Happy studying, may be useful ...

Dear readers ...
for completeness this blog, we hope the comments that build ... ok thank you :)

" Health is not everything, but whithout health everything is nothing "

Wednesday, November 7, 2012

EPILEPSI




PENGERTIAN :
Adalah : Serangan kejang yang terjadi secara episodik, tiba – tiba/ mendadak, hebat, kontraksi dari kelompok musculus skeletal yang tidak terkontrol dan adanya gangguan kesadaran prilaku, sensasi dan fungsi otonomik.

KLASIFIKASI INTERNASIONAL TENTANG EPILEPSI

Nama  tradisional
Nomenclatur baru
*.Fokal motor: Epilepsi Jacksonia
*.Epilepsi psikomotor atau epilepsi lo
   bus temporalis
*.Petitmal
*.Minor motor
*.Grand malp
1.Epilepsi Partial
  * Gejala dasar/simple (tanpa    
     gangguan).
     kesadaran:
·         Dengan.gejala motor
·         Dengan gejala sensori khusus atau somato sensori
·         Dengan gejala autonomikdengan gejala fisik
   *. Gejala kompleks dengan
       gangguan      kesadaran:
·         Gejala serangan parsial yang diikuti dengan gangguan kesadaran dengan tanpa autonomic.
·         Gangguan kesadaran pada saat serangan dengan atau tanpa otomatik.
2.Epilepsi umum (bilateral,simetris
    dan    tanpa serangan local.
v Absence
v Epilepsi  myklonik
v Epilepsi klonik
v Epilepsi Tonik
v EPilepsi tinik – klonik
v Epilepsi atonik
v Epilepsy infantile
 3. Epilepsi yang tidak diklasifikasi
     kanrena data yang tidak lengkap)
 4. Status epileptikus (kejang
      dengan jangka waktu yang lama
      tanpa adanya pemulihan di anta
      ra serangan.



ETIOLOGI     :
1.  Lesi pada rongga otak.
2.  Trauma craniocerebral
3.  Oedema otak
4.  Infeksi
5.  Perubahan degeneratif
6.  Lesi pembuluh darah
7.  Injuri Neuron


PATHOFISIOLOGI
Epilepsi digolongkan sebagai idiophatik atau sebagai akibat dari proses pathologis, racun endogen atau exogen, gangguan metabolik atau demam.Proses pathologik termasuk proses  pemebentukan yang abnormal  (misalnya anomaly pembuluh darah), adanya lesi pada rongga/ruangan (abces otak, tumor, hematom),trauma craniocerebral,edema otak akut, infeksi (misalnya ; emboli, cedera cebrovaskuler, dan perdarahan), dan injuri neuron (misalnya :an oxi akibat defisiensi O2). Substansi toxic endogen (misalnya : uremia) atau substansi exogen seperti medikasi  (misalnya :Phenothiazines), intoxikasi alcohol atau menarik diri secara tiba – tiba  dapat menjadi prespitasi terjadinya epilepsy. Gangguan metabolik (misalnya :ketidak seimbangan elektrolit) dapat menganggu pengiriman/suplai substansi penting seperti: O2, glukosa, atau calsium ke jaringan cerebral yang dapat mengakibatkan kejang. Individu dengan penurunan serabut syaraf sekunder tarjadinya epilepsy. Epilepsi idiophatik yang terjadi penyebabnya tidak dapat diidentifikasi . Pada dasarnya gangguan epilepsy idiophatik  kemungkinan terjadi ketidak seimbangan biochemical. Salah satu agen penyebabnya adalah genetik atau yang didapat secara genetik , bahwa terjadinya epilepsy jarang diprediksi diakibatkan oleh factor keturunan. Hanya ditegaskan bahwa serangan yang terjadi oleh karena diwariskan  maka spikenya :2,5 – 3/5 dan terdapat susunan gelombang EEG atau oleh karena itu factor keturunan atau hereditas kemungkinan beresiko terhadap perkembangannya epilepsi . Faktor lingkungan, misalnya trauma juga berperan penting terhadap  resiko terjadinya serangan. Penyebab yang didapat termasuk proses pathologi, (misalnya infeksi). Trauma yang mengakibatkan  terjadinya lesi epileptogenik, substansi toxik, gangguan metabolik dan febris. Secara tradisional epilepsi telah diklasifikasikan antar lain: Grend mal, Petit mal, psiko motor (lobus temporalis) dan fokal motor  (Jacsonia). Dengan adanya kemajuan tehnologi, manifestasi klinik serangan neurology tidak dapat dimasukan dalam kategori ini. Pada tahun 1969 lembaga atau perserikatan epilepsi internasional  mengklasifikasikan semua tipe serangan yang telah dimodifikasi berdasarkan prinsip pathofisiologi. Serangan partial dimulai dengan aktifitas local dari neuron dan pada umumnya tidak melibatkan secara keseluruhan dari otak, atau gangguan kesadaran/memori pada serangan partial  dengan gejala dasar dimana individu menarik diri termasuk autonomik, sensori atau gejala fokal motor (Jacsonia). Umumnya terjadi pada kontralateral prasentral dengan gejala awal terjadi pada bagian tubuh yang dikontrol oleh otak dan kemudian menyebar  keseluruh anggota badan (ektermitas) kemudian setengah bagian tubuh. Pada serangan akir biasanya terjadi penurunan klonik, gerakan menyentak,aktifitas serangan yang terjadi biasanya pada tangan atau wajah dan berlanjut klonik yang disebut dengan epilepsi partial continue. Gejala sensori serangan partial biasanya tidak umum, tetapi pada awalnya terjadi akibat rangsangan neuron yang berlebihan pada pos sentaral girus. Gejala sensori serangan partial diantaranya matii rasa dan parastesia, serangan autonomik akibat dari rangsangan yang berlebihan pada frontal, temporal,nesial, mata. Serangan ini dimulai dengan gangguan pergerakan usus dimana terjadi nausea,fomitis, tenesmus atau pergesran bowel tiba – tiba. Gejala  partial dengan gejala autonomik jarang ditemukan. Serangan  partial dengan gejala  kompleks, umumnya menimbulkan kehilangan kesadaran. Tipe dari serangan ini termasuk kognitif, afektif dan psichosensori atau gejala psikomotor. Pencetus kejadian serangan ini adalah terjadi dilatasi struktur lobus temporal. Serangan kompleks partial dimulai dengan berbagai tipe aura seperti :ilusi sensori, déjà vu. Individu dapat  mengenal aura atau memori yang hilang pada postical amnesia. Pada serangan kompleks partial EEG abnormal lokasinya pada area temporal atau fronto temporal, termasuk struktur rhinencefalic. Serangan kompleks partial dikarakteristikan oleh prilaku yang tidak pantas/disorentasi baik waktu dan tempat. Automatisme seperti menjilat bibir, berjalan tanpa tujuan,individu dengan tipe serangan ini biasanya tidak ingat akan seranagn tetapi tidak  kehilangan kesadaran secara total. Serangan psiko motor pada anak dapat membingungkan dengan tidak adanya serangan karena kurangnya susunan memori pada lobus temporal pada anak yang baru lahir.Serangan kompleks partial pada anak dapat dibedakan dari absence serangan, karena seranagn psiko motor  terjadi  frekwensinya kurang dan durasinya lama. Serangan umum dimulai secara local tetapi kejadiannya dengan segera akibat kerusakan bilateral dari sistim kortikortikular dan retikulokortikal dari diencepalon. Serangan umum biasanya sifat dasarnya adalah :petit mall (absence) atau grend mal (tonik klonik). Serangan petit mal biasanya mempengaruhi anak setelah berusia  4  tahun dan sebelum pubertas dan walaupun jarang dapat  terjadi pada orang dewasa yaitu usia  70  tahun. Serangan grend mal biasanya tanpa adanya peringatan yang mengikuti susunan pada umumnya :
1.  Fase tonik : kontraksi yang awal dari axial  dan otot ajjerdicular, kehilangan control tubuh, menangis  epilepsy, cianosis, biasanya berakir  2 – 3 menit.
2.  Fase klonik : dikarakteristikkan oleh transisi dari kontraksi tonik kepergerakan klonik cepat yang lateral intermiten. Fase ini menunjukan kearahnya fase yang mengganggu/awal fase tonik.
3.  Fase Postactical : serangan amnesia dan serangan mungkin terjadi kemunduran ingatan. Serangan umum juga mengakibatkan terhentinya general sekunder dari fokal kortikal menjadi general primer. Hal ini mengakibatkan terjadinya kesulitan dalam membedakan antara serangan umum sekunder dari serangan primer. Tonik klonik dimana serangan umum sekunder biasanya menyebar menjadi penyakit cerebral. Status epileptikus terjadi ketika dua atau lebih serangan yang mengikuti tanpa adanya waktu istirahat diantara serangan sampai individu kembali sadar. Stautus epileptikus biasanya disebabkan karena pengobatan yang tidak adekuat. Serangan umum seperti serangan tonik, spasme infantile dan serangan atonik biasanya terjadi selama masa anak – anak dan pada umumnya dihubungkan dengan beberapa tipe yaitu genetic, penyakit perinatal atau penyakit metabolik  otak . Individu dengan mioklonik umum biasanya dikaitkan dengan adanya gangguan fungsi substans retikulor pada arel kortek sensori.
KOMPLIKASI:
1.  Trauma muskulus skletal
2.  Aspirasi
3.  Status Epileptikus
4.  Hipoxia Cerebral
5.  Kematian

STUDI DIAGNOSA DAN PENEMUAN :

Ø  CT.Scen       : adanya perubahan struktur
Ø  MRI                : adanya perubahan struktur
Ø  Skull Xray    : Menunjukan adanya fraktur, perubahan dari kelenjar pineal, erosi
                                tulang, terpisahnya sutura.
Ø  Encloencephalogram: Kemungkinan adanya perubahan struktur otak  bagian   tengah.
Ø  Cerebral angiography: kemungkinan terjadi abnormalitas pada pembuluh darah    dan  mengevaluasi hematom cerebral.
Ø  EEG              : Grand mal :voltagenya cepat pada semua lead,petitmal 3/5 spike   melebar pada semua lead penghantar (lobus temporalis).
Ø  Serum kimia            : Hipoglikemi ketidak seimbangan elektrolit peningkatan BUN,  kadar alcohol darah dan peningkatan enzim hati.

MANAJEMEN  MEDIK:
Manajemen  Umum:
Perlengkapan sucksen dan O2 selalu berada di samping tempat tidur.
    Pencegahan epilepsy :
·         Obat anti convulsant.
·         Diet ketogenik
·         Test serum elektrolit, darah lengkap, fungsi hati.
·         Heparin selalu siap jika terjadi kejang tonik klonik.
    Pembedahan :
·         Eksisi focus epileptogenik
·         Corpus callosotomy
    Therapi Obat :
     Anti convulsan :
·         Grand mal : kejang simpel partia dan kompleks :Phenytoin sodium (dilantin),Phenobarbital sodium carbonazepine (tegretol): valproic acid (depakene), Diazepam (valium) primodone (mysoline).
·         Petit mal seizures :Ethosuximide (Zarontin) chnazepam(klonopin)

ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Gejala dasar epilepsi partial : tanda motor,kontraksi otot yang tidak terkontrol secara berulang. (misalnya: muka, tangan, lengan kiri, jari) dari bagian tubuh. Kemungkinan terbatas suatu bagian tubuh/menyebar ke bagian tubuh ipsilateral.
Proses penyebaranya : mulai dari ibu jari, ketangan kiri, ke lengan kiri, kewajah begian kiri, yang dikenal sebagai gerakan Jacksonion march.
 Manifestasiprilaku:sensori, lusinasi,pendengaran/penglihatan,parastesia, vertigo autonomic dan fisik, sensasi dari deje vu kompleks halusinasi, ilusi, perasaan marah yang tak beralasan atau takut, dilatasi pupil, berkeringat dan kehilangan kesadaran. Gejala kompleks partial: serangan terdiri dari : bagia aura (halusinasi sensori, déjà vu) aktifitas motor  seperti: menggosok bagian tubuh, menjilat bibir,berjalan tanpa tujuan, memilih barang – barang (yang automatisme)
Penampilan aktifitas yang tidak sadar berlebihan: Loc:Episode kehilangan kesadaran ketika kontak dengan lingkungan, Amnesia postictal:Amnestik yang tidak selama serangan, kemungkinan amnestik dari aura.
           
            Epilepsi umum :
Petitmal  :kehilangan kesadaran selama beberapa detik sampai menit, disertai dengan kedipan mata  atau gerakan tangan.

Grend mal: kehilangan kesadaran lebih awal, tubuh kaku pada saat kontraksi tonik ( 5 – 30 detik ) yang menyebabkan apnu, lidah tergigit,autonomic,perubahan pupil, peningkatan HR, tekanan darah, produksi saliva berlebihan. Pada fase klonik berakir  10 – 30 detik, sentakan tangan kuat,relaksasi spinter akibat tidak sadar, kesadaran akan kembali pulih  10   - 30  menit. Klien biasanya bangun dengan keluhan :sakit kepala, letih, tidak ingat lagi terhadap serangan yang terjadi
.Mioklonik : kontraksi dari kelompok otot secara mendadak, singkat, pergerakan ektermitas/ bagian tubuh yang cepat tanpa kehilangan kesadaran.
Tonik : otot – otot berkontraksi dan posisi tubuh dapat terganggu . fase ini berlangsung beberapa detik sampai menit. Tingkat kesadaran biasanya dapat dipertahankan. Kepala dan mata dapat terjadi deviasi pada salah satu sisi.
Spasme Infantil: Kontraksi sangat singkat (biasanya flreksi) dari kedua lengan,leher, dan tubuh serta terjadi retradasi mental.
Katonik: serangan berhenti, kehilangan kesadaran dalam waktu singkat tanpa disertai kontraksi otot tonik.
Serangan unilateral: Klonik, tonik  atau serangan tonik  klonik hanya berpengaruh atau pada satu  sisi tubuh yang pre dominant, kemungkinan dengan/tanpa gangguan kehilangan kesadaran, serangan biasanya tidak simetrik.
Serangan yang tidak dapat diklasifikasi:Aktifitas serangan yang tidak kas.

Pengetahuan :kurang pengetahuan tentang epilepsy , pengobatan.
Kecemasan : adanya tanda – tanda psikologis emosional,tanda koknitif.
Isolasi social: tipe aktifitas yang digunakan dalam hubungan social, identifikasi, teman atau kontak social, aktifitas – aktifitas yang dilakukan pada waktu yang luang.

DIAGNOSA
1.  Resiko tinggi injuri  berhubungan dengan aktifitas serangan.
DS: individu  atau keluarga mempunyai riwayat injuri akibat aktifitas kejang.
DO: Memar, tampak ada tanda – tanda lain ketika terjadi injuri pada masa lalu, aktifitas kejang yang menyebabkan kejang, aspirasi atau tipe lain dari injuri.
2.  Kecemasan  b.d takut terhadap serangan, malu karena epilepsy atau tidak sadar, merasa terancam terhadap konsep diri merasa kehilangan orang lain, perubahan lingkungan dan merasa adanya perubahan status social ekonomi.
Data subyektif: klien mengekspresikan adanya rasa takut terhadap kejang,mengatakan ia malu karena ketidak sadarannya pada saat kejang,mengekspresikan takut kehilangan pekerjaan, atau keluarga dan teman akan meninggalkannya, dan takut berada di rumah sakit.
Data obyektif:Gejala psikologis peningkatan HR, tensi,RR, keringat berlebihan, suara gementa, palpitasi, sulit  tidur dan istirahat.
Tanda emosionalnya: irritability, ketiksabaran, marah, menangis dan menarik diri.
Tanda kognitif:tidak mampu konsentrasi, lupa, dan merenung atau  ngelamun.
3.  Isolasi social b.d  serangan kejang.
Data subyektif: Klien mengekspresikan perasaan menyendiri dan hasrat untuk meningkatkan kontak atau hubungan dengan orang lain.
Data obyektif : sumber sosialnya berkurang, ada rintangan atau halangan untuk melakukan kontak social.

Diagnosa Keperawatan lain berhubungan dengan epilepsy antara lain :
1. Inefektif kebersihan jalan napas b.d aktifitas serangan kejang.
2. Inefektif pola napas b.d aktifitas serangan kejang
3. Gangguan persepsi sensori b.d aktifitas serangan kejang.
4. Koping individu atau keluarga tidak efektif b.d diagnosa epilepsy.

PERENCANAAN :
1.  Penderita akan bebas dari injuri.
2.  Penderita akan mampu menggambarkan pola kecemasaanya dan metode koping serta mekanisme koping efektif yang akan digunakan, Pasien akan menggambarkan peningkatan kenyamanan psikologis individu/pribadi.
3.  Penderita akan mengidentifikasikan penyebab perasaaan terisolir, mendidskusikan bagaimana memulai dan mempertahankan hubungan serta mengidentifikasikan minat atau perhatian terhadap aktifitas.

INTERVENSI
Diagnosa  I :
·         Pertahankan posisi tempat tidur yang rendah atau memasang hek atau rel tempat tidur, selain itu perawat selalu ada disamping klien.
R/ Untuk meminimalkan terjadinya injuri jika klien jatuh dari tempat tidur.
·         Pasang hek tempat tidur setelah pemberian obat penenang dan pada saat  klien kejang.
R/ Untuk mengurangi resiko  klien jatuh dari tempat tidur.
·         Sebelum aktifitas serangan pertahankan tindakan pencegahan kejang: oral air way selalu berada disamping tempat tidur, perlengkapan sukstion dan O2 selalu disamping tempat tidur.
R/ Untuk meningkatkan respon ketika terjadi serangan.
·         Selama  aktifitas serangan pertahankan patennya air way lindungi kepala, Bantu klien turun, jika duduk di kursi, lepaskan pakain yang sempit, jaga privasi, tinggal atau temani klien.
·         Setelah aktifitas serangan pertahankan patennya jalan napas, suction sesuai indikasi, cek tanda – tanda vital dan status neurologist, beri O2 sesuai protocol, orentasikan klien pada lingkungan, tempatkan klien pada posisi yang nyaman, lakukan oral hygiene.
R/ Untuk mencegah  hipoksia dan aspiksia, untuk memonitor respon psikologis klien setelah serangan, untuk mengorentasikan klien ke hal nyata, untuk memberikan kenyamanan, untuk mengurangfi sekeresi oral dan mengecek adanya darah akibat laserasi lidah.

Diagnosa II:
·         Gunakan bahasa yang sederhana, fokuskan pasien pada alam nyata, kurangi volume suara, kurangi atau batasi kontak antara orang yang menyebabkan klien cemas.
R/ Untuk menurunkan stimulasi sensori.
·         Kaji tingkat kecemasan, identifikasi metode koping yang biasa digunakan, Bantu klien dalam mengevaluasi pengobatan, identifikasi adanya alternative – alternative  yang mungkin digunakan dalam metode koping.
R/ Untuk membantu pasien dalam identifikasikan kecemasannya dan mulai memecahkan masalah.
·         Kenali reaksi dan perasaan klien tentang metode koping.
R/ untuk membantu klien membatasi masalah metode koping dan menggantikan metode koping yang adaptif.
·         Konsultasi atau kolaborasi dengan tim kesehatan lain .
R/ Untuk mendapat terapi anti cemas.

Diagnosa  III:
·         Dorong klien untuk mendiskusikan perasaan menyendiri dan Bantu klien mengidentifikasi factor – factor yang mengkontribusi isolasi social.
R/ Hubungan terapiutik sangat diperlukan dalam berienter aksi.
·         Bantu klien dalam melakukan kontak dengan keluarga, teman, dan tetangga .
R/ Kemungkinan dengan melalui telpon, kartu, dapat mengurangi rasa ketergantungan klien.
·         Bantu klien dalam mengidentifikasi aktifitas yang dapat dilaksanakan pada saat menyendiri.
R/ dengan hiburan dapat membantu klien dalam mengisi waktu ketika klien tidak senang melakukan kontak social.
·         Arahkan klien ke kelompok kusus untuk fallow up sesuai kebutuhan.
R/ Untuk menyadarkan klien dengan caranya memulai kontak atau hubungan dengan orang lain.

EVALUASI:
·         Pasien babas dari injuri yang berhubungan dengan serangan, pasien tidak jatuh dan tidak terjadi injuri muskulus skeletal, tidak terjadi hipoksia, aspirasi, pasien dapat menjelaskan bagaimana cara mengurangi resiko injuri.
·         Pasien dapat menggambarkan pola kecemasannya dan metode koping, serta strategi koping yang efektif. Pasien menggambarkan penyebab kecemasan dan metode koping yang digunakan, mengidentifikasikan dan mulai menggunakan alternative metode kopingf yang adaptif, berhubungan dengan penigkatan perasaan psikologis.
·         Pasien dapat mengidentifikasikan mengapa ia   merasa  terisolasi, dan belajar bagaimana memulai, dan mempertahankan hubungan, serta dapat mengidentifikasi aktifitas – aktifitas di waktu luang .
PENDIDIKAN  KESEHATAN
1.  Instruksikan pasien tentang sifat serangan, dan sikap positif yang perlu diadopsi.
2.  Anjurkan klien pentingnya mengekspresikan perasaan seperti : pertengkaran, malu, dan cemas serta takut mitos tentang epilepsi.
3.  Tegaskan klien untuk menghindari prakteksi atau perlindungan yang berlebihan.
4.  Anjurkan klien untuk melanjutkan  pekerjaan dengan normal dan romantis, rutinitas rekreasi, yakinkan pasien bahwa dapat menghambat aktifitas serangan.
5.  Tegaskan klien untuk menghindari stress atau emopsional yang berlebihan.
6.  Ajarkan klien tentang pentingnya berwaspada atau membawa serta obat setiap saat.
7.  Pentingnya mempertahankan diet yang seimbang  dan menghindari rangsangan yang berlebihan seperti alcohol.
8.  Tegaskan pentingnya mengidentifikasi aura dan  jalan keluar dalam melakukan tindakan.
9.  Ajarkan pasien tentang pengobatan, nama, kerja , efek samping, dosis dan frekwensi pemberian.
10.   Hindari penggunaan obat – obatan tanpa indikasi .
11.   Tegaskan tentang pentingnya perawatan pasien yang terus menerus .
12.   Anjurkan klien untuk merencanakan diet ketogenik (intake tinggi lemak) sesuai ketentuan.
13.   Ajarkan keluarga tentang serangan awal dan dorong klien untuk sering informasi dengan  rekan kerja, guru dan orang lain.

No comments:

Post a Comment