A. PENGERTIAN KURETASE
Kuretase adalah cara membersihkan
hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan).Kuretase adalah
serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri
dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrument (sendok kuret) ke dalam
kavum uteri. Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan
dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya
uterus.Gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misalnya perforasi.
Kuret adalah tindakan medis untuk
mengeluarkan jaringan dari dalam rahim.Jaringan itu sendiri bisa berupa tumor,
selaput rahim, atau janin yang dinyatakan tidak berkembang maupun sudah
meninggal. Dengan alasan medis, tidak ada cara lain jaringan semacam itu harus
dikeluarkan. ( Dr. H. Taufik Jamaan, Sp.OG )
Sebuah kuret adalah alat bedah yang
dirancang untuk mengorek jaringan biologis atau puing di sebuah biopsi, eksisi,
atau prosedur pembersihan.(Michelson, 1988).
B. TUJUAN KURETASE
Menurut ginekologi dari Morula
Fertility Clinic, RS Bunda, Jakarta, tujuan kuret ada dua yaitu:
a. Sebagai terapi pada kasus-kasus
abortus. Intinya, kuret ditempuh oleh dokter untuk membersihkan rahim dan
dinding rahim dari benda-benda atau jaringan yang tidak diharapkan.
b. Penegakan diagnosis. Semisal
mencari tahu gangguan yang terdapat pada rahim, apakah sejenis tumor atau
gangguan lain. Meski tujuannya berbeda, tindakan yang dilakukan pada dasarnya
sama saja. Begitu juga persiapan yang harus dilakukan pasien sebelum menjalani
kuret.
C. KAPAN KURETASE HARUS DILAKUKAN
Kuretase bukan ditujukan untuk
menggugurkan janin dalam kandungan. Masih banyak kasus lain yang lebih penting
untuk dilakukan tindakan kuretase, karena masalah tersebut bisa mengganggu
kesehatan.
Kuretase tak bisa asal
dilakukan.Selain harus ada indikasi medis, juga harus ada persetujuan dari
pasangan suami-istri. Dan, keputusan tersebut ditentukan oleh tim dokter dari
hasil diagnosa.
Beberapa kondisi dimana seorang wanita harus menjalani
kuretase:
1. Jiwa ibu terancam oleh kehamilan
Ada
kalanya kehamilan dapat mengancam jiwa ibu, karena ibu mempunyai
kelainan.Seperti kelainan jantung atau paru-paru.Wanita dengan kelainan organ
penting berisiko tinggi bila hamil. Misalnya, mengalami kelainan pada
paru-paru, untuk berbaring saja sesak apalagi kalau hamil, dimana ada tekanan
pada paru-paru risikonya akan makin besar.
2. Perdarahan pascapersalinan
Kehamilan
dan kelahiran bisa saja lancar.Namun, ada kalanya terjadi perdarahan hebat
pascapersalinan akibat sisa-sisa jaringan yang belum keluar atau terlepas.Pada
kondisi ini, tindakan kuretase harus dilakukan untuk membersihkan sisa-sisa
jaringan yang masih tertinggal agar perdarahan tidak terus terjadi.Perdarahan
pascapersalinan ini bisa langsung terjadi setelah melahirkan, tapi bisa juga
satu minggu atau satu bulan kemudian.
3. Ada gangguan haid
Kuretase
bisa saja dilakukan pada wanita yang tidak hamil, yang mengalami perdarahan
akibat gangguan haid.Gangguan haid seperti itu, seringkali tidak dapat diatasi
dengan obat-obatan. Begitupun dengan perdarahan yang terjadi pada wanita usia
di atas 40 tahun, yang juga terjadi akibat gangguan haid. Pada kondisi seperti
itu, harus dilakukan kuretase, dengan dua tujuan.Pertama, untuk menghentikan
perdarahan akibat adanya sisa-sisa jaringan yang masih tertinggal dan kedua
untuk mencari kepastian apakah jaringan tersebut ganas atau tidak. Bila
mengandung keganasan, akan ditentukan pengobatan selanjutnya sehingga keganasan
tersebut segera dapat dihentikan atau diminimalkan.
4. Kehamilan bermasalah
Wanita yang kehamilannya mengalami
masalah, seperti hamil anggur, hamil kosong, ataupun janin meninggal dalam
kandungan, juga harus diatasi dengan kuretase untuk mengeluarkan sisa-sisa
jaringan.Untuk mencegah perdarahan yang bisa saja terjadi.
Banyak wanita yang takut menjalani
kuretase.Tapi, bila mengalami masalah seperti yang telah disebutkan, mau tidak
mau kuretase harus dilakukan demi menyelamatkan nyawa.Tindakan kuretase
sebaiknya dilakukan pada trimester pertama atau maksimal janin berusia 12
minggu.Sebab, pada saat itu janin belum begitu besar, dan keamanannya cukup
tinggi. Tapi, pada kasus lain, misalnya, janin meninggal dalam kandungan usia
4-5 bulan pun bisa dilakukan meski risikonya lebih tinggi.
Tindakan kuretase memang relatif aman
dilakukan saat usia kehamilan baru menginjak trimester pertama. Sebab, pada
saat itu risiko terjadinya efek samping sangat kecil.
Indikasi Kuretase :
1. Abortus incomplete( keguguran saat usia
kehamilan < 20 mg dengan didapatkan sisa-sisa kehamilan, biasanya masih
tersisa adanya plasenta). Kuretase dalam hal ini dilakukan untuk menghentikan
perdarahan yang terjadi oleh karena keguguran.Mekanisme perdarahan pada kasus
keguguran adalah dengan adanya sisa jaringan menyebabkan rahim tidak bisa
berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah pada lapisan dalam rahim tidak
dapat tertutup dan menyebabkan perdarahan.
2. Blighted ova( janin tidak ditemukan, yang
berkembang hanya plasenta ). Dalam kasus ini kuretase harus dilakukan oleh
karena plasenta yang tumbuh akan berkembang menjadi suatu keganasan, seperti
chorio Ca, penyakit trophoblas ganas pada kehamilan.
3. Dead conseptus( janin mati pada usia
kehamilan < 20 mg ). Biasanya parameter yang jelas adalah pemeriksaan USG,
dimana ditemukan janin tetapi jantung janin tidak berdenyut. Apabila ditemukan
pada usia kehamilan 16-20mg, diperlukan obat perangsang persalinan untuk proses
pengeluaran janin kemudian baru dilakukan kuretase. Akan tetapi bila ditemukan
saat usia kehamilan < 16 mg dapat langsung dilakukan kuretase.
4. Abortus MOLA( tidak ditemukannya janin,
yang tumbuh hanya plasenta dengan gambaran bergelembung2 seperti buah anggur,
yang disebut HAMIL ANGGUR ). Tanda-tanda hamil anggur adalah tinggi rahim tidak
sesuai dengan umur kehamilannya.Rahim lebih cepat membesar dan apabila ada
perdarahan ditemukan adanya gelembung-gelembung udara pada darah.Hal ini juga
dapat menjadi suatu penyakit keganasan trophoblas pada kehamilan.
5. Menometroraghia( perdarahan yang banyak dan
memanjang diantara siklus haid ). Tindakan kuretase dilakukan disamping untuk
menghentikan perdarahan juga dapat digunakan untuk mencari penyebabnya, oleh
karena ganguan hormonal atau adanya tumor rahim ( myoma uteri ) atau keganasan
( Kanker endometrium ) setelah hasil kuretase diperiksa secara mikroskopik (
Patologi Anatomi jaringan endometrium ).
D. PERSIAPAN SEBELUM
KURETASE
1. Konseling pra tindakan :
a)
Memberi informed consent
b)
Menjelaskan pada klien tentang
penyakit yang diderita
c)
Menerangkan kepada pasien
tentang tindakan kuretase yang akan dilakukan:
d)
garis besar prosedur tindakan,
tujuan dan manfaat tindakan
e)
memeriksa keadaan umum pasien,
bila memungkinkan pasien dipuasakan.
2. Pemeriksaan sebelum curretage
a)
USG (ultrasonografi)
b)
Mengukur tensi dan Hb darah
c)
Memeriksa sistim pernafasan
d)
Mengatasi perdarahan
e)
Memastikan pasien dalam kondisi
sehat dan fit
3. Persiapan tindakan
a). menyiapkan pasien
• mengosongkan kandung kemih
• membersihkan genetalia eksterna
• membantu pasien naik ke meja ginek
• Lakukanlah pemeriksaan umum :
Tekanan Darah, Nadi, Keadaan Jantung, dan Paru – paru dan sebagainya.
• Pasanglah infuse cairan sebagai
profilaksis
• Pada umumnya diperlukan anestesi
infiltrasi local atau umum secara IV dengan ketalar.
• Sebelum masuk ke ruang operasi,
terlebih dahulu pasien harus dipersiapkan dari ruangan
• Puasa: Saat akan menjalani
kuretase, dilakukan puasa 4-6 jam sebelumnya. Tujuannya supaya perut dalam
keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal.
• Cek adanya perdarahan
Dokter akan melakukan cek darah
untuk mengetahui apakah pasien mengalami gangguan perdarahan atau tidak. Jika
ada indikasi gangguan perdarahan, kuret akan ditunda sampai masalah perdarahan
teratasi. Namun tak menutup kemungkinan kuret segera dilakukan untuk kebaikan
pasien. Biasanya akan dibentuk tim dokter sesuai dengan keahlian masing-masing,
dokter kandungan, dokter bedah, dokter hematologi, yang saling berkoordinasi.
Koordinasi ini akan dilakukan saat pelaksanaan kuret, pascakuret, dan sampai
pasien sembuh.
Persiapan Psikologis
Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda dalam menjalani
kuret. Ada yang bilang kuret sangat menyakitkan sehingga ia kapok untuk
mengalaminya lagi. Tetapi ada pula yang biasa-biasa saja.Sebenarnya, seperti
halnya persalinan normal, sakit tidaknya kuret sangat individual.Sebab, segi
psikis sangat berperan dalam menentukan hal ini.Bila ibu sudah ketakutan bahkan
syok lebih dulu sebelum kuret, maka munculnya rasa sakit sangat mungkin
terjadi. Sebab rasa takut akan menambah kuat rasa sakit. Bila ketakutannya
begitu luar biasa, maka obat bius yang diberikan bisa tidak mempan karena
secara psikis rasa takutnya sudah bekerja lebih dahulu. Walhasil, dokter akan
menambah dosisnya.
Sebaliknya, bila saat akan dilakukan kuret ibu bisa tenang
dan bisa mengatasi rasa takut, biasanya rasa sakit bisa teratasi dengan baik.
Meskipun obat bius yang diberikan kecil sudah bisa bekerja dengan baik.Untuk
itu sebaiknya sebelum menjalani kuret ibu harus mempersiapkan psikisnya dahulu
supaya kuret dapat berjalan dengan baik.Persiapan psikis bisa dengan berusaha
menenangkan diri untuk mengatasi rasa takut, pahami bahwa kuret adalah jalan
yang terbaik untuk mengatasi masalah yang ada.Sangat baik bila ibu meminta
bantuan kepada orang terdekat seperti suami, orangtua, sahabat, dan lainnya.
Bila diperlukan, gunakan jasa psikolog apabila ibu tak yakin dapat mengatasi
masalah ini sendirian seperti :
• Mengganti baju pasien dengan baju
operasi
• Memakaikan baju operasi kepada
pasien dan gelang sebagai identitas
• Pasien dibawa ke ruang operasi
yang telah ditentukan
• Mengatur posisi pasien sesuai
dengan jenis tindakan yang akan dilakukan, kemudian pasien dibius dengan
anesthesi narkose
• Setelah pasien tertidur, segera
pasang alat bantu napas dan monitor EKG
• Bebaskan area yang akan dikuret
4. Persiapan petugas
a)
mencuci tangan dengan sabun
antiseptic
b)
memakai perlengkapan : baju
operasi, masker dan handscoen steril
c)
Perawat instrumen memastikan
kembali kelengkapan alat-alat yang akan digunakan dalamtindakan kuret
d)
Alat disusun di atas meja mayo
sesuai dengan urutan
5. Persiapan alat dan
obat :
a)
Alat tenun, terdiri dari :
• baju operasi
• laken
• doek kecil
• sarung meja mayo
b)
Alat-alat kuretase hendaknya telah tersedia alam bak alat dalam keadaan aseptic
:
• Speculum dua buah (Spekullum cocor
bebek (1) dan SIMS/L (2) ukuran S/M/L) speculum 2 Buah.
• Sonde (penduga) uterus:
a.
untuk mengukur kedalaman rahim
b.
untuk mengetahui lebarnya lubang
vagina
• Cunam muzeus atau Cunam porsio
• Bermacam – macam ukuran sendok
kerokan (kuret 1 SET)
• Cunam tampon (1 buah)
• Pinset dan klem
• Kain steril, dan sarung tangan dua
pasang.
• Menyiapkan alat kuret AVM
• Ranjang ginekologi dengan penopang
kaki
• Meja dorong / meja instrument
• Wadah instrumen khusus ( untuk
prosedur AVM )
• AVM Kit (tabung, adaptor, dan
kanula)
• Tenakulum (1 buah)
• Klem ovum/fenster (2 buah)
• Mangkok logam
• Dilagator/ busi hegar (1 set)
• Lampu sorot
• Kain atas bokong dan penutup perut
bawah
• Larutan anti septik (klorheksidin,
povidon iodin, lkohol)
• Tensimeter dan stetoskop
• Sarung tangan DTT dan alas kaki
• Set infus
• Abocatt
• Cairan infus
• Wings
• Kateter Karet 1 buah
• Spuit 3 cc dan 5 cc
6. Obat-obatan :
•
Analgetik ( petidin 1-2 mg/Kg BB
• Ketamin
HCL 0.5 ml/ Kg BB
• Tramadol
1-2 mg/ BB
• Sedativa
( diazepam 10 mg)
• Atropine
sulfas 0.25- 0.50 mg/ml
• Oksigen
dan regulator
E. PERAWATAN SETELAH KURETASE
Perawatan usai kuretase pada umumnya
sama dengan operasi-operasi lain. Harus menjaga bekas operasinya dengan baik,
tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat, tidak melakukan hubungan intim
untuk jangka waktu tertentu sampai keluhannya benar-benar hilang, dan meminum
obat secara teratur.Obat yang diberikan biasanya adalah antibiotik dan
penghilang rasa sakit.Jika ternyata muncul keluhan, sakit yang terus
berkepanjangan atau muncul perdarahan, segeralah memeriksakan diri ke
dokter.Mungkin perlu dilakukan tindakan kuret yang kedua karena bisa saja ada
sisa jaringan yang tertinggal.Jika keluhan tak muncul, biasanya kuret berjalan
dengan baik dan pasien tinggal menunggu kesembuhannya.
Hal-hal
yang perlu juga dilakukan:
a)
Setelah pasien sudah
dirapihkan, maka perawat mengobservasi keadaan pasien dan terus memastikan
apakah pasien sudah bernapas spontan atau belum
b)
Setelah itu pasien dipindahkan
ke recovery room
c)
Melakukan observasi keadaan
umum pasien hingga kesadaran pulih
d)
Pasien diberikan oksigen 2
liter/menit melalui nasal kanule dan tetap observasi keadaan pasien sampai
dipindahkan ke ruangan perawatan.
e)
Konseling pasca tindakan
f)
Melakukan dekontaminasi alat
dan bahan bekas operasi
F. DAMPAK SETELAH KURETASE
Terkadang kuret tidak berjalan
lancar.Meskipun telah dilakukan oleh dokter kandungan yang sudah dibekali ilmu
kuret namun kekeliruan bisa saja terjadi.Bisa saja pada saat melakukannya
dokter kurang teliti, terburu-buru, atau jaringan sudah kaku atau membatu
seperti pada kasus abortus yang tidak ditangani dengan cepat. Berikut adalah
dampaknya:
a. Perdarahan
Bila saat kuret jaringan tidak
diambil dengan bersih, dikhawatirkan terjadi perdarahan.Untuk itu jaringan
harus diambil dengan bersih dan tidak boleh tersisa sedikit pun.Bila ada sisa
kemudian terjadi perdarahan, maka kuret kedua harus segera dilakukan.Biasanya
hal ini terjadi pada kasus jaringan yang sudah membatu.Banyak dokter kesulitan
melakukan pembersihan dalam sekali tindakan sehingga ada jaringan yang tersisa.
Namun biasanya bila dokter tidak yakin sudah bersih, dia akan memberi tahu
kepada si ibu, “Jika terjadi perdarahan maka segera datang lagi ke dokter.”
b. Cerukan di Dinding Rahim
Pengerokan jaringan pun harus tepat
sasaran, jangan sampai meninggalkan cerukan di dinding rahim. Jika menyisakan
cerukan, dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan rahim.
c. Gangguan Haid
Jika pengerokan yang dilakukan
sampai menyentuh selaput otot rahim, dikhawatirkan akan mengganggu kelancaran
siklus haid.
d. Infeksi
Jika jaringan tersisa di dalam
rahim, muncul luka, cerukan, dikhawatirkan bisa memicu terjadinya infeksi.Sebab,
kuman senang sekali dengan daerah-daerah yang basah oleh cairan seperti darah.
e. Kanker
Sebenarnya kecil kemungkinan terjadi
kanker, hanya sekitar 1%.Namun bila kuret tidak dilakukan dengan baik, ada sisa
yang tertinggal kemudian tidak mendapatkan penanganan yang tepat, bisa saja
memicu munculnya kanker.Disebut kanker trofoblast atau kanker yang disebabkan
oleh sisa plasenta yang ada di dinding rahim.
EFEK SAMPING DARI TINDAKAN KURETASI
a)
Rahim berlubang
Kuretase memungkinkan terjadinya
lubang pada rahim, atau di dunia kedokteran disebut perforasi uterus.Hal itu
bisa terjadi karena pada saat hamil, dinding rahim sangat lunak, sehingga
berisiko tinggi untuk terjadinya lubang akibat pengerokan sisa-sisa jaringan.
Risiko terjadinya lubang pada rahim
semakin besar bila kuretase dilakukam pada ibu yang hamil anggur.Sebab, ada
tahapan yang harus dilakukan sebelum sampai pada tindakan keretase.Pada hamil
anggur, perut ibu biasanya cukup besar.Usia tiga bulan saja biasanya sudah
seperti enam bulan. Karena itu, sebelum kuretase dilakukan, dokter
akanmengevakuasi posisi kehamilan menggunakan vacuum lebih dulu, baru mengerok
menggunakan sendok tajam untuk mengeluarkan sisa-sisa jaringan.
b.
Infeksi
Tindakan kuretase memungkinkan
terjadinya infeksi, akibat adanya perlukaan.Tapi, dengan pengobatan yang tepat,
infeksi itu biasanya cepat sembuh.
c.
Sindrom Asherman
Sindrom Asherman adalah terjadinya
perlekatan pada lapisan dinding dalam rahim.Karena lengket, jaringan selaput
lendir rahim tidak terbentuk lagi.Akibatnya, pasien tidak mengalami haid.Ini
memang bisa terjadi, karena selaput lendir rahim terkikis habis saat tindakan
kuretase.Tapi hal itu masih bisa diatasi dengan pemberian obat, sehingga pasien
bisa haid kembali.
d.
Keluar vlek
Vlek-vlek darah bisa saja keluar
setelah tindakan kuretase dilakukan, sampai satu minggu kemudian.Keluarnya
vlek-vlek darah itu sangat wajar.Tapi, bagaimanapun harus tetap dikonsultasikan
pada dokter, agar bisa diwaspadai.Sebab, bisa saja keluarnya vlek tersebut
karena adanya gangguan pada fungsi pembekuan darah.
e.
Mual dan pusing
Mual dan pusing bisa terjadi akibat
pembiusan yang dilakukan.Tapi, kalau muntah pada saat pasien sedang tidak sadar
diri, hal itu perlu diwaspadai.
f.
Nyeri
Rasa nyeri, terutama di perut bagian
bawah, bisa timbul setelah tindakan kuretase dilakukan. Untuk menguranginya,
dokter biasanya akan memberikan obat-obatan pereda nyeri. Dan biasanya akan
cepat hilang.
G. TEKNIK PENGELUARAN
JARINGAN
Pengeluaran jaringan yaitu setelah
serviks terbuka (primer maupun dengan dilatasi), jaringan konsepsi dapat
dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase.
1. Sondage, menentukan posisi dan
ukuran uterus
2. Masukkan tang abortus sepanjang
besar uterus, buka dan putar 90˚ untuk melepaskan jaringan, kemudian tutup dan
keluarkan jaringan tersebut
3. Sisa abortus dikeluarkan dengan
kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa masuk
4. Pastikan sisa konsepsi telah
keluar semua, dengan eksplorasi jari maupun kuret.
H. ASUHAN
KEPERAWATAN PADA POST CURRETAGE
Diagnosa
keperawatan
a)Devisit Volume Cairan berhubungan dengan
perdarahan
b)
Gangguan
Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
c)Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan
kerusakan jaringan intrauteri
d)
Resiko tinggi
Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab
e)Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan
Intervensi
a) . Devisit Volume Cairan berhubungan dengan
perdarahan
Tujuan :
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara
intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi
1. Kaji kondisi status hemodinamika Pengeluaran cairan
pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi
2. Ukur pengeluaran harian Jumlah cairan ditentukan dari
jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
3. Berikan sejumlah cairan pengganti harian Tranfusi
mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif
4. Evaluasi status hemodinamika Penilaian dapat dilakukan
secara harian melalui pemeriksaan fisik
b). Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
penurunan sirkulasi
Tujuan :
Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi
1. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu
diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
2. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi
uterus/kandungan Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi
organ reproduksi
3. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
sehari-hari Mengistiratkan klilen secara optimal
4. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan
kemampuan/kondisi klien Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens,
istirahat mutlak sangat diperlukan
5. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan
aktivitas Menilai kondisi umum klien
c). Gangguan rasa
nyaman: Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan :
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi
1. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien Pengukuran
nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi
2. Terangkan nyeri yang diderita klien dan
penyebabnya Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
3. Kolaborasi pemberian analgetika Mengurangi onset
terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun
sistemik dalam spectrum luas/spesifik
d). Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan
perdarahan, kondisi vulva lembab
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi
1. Kaji kondisi keluaran/ dischart yang keluar ;
jumlah, warna, dan bau Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat
dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau yang tidak enak
mungkin merupakan tanda infeksi
2. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva
selama masa perdarahan Infeksoi bisa muncul akibat kurangnya kebersihan alat
genitalia dari luar
3. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart Berbagai
kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
4. Lakukan perawatan vulva Inkubasi kuman pada area
genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi
5. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda
infeksi Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi;
demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi
6. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan
senggama selama masa perdarahan Pengertian pada keluarga sangat penting artinya
untuk kebaikan ibu, senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi
sistem reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan
e). Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan
Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga
terhadap penyakit meningkat
Intervensi
1. Kaji tingkat pengetahuan / persepsi klien dan
keluarga terhadap penyakit Ketidaktahuan dapat menjadi dasar timbulnya rasa
cemas
2. Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penilaian objektif klien
tentang penyakit
3. Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
Pewlibatkan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support
yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kasadalan diri klien
4. Asisten klien menentukan tujuan perawatan bersama
Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkonstribusi menurunkan kecemasan
5. Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu
diketahui oleh klien dan keluarga Konseling bagi klien untuk meningkatkan
pengetahuan dan membangun support sisterm keluarga; untuk mengurangi kecemasan
klien dan keluarga
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/112/jtptunimus-gdl-anggunnur-5598-2-babi.pdf
Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Jilid 1.
Jakarta : Media Aesculapius
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1.
Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo .
2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
No comments:
Post a Comment