bebas dan hipotesis neurotoksin.
1.    Hipotesis radikal bebas
Diduga bahwa oksidasi enzimatik dari dopamin dapat merusak neuron nigrostriatal, karena proses ini menghasilkan hidrogen peroksid dan radikal-oksi lainnya, walaupun ada mekanisme pelindung untuk mencegah kerusakan dari stres oksidatif, namun pada usia lanjut mungkin mekanisme ini gagal.
2.    Hipotesis neurotoksin
Diduga bahwa satu atau lebih macam zat neurotoksin berperan dalam proses neurodegenerasi pada parkinson,n sebagai contoh dikemukakan kemampuan zat MPTP (1-methyl-4phenyl-1,2,3,6-tetrahydropyridine) atau toksin sejenis MPTP yang secara selektif toksik terhadap substansi nigra dan lokus seruleus dan mencetus sindrom yang serupa dengan parkinson pada manusia.



C.    Pathofisiologi

Penyakit parkinson diakibatkan oleh pembusukan dopaminergik neurons di dalam substansia nigra, bagian dari basal ganglia yang menhasilkan dan menyimpan neurotransmitter dopamine. Substansi nigra memainkan suatu peran kritis di dalam extrapyramidal sistem motor, yang mana bertanggung jawab untuk mengendalikan postur dan koordinasi dan pergerakan volunter.
Basal ganglia menjadi anggota caudate nucleus, putamen, dan globus pallidus. Di bawah ini adalah strukturdari  nucleus yang Lebih kecil, termasuk, nucleus yang subthlamic, nukleus merah, dan substansia nigra. Secara normal rangsangan basal ganglia mengakibatkan perbaikan dari aktivitas motor volunter melalui  keseimbangan neurotransmitters acetylcolin dan dopamin.
Dopamine, yang mana diproduksi oleh substansia nigra, diteruskan kepada putamen dan caudate nucleus dan mempunyai suatu efek yang bersifat mencegah pergerakan. Acetylcholine, yang mana diproduksi sepanjang seluruh basal ganglia, mempunyai suatu excitatory yang mempengaruhi pergerakan. Pembusukan substansia nigra mengakibatkan ketidak seimbangan excitatory acetylcholin dan bersifat mencegah dopamin. Penghabisan dopamin yang relatif itu mengakibatkan dominasi oleh aktivitas cholinergic, menimbulkan karakteristik gejala kekakuan otot,  tremor, dan bradykinesia (melambatnya gerakan).















PATHWAY

Kerusakan mobilitas fisik
 
F  Kurang perawatan diri
F  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tuhuh
 
F  Kerusakan komunikasi verbal
F  Ketidakefektifan koping
 
Konstipasi
 
 


































D.    Manifestasi Klinis

1.    Tremor
Biasanya merupakan gejala pertama pada paralisis agitans. Tremor biasanya bermula disatu ekstermitas atas dan kemudian melibatkan ekstermitas bawah pada sisi yang sama, beberapa waktu kemudian sisi lainnya juga terlibat dengan urutan yang serupa. Kepala,bibir dan lidah sering tidak terlibat, atau terlibat pada stadium penyakit yang lanjut. Frekuensi tremor parkinson berkisar antara 4-7 gerakan pemenit. Tremor terutama timbul bila penderita dalam keadaan istirahat dan dapat ditekan untuk sementara bila ekstermitas digerakan. Sering dapat dihentikan sebentar bila diusahakan. Tremor nebjadi bertambah hebat dalam keadaan emosi dan menghilang bila tidur.
2.    Rigiditas
Pada stadium dini, rigiditas otot terbatas pada satu ekstermitas atas, dan hanya terdeteksi pada gerakan pasif. Biasanya lebih jelas bila pergelangan di fleksi dan ekstensi secara pasif dan pronasi serta supinasi lengan bawah secara pasif. Pada stadium lanjut, rigiditas menjadi menyeluruh dan berat sehingga memberikan tahanan bila persendian-persendian digerakan secara pasif.
Rigiditas merupakan peningkatan jawaban terhadap regangan otot pada otot antagonis dan agonis.
Salah satu gejala dini dari rigiditas ialah hilangnya gerak asosiasi lengan bila berjalan.
Meningkatnya tonus otot pada sindrom parkinson disebabkan oleh meningkatnya aktivitas neuron motorik alfa.
3.    Bradikinensia (gerakan menjadi lamban)
Pada bradikinensia, gerakan voluntar menjadi lamban dan memulai suatu gerakan menjadi sulit. Didapatkan berkurangnya gerak asosiatif bila berjalan. Sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lamban mengenakan pakaian, lambat mengambil suatu obyek. Ekspresi atau mimik muka berkurang (seolah muka topeng). Bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Gerak halus sewaktu menulis atau mengerjakan benda-benda berukuran kecil menjadi sulit dan menghilang.
Bradikinensia merupakan hasil dari gangguan integrasi pada impuls optik, labirin, proprioseptik, dan impuls sensorik lainnya di ganglia basal, ini mengakibatkan berubahnya aktivitas refleks yang mempengaruhi neuron motorik, gamma dan alfa.
4.    Migrografia
Bila tangan yang dominan yang terlibat, maka tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat.
5.    Sikap parkinson
Bradikinensia mengakibatkan langkah menjadi kecil, yang khas pada penyakit parkinson. Pada stadium yang lebih lanjut, sikap penderita dalam fleksi, kepala difleksi ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung melengkung ke depan, dan lengan tidak melengkung bila berjalan.
6.    Bicara
Rigiditas dan bradikinensia otot pernapasan, pita suara, otot faring, lidah dan bibir mengakibatkan berbicara atau pengucapan kata-kata yang monoton dengan volume kecil, yang khas pada penyakit parkinson.
7.    Disfungsi autonom
Dapat terjadi disfungsi autonom karena berkurangnya secara progresif sel-sel neuron di ganglia simpatis. Ini mengakibatkan keringat berlebihan, gangguan spingter terutama inkontenesia dan hipotensi ortostatik.
8.    Demensia
Penderita penyakit parkinson idiopatik banyak yang menunjukkan perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya. Disfungsi visuospasial merupakan defisit kognitif yang sering dilaporkan pada penyakit parkinson. Gangguan mental ini dapat pula disertai halusinasi visual atau auditoar dan waham.

E.    Komplikasi

F  Gangguan motor
F  Kelemahan gaya berjalan, keseimbangan dan sikap
F  Dysfungsi Autonomic
F  Dysarthria
F  Dysphagia
F  Dementia
F  Depression

F.    Studi Diagnostik Dan Penemuan

Tidak ada test khusus untuk mendiagnosa penyakit Parkinson, Hasil diagnosa didasarkan pada riwayat dan pemeriksaan fisik.
F  Rontgen dada : tampak scoliosis
F  Rontgen tengkorak : normal
F  Computed tomography (CT) scan : normal ( dengan riwayat demensia kronik mungkin tampak atrophy cerebral)
F  Elektroccephalography : normal tau menunjukkan  minimum dan/atau disorganisasi (ditandai dengan dementia dan bardikinensia, mungkin menunjukkan moderat sampai menunjukkan tanda dan difusi disorganisasi)
F  Cineradiographic study of swallowing (menelan) : gambaran abnormal, relaksasi yang tertahan dari otot cricopharingeal

G.    Management Medis

Tujuan utama perawatan medis adalah mengatasi gejala yang timbul dengan obat-obatan. Beberapa penatalaksanaan yang sedang dilakukan adalah dengan neurotransplantantion dari jaringan medula ginjal, tetapi langkah ini masih  dalam tahap persiapan untuk pengembangannya.
1.    Management Umum
Therapi fisik  :   untuk memelihara hubungan mobilitas dan gaya berjalan yang normal.
Ocupational therapi (therapi kerja)  :   Untuk menolong pasien berpartisipasi dalam kegiatan sehari hari (ADL).
Therapi suara   : Untuk fasilitas komunikasi
Psychotherapi   : Untuk fasilitas pasien menyesuaikan diri secara alamiah dengan penyakit yang kronis.
2.    Therapi obat-obatan
Peraturan tentang therapi pharmachologic kompleks dan memerlukan pengetahuan tentang itu dan pengalaman dari seorang dokter berkwalitas. Beberapa jenis obat dapat mengurangi gejala penyakit parkinson; anticholenergics, obat anti alergi, obat dopaminergic, dan dopamine agonists. Sebab efek samping dari beberapa obat dapat membahayakan, Pemberian obat harus diatur dengan teliti.
Anticholinergics : (menghalangi efek acetylcholine di dalam CNS; berpengaruh atas terjadinya tremor dan kekakuan otot tetapi sering  efeknya sedikit di dalam mengendalikan bradykinensia dan masalah keseimbangan); Trihexyphenidyl HCL (artane); cycrimine (pagitine);procyklidine (kemadrin); hiperiden (Akineton);  Benztopine Mesyiate ( Cogentin).
Antihistamin : (mungkin digunakan untuk tambahan dengan anticholinergik; mungkin digunakan kombinasi dengan obat yang lebih kuat); Diphenhidramine ( Benadryl); Orphenadrine ( Disipal).
Antiviral : (Amantadine-accidentally ditemukan mempunyai efek antiparkinsonism, tindakan atau mekanisme tepat adalah kontroversi pokok, efek cenderung untuk berkurang dalam beberapa bulan, mungkin digunakan kombinasi dengan obat lain; Amantadine HCL (symmetrel).
Tricyclic Antidepressants : (efektif dalam mengatasi gejala parkinsonian seperti halnya gejala berhubungan dengan depresi, obat ini menghalangi pengambilan kembali dopamine dan mempunyai kandungan anticholinergic, sering digunakan dikombinasi dengan obat lain); imipramine (Tofranil); Amitriptyline (Elavil).



PENGKAJIAN
Pengkajian
Gejala Awal   :   kelemahan, kecenderungan untuk tremor (biasanya hanya satu tangan); melempem atau pengaruh kekakuan dari otot; hilangnya beberapa guratan ekspresi; mutu suara; pergelangan tangan cenderung untuk menekuk ke siku ( gejala mungkin berlanjut kepada badan yang sebelahnya setelah 1-2 tahun)
Tremors         :   bibir, rahang, lidah, otot wajah, otot disekitar axila, dan otot anggota gerak, biasanya berhenti tremor (yang paling nyata ketika beristirahat);tremor waktu menulis, huruf dalam surat yang ditulis semakin lebih kecil ( micrographia)
Postur tubuh dan kekakuan otot : langkah menjadi kecil. Pada stadium yang lebih lanjut, sikap penderita dalam fleksi, kepala difleksi ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung melengkung ke depan, dan lengan tidak melengkung bila berjalan.

Keseimbangan :   Festination (berjalan terseok-seok dengan langkah kecil); propulsian (posisi tubuh cenderung untuk jatuh kedepan) retropulsion (posisi tubuh cenderung untuk jatuh ke belakang); Lateropulsion (posisi tubuh cenderung untuk jatuh kesamping)
Wajah             :   Muka topeng; berkurang dalam mengejabkan mata.
Suara             : Pengulangan kalimat tanpa disengaja, berkurangnya amplitudo, lembut, nada datar cepat.
Gradual dementia  :       Awal : lupa ingatan, tidak mampu mengingat peristiwa dengan lengkap, depresi.
                                     Lanjut : cepat marah, paranoid, halusinasi penglihatan, mata gelap terus terang
Disfungsi autonomic  :   Peningkatan pengeluaran sebum, timbul sisik, erupsi eritematus pada kulit (terutama sekali dengan suara dan alis mata dan kulit kepala dan nasalabial terlipat), intermitent, diaphoresis yang berlebihan, konstipasi yang lama, ragu-ragu untuk miksi, hipotensi orthostatik, dysphagia.
Nutrisi             :   Gangguan menelan, kehilangan BB , kegagalan otot cricopharingeal untuk relaksasi.

DIAGNOSA  KEPERAWATAN
1.         Kerusakan mobilisasi fisik b.d tremor otot dan kekakuan otot, gangguan gaya berjalan dan bradikinensia
D S   :     Melaporkan ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas harian atau berpartisipasi dalam ADL, otot menjadi spasme dan kaku.
DO    :     Tremor, berkurangnya pergerakan, bradikinensia, gangguan gaya berjalan , rigiditas.
2.         Kurang perawatn diri (makan, minum, berpakaian, higiene) b.d tremor dan gangguan motorik.
D S   :     Melaporkan ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas harian atau berpartisipasi dalam ADL, otot menjadi spasme dan kaku.
DO    :     Tremor, berkurangnya pergerakan, bradikinensia, gangguan gaya berjalan , rigiditas.
3.         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tremor dan rigiditas otot pengunyah, dysphagia dan efek samping obat.
DS    :     Melaporkan kesukaran dalam menelan dan mengunyah, nausea
DO    :     Tersedak, rigiditas pada otot wajah, kehilangan BB, dehidrasi, tidak ada selera makan, vomiting
4.         Potensial injuri b.d gangguan gaya berjalan, rigiditas dan tremor otot, kelemahan kognitif dan hopotensi orthostatik
DS    :     Melaporkan sering terjatuh, kesukaran dalam menjaga keseimbangan.
DO    :     Gangguan dalam gaya berjalan, tremor, rigiditas otot, kesulitan dalam membuat keputusan, bingung, hipotensi orthostatic.
5.         Tidak efektifnya koping individu b.d depresi, disfungsi akibat perkembangan penyakit.
DS    :     Melaporkan sulit coping dengan penyakit
DO    :     Tidak ada selera makan, cepat marah, insomnia, tidak berminat terhadap aktivitas sosial.
PERENCANAAN
1.       Pasien akan menunjukkan mobilisasi maximum
2.       Pasien akan meningkatkan kemandirian dalam perawatan diri sehari-hari.
3.       Pasien akan menunjukkan kecukupan atau peningkatkan nutrisi sesuai dengan umur dan ukuran tubuhnya.
4.       Pasien dapat berkomunikasi dengan orang di sekitarnya.
5.       Pasien akan menunjukkan koping yang efektif.
IMPLEMENTASI
Diagnosa 1
1.         Program latihan harian progresif untuk meningkatkan kekuatan otot, memperbaiki koordinasi dan ketrampilan, mengurangi kekauan otot dan mencegah kontraktur.
2.         Latihan untuk mobilisasi sendi, misalnya bersepeda statis, berjalan.
3.         Ajarkan untuk berjalan dengan postur tegak, memandang kedepan, dan mengurangi kuda-kuda berjalan yang lebar untuk mencegah jatuh.
4.         Latihan postural melawan kecendrungan kepala dan leher tertarik kedapan dan menunduk.
5.         Mandi hangat dan masase untuk membantu merilekskan otot.
Diagosa 2
1.         Ajarkan tentang aktivitas kehidupan sehari-hari
2.         Modifikasi lingkungan untuk mengkompensasi terhadap ketidakmampuan fungsional.
Diagnosa 3
1.    Tetapkan rutinitas defikasi regular
2.    Tingkatkan masukan cairan; makanan yang cukup mengandung serat.
3.    Berikan dudukan toilet yang telah ditinggikan untuk memudahkan aktivitas toileting.
Diagnosa 4
1.    Permudah kegiatan menelan dan cegah aspirasi dengan meminta pasien duduk dalam posisi tegak selama waktu makan.
2.    Berikan diet semipadat dengan cairan kental yang memudahkan untuk ditelan.
3.    Ingatkan pasien untuk menahan kepala agar tetap tegak dan membuat upaya sadar menelan untuk mengontrol pengumpulan saliva.
4.    Pantau berat badan setiap minggu.
Diagnosa 5
1.    Ingatkan pasien untuk menghadap pada pendengar
2.    Pertegas pelafalan kata-kata
3.    Bicara dalam kalimat pendek
4.    Tarik napas dalam beberapa kali sebelum berbicara.
Diagnosa 6
1.    Pertahankan kepatuhan penuh terhadap program latihan dan berjalan
2.    berikan dorongan semangat dan keyakinan kontinyu
3.    bantu dan berikan dorongan untuk membuat tujuan yang dapat dicapai.
4.    Berikan dorongan untuk melakukan tugas-tugas harian untuk mempertahankan kemandirian.

EVALUASI
1.    Mobilisasi fisik maximum
2.    Mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3.    Eliminasi normal
4.    Status nutrisi normal
5.    Mekanisme koping positif.


Pendidikan kesehatan
1.    Jelaskan kepada pasien dan keluarga penyabab, gejala dan perawatan penyakit parkinson.
2.    Ajarkan kepada pasien dan keluarga nama obat dan dosis, frekuensi, tujuan, dan efek samping.
3.    Nasehati keluarga bahwa obat harus diminum juga harus makan untuk mengurangi iritasi lambung dan nausea.
4.    Tekankan perlunya untuk latihan setiap hari dan pentingnya berpartisipasi dalam therapi fisik.
5.    Tekankan perlunya kalori yang tinggi, diet lunak, instruksikan pasien makan pelan-pelan dan menggigit makan dengan potongan yang kecil.
6.    Ajarkan pasien dan keluarga perlindungan terhadap keselamatan untuk mencegah jatuh.
7.    Motivasi pasien untuk terlibat dalam aktivitas sosial.
8.    Menekankan arti pentignya rawat jalan yang berkelanjutan (seperti berkunjung ke dokter, terapi fisik, ocupasi dan terapi suara).

No comments:

Post a Comment