Happy studying, may be useful ...

Dear readers ...
for completeness this blog, we hope the comments that build ... ok thank you :)

" Health is not everything, but whithout health everything is nothing "

Tuesday, October 2, 2012

KURETASE




A.    PENGERTIAN KURETASE
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan).Kuretase adalah serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrument (sendok kuret) ke dalam kavum uteri. Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus.Gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misalnya perforasi.
Kuret adalah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan dari dalam rahim.Jaringan itu sendiri bisa berupa tumor, selaput rahim, atau janin yang dinyatakan tidak berkembang maupun sudah meninggal. Dengan alasan medis, tidak ada cara lain jaringan semacam itu harus dikeluarkan. ( Dr. H. Taufik Jamaan, Sp.OG )
Sebuah kuret adalah alat bedah yang dirancang untuk mengorek jaringan biologis atau puing di sebuah biopsi, eksisi, atau prosedur pembersihan.(Michelson, 1988).

B.     TUJUAN KURETASE
Menurut ginekologi dari Morula Fertility Clinic, RS Bunda, Jakarta, tujuan kuret ada dua yaitu:
a. Sebagai terapi pada kasus-kasus abortus. Intinya, kuret ditempuh oleh dokter untuk membersihkan rahim dan dinding rahim dari benda-benda atau jaringan yang tidak diharapkan.
b. Penegakan diagnosis. Semisal mencari tahu gangguan yang terdapat pada rahim, apakah sejenis tumor atau gangguan lain. Meski tujuannya berbeda, tindakan yang dilakukan pada dasarnya sama saja. Begitu juga persiapan yang harus dilakukan pasien sebelum menjalani kuret.


C.    KAPAN KURETASE HARUS DILAKUKAN
Kuretase bukan ditujukan untuk menggugurkan janin dalam kandungan. Masih banyak kasus lain yang lebih penting untuk dilakukan tindakan kuretase, karena masalah tersebut bisa mengganggu kesehatan.
Kuretase tak bisa asal dilakukan.Selain harus ada indikasi medis, juga harus ada persetujuan dari pasangan suami-istri. Dan, keputusan tersebut ditentukan oleh tim dokter dari hasil diagnosa.
Beberapa kondisi dimana seorang wanita harus menjalani kuretase:

1. Jiwa ibu terancam oleh kehamilan
Ada kalanya kehamilan dapat mengancam jiwa ibu, karena ibu mempunyai kelainan.Seperti kelainan jantung atau paru-paru.Wanita dengan kelainan organ penting berisiko tinggi bila hamil. Misalnya, mengalami kelainan pada paru-paru, untuk berbaring saja sesak apalagi kalau hamil, dimana ada tekanan pada paru-paru risikonya akan makin besar.

2. Perdarahan pascapersalinan
Kehamilan dan kelahiran bisa saja lancar.Namun, ada kalanya terjadi perdarahan hebat pascapersalinan akibat sisa-sisa jaringan yang belum keluar atau terlepas.Pada kondisi ini, tindakan kuretase harus dilakukan untuk membersihkan sisa-sisa jaringan yang masih tertinggal agar perdarahan tidak terus terjadi.Perdarahan pascapersalinan ini bisa langsung terjadi setelah melahirkan, tapi bisa juga satu minggu atau satu bulan kemudian.

3. Ada gangguan haid
Kuretase bisa saja dilakukan pada wanita yang tidak hamil, yang mengalami perdarahan akibat gangguan haid.Gangguan haid seperti itu, seringkali tidak dapat diatasi dengan obat-obatan. Begitupun dengan perdarahan yang terjadi pada wanita usia di atas 40 tahun, yang juga terjadi akibat gangguan haid. Pada kondisi seperti itu, harus dilakukan kuretase, dengan dua tujuan.Pertama, untuk menghentikan perdarahan akibat adanya sisa-sisa jaringan yang masih tertinggal dan kedua untuk mencari kepastian apakah jaringan tersebut ganas atau tidak. Bila mengandung keganasan, akan ditentukan pengobatan selanjutnya sehingga keganasan tersebut segera dapat dihentikan atau diminimalkan.
4. Kehamilan bermasalah
Wanita yang kehamilannya mengalami masalah, seperti hamil anggur, hamil kosong, ataupun janin meninggal dalam kandungan, juga harus diatasi dengan kuretase untuk mengeluarkan sisa-sisa jaringan.Untuk mencegah perdarahan yang bisa saja terjadi.
Banyak wanita yang takut menjalani kuretase.Tapi, bila mengalami masalah seperti yang telah disebutkan, mau tidak mau kuretase harus dilakukan demi menyelamatkan nyawa.Tindakan kuretase sebaiknya dilakukan pada trimester pertama atau maksimal janin berusia 12 minggu.Sebab, pada saat itu janin belum begitu besar, dan keamanannya cukup tinggi. Tapi, pada kasus lain, misalnya, janin meninggal dalam kandungan usia 4-5 bulan pun bisa dilakukan meski risikonya lebih tinggi.
Tindakan kuretase memang relatif aman dilakukan saat usia kehamilan baru menginjak trimester pertama. Sebab, pada saat itu risiko terjadinya efek samping sangat kecil.
Indikasi Kuretase :
1. Abortus incomplete( keguguran saat usia kehamilan < 20 mg dengan didapatkan sisa-sisa kehamilan, biasanya masih tersisa adanya plasenta). Kuretase dalam hal ini dilakukan untuk menghentikan perdarahan yang terjadi oleh karena keguguran.Mekanisme perdarahan pada kasus keguguran adalah dengan adanya sisa jaringan menyebabkan rahim tidak bisa berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah pada lapisan dalam rahim tidak dapat tertutup dan menyebabkan perdarahan.
2. Blighted ova( janin tidak ditemukan, yang berkembang hanya plasenta ). Dalam kasus ini kuretase harus dilakukan oleh karena plasenta yang tumbuh akan berkembang menjadi suatu keganasan, seperti chorio Ca, penyakit trophoblas ganas pada kehamilan.
3. Dead conseptus( janin mati pada usia kehamilan < 20 mg ). Biasanya parameter yang jelas adalah pemeriksaan USG, dimana ditemukan janin tetapi jantung janin tidak berdenyut. Apabila ditemukan pada usia kehamilan 16-20mg, diperlukan obat perangsang persalinan untuk proses pengeluaran janin kemudian baru dilakukan kuretase. Akan tetapi bila ditemukan saat usia kehamilan < 16 mg dapat langsung dilakukan kuretase.
4. Abortus MOLA( tidak ditemukannya janin, yang tumbuh hanya plasenta dengan gambaran bergelembung2 seperti buah anggur, yang disebut HAMIL ANGGUR ). Tanda-tanda hamil anggur adalah tinggi rahim tidak sesuai dengan umur kehamilannya.Rahim lebih cepat membesar dan apabila ada perdarahan ditemukan adanya gelembung-gelembung udara pada darah.Hal ini juga dapat menjadi suatu penyakit keganasan trophoblas pada kehamilan.
5. Menometroraghia( perdarahan yang banyak dan memanjang diantara siklus haid ). Tindakan kuretase dilakukan disamping untuk menghentikan perdarahan juga dapat digunakan untuk mencari penyebabnya, oleh karena ganguan hormonal atau adanya tumor rahim ( myoma uteri ) atau keganasan ( Kanker endometrium ) setelah hasil kuretase diperiksa secara mikroskopik ( Patologi Anatomi jaringan endometrium ).




D.  PERSIAPAN SEBELUM KURETASE
1. Konseling pra tindakan :
a)      Memberi informed consent
b)      Menjelaskan pada klien tentang penyakit yang diderita
c)      Menerangkan kepada pasien tentang tindakan kuretase yang akan dilakukan:
d)     garis besar prosedur tindakan, tujuan dan manfaat tindakan
e)      memeriksa keadaan umum pasien, bila memungkinkan pasien dipuasakan.
 2. Pemeriksaan sebelum curretage
a)      USG (ultrasonografi)
b)      Mengukur tensi dan Hb darah
c)      Memeriksa sistim pernafasan
d)     Mengatasi perdarahan
e)      Memastikan pasien dalam kondisi sehat dan fit

3. Persiapan tindakan
a). menyiapkan pasien
• mengosongkan kandung kemih
• membersihkan genetalia eksterna
• membantu pasien naik ke meja ginek
• Lakukanlah pemeriksaan umum : Tekanan Darah, Nadi, Keadaan Jantung, dan Paru – paru dan sebagainya.
• Pasanglah infuse cairan sebagai profilaksis
• Pada umumnya diperlukan anestesi infiltrasi local atau umum secara IV dengan ketalar.
• Sebelum masuk ke ruang operasi, terlebih dahulu pasien harus dipersiapkan dari ruangan
• Puasa: Saat akan menjalani kuretase, dilakukan puasa 4-6 jam sebelumnya. Tujuannya supaya perut dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal.
• Cek adanya perdarahan
Dokter akan melakukan cek darah untuk mengetahui apakah pasien mengalami gangguan perdarahan atau tidak. Jika ada indikasi gangguan perdarahan, kuret akan ditunda sampai masalah perdarahan teratasi. Namun tak menutup kemungkinan kuret segera dilakukan untuk kebaikan pasien. Biasanya akan dibentuk tim dokter sesuai dengan keahlian masing-masing, dokter kandungan, dokter bedah, dokter hematologi, yang saling berkoordinasi. Koordinasi ini akan dilakukan saat pelaksanaan kuret, pascakuret, dan sampai pasien sembuh.

Persiapan Psikologis
Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda dalam menjalani kuret. Ada yang bilang kuret sangat menyakitkan sehingga ia kapok untuk mengalaminya lagi. Tetapi ada pula yang biasa-biasa saja.Sebenarnya, seperti halnya persalinan normal, sakit tidaknya kuret sangat individual.Sebab, segi psikis sangat berperan dalam menentukan hal ini.Bila ibu sudah ketakutan bahkan syok lebih dulu sebelum kuret, maka munculnya rasa sakit sangat mungkin terjadi. Sebab rasa takut akan menambah kuat rasa sakit. Bila ketakutannya begitu luar biasa, maka obat bius yang diberikan bisa tidak mempan karena secara psikis rasa takutnya sudah bekerja lebih dahulu. Walhasil, dokter akan menambah dosisnya.
Sebaliknya, bila saat akan dilakukan kuret ibu bisa tenang dan bisa mengatasi rasa takut, biasanya rasa sakit bisa teratasi dengan baik. Meskipun obat bius yang diberikan kecil sudah bisa bekerja dengan baik.Untuk itu sebaiknya sebelum menjalani kuret ibu harus mempersiapkan psikisnya dahulu supaya kuret dapat berjalan dengan baik.Persiapan psikis bisa dengan berusaha menenangkan diri untuk mengatasi rasa takut, pahami bahwa kuret adalah jalan yang terbaik untuk mengatasi masalah yang ada.Sangat baik bila ibu meminta bantuan kepada orang terdekat seperti suami, orangtua, sahabat, dan lainnya. Bila diperlukan, gunakan jasa psikolog apabila ibu tak yakin dapat mengatasi masalah ini sendirian seperti :
• Mengganti baju pasien dengan baju operasi
• Memakaikan baju operasi kepada pasien dan gelang sebagai identitas
• Pasien dibawa ke ruang operasi yang telah ditentukan
• Mengatur posisi pasien sesuai dengan jenis tindakan yang akan dilakukan, kemudian pasien dibius dengan anesthesi narkose
• Setelah pasien tertidur, segera pasang alat bantu napas dan monitor EKG
• Bebaskan area yang akan dikuret

4. Persiapan petugas
a)      mencuci tangan dengan sabun antiseptic
b)      memakai perlengkapan : baju operasi, masker dan handscoen steril
c)      Perawat instrumen memastikan kembali kelengkapan alat-alat yang akan digunakan dalamtindakan kuret
d)     Alat disusun di atas meja mayo sesuai dengan urutan
5.  Persiapan alat dan obat :
a) Alat tenun, terdiri dari :
• baju operasi
• laken
• doek kecil
• sarung meja mayo
b) Alat-alat kuretase hendaknya telah tersedia alam bak alat dalam keadaan aseptic  :
• Speculum dua buah (Spekullum cocor bebek (1) dan SIMS/L (2) ukuran S/M/L) speculum 2 Buah.
• Sonde (penduga) uterus:
a.       untuk mengukur kedalaman rahim
b.      untuk mengetahui lebarnya lubang vagina
• Cunam muzeus atau Cunam porsio
• Bermacam – macam ukuran sendok kerokan (kuret 1 SET)
• Cunam tampon (1 buah)
• Pinset dan klem
• Kain steril, dan sarung tangan dua pasang.
• Menyiapkan alat kuret AVM
• Ranjang ginekologi dengan penopang kaki
• Meja dorong / meja instrument
• Wadah instrumen khusus ( untuk prosedur AVM )
• AVM Kit (tabung, adaptor, dan kanula)
• Tenakulum (1 buah)
• Klem ovum/fenster (2 buah)
• Mangkok logam
• Dilagator/ busi hegar (1 set)
• Lampu sorot
• Kain atas bokong dan penutup perut bawah
• Larutan anti septik (klorheksidin, povidon iodin, lkohol)
• Tensimeter dan stetoskop
• Sarung tangan DTT dan alas kaki
• Set infus
• Abocatt
• Cairan infus
• Wings
• Kateter Karet 1 buah
• Spuit 3 cc dan 5 cc

6.  Obat-obatan :
• Analgetik ( petidin 1-2 mg/Kg BB
• Ketamin HCL 0.5 ml/ Kg BB
• Tramadol 1-2 mg/ BB
• Sedativa ( diazepam 10 mg)
• Atropine sulfas 0.25- 0.50 mg/ml
• Oksigen dan regulator 
E.      PERAWATAN SETELAH KURETASE
Perawatan usai kuretase pada umumnya sama dengan operasi-operasi lain. Harus menjaga bekas operasinya dengan baik, tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat, tidak melakukan hubungan intim untuk jangka waktu tertentu sampai keluhannya benar-benar hilang, dan meminum obat secara teratur.Obat yang diberikan biasanya adalah antibiotik dan penghilang rasa sakit.Jika ternyata muncul keluhan, sakit yang terus berkepanjangan atau muncul perdarahan, segeralah memeriksakan diri ke dokter.Mungkin perlu dilakukan tindakan kuret yang kedua karena bisa saja ada sisa jaringan yang tertinggal.Jika keluhan tak muncul, biasanya kuret berjalan dengan baik dan pasien tinggal menunggu kesembuhannya.
Hal-hal yang perlu juga dilakukan:
a)      Setelah pasien sudah dirapihkan, maka perawat mengobservasi keadaan pasien dan terus memastikan apakah pasien sudah bernapas spontan atau belum
b)      Setelah itu pasien dipindahkan ke recovery room
c)      Melakukan observasi keadaan umum pasien hingga kesadaran pulih
d)     Pasien diberikan oksigen 2 liter/menit melalui nasal kanule dan tetap observasi keadaan pasien sampai dipindahkan ke ruangan perawatan.
e)      Konseling pasca tindakan
f)       Melakukan dekontaminasi alat dan bahan bekas operasi

F. DAMPAK SETELAH KURETASE
Terkadang kuret tidak berjalan lancar.Meskipun telah dilakukan oleh dokter kandungan yang sudah dibekali ilmu kuret namun kekeliruan bisa saja terjadi.Bisa saja pada saat melakukannya dokter kurang teliti, terburu-buru, atau jaringan sudah kaku atau membatu seperti pada kasus abortus yang tidak ditangani dengan cepat. Berikut adalah dampaknya:
a. Perdarahan
Bila saat kuret jaringan tidak diambil dengan bersih, dikhawatirkan terjadi perdarahan.Untuk itu jaringan harus diambil dengan bersih dan tidak boleh tersisa sedikit pun.Bila ada sisa kemudian terjadi perdarahan, maka kuret kedua harus segera dilakukan.Biasanya hal ini terjadi pada kasus jaringan yang sudah membatu.Banyak dokter kesulitan melakukan pembersihan dalam sekali tindakan sehingga ada jaringan yang tersisa. Namun biasanya bila dokter tidak yakin sudah bersih, dia akan memberi tahu kepada si ibu, “Jika terjadi perdarahan maka segera datang lagi ke dokter.”
b. Cerukan di Dinding Rahim
Pengerokan jaringan pun harus tepat sasaran, jangan sampai meninggalkan cerukan di dinding rahim. Jika menyisakan cerukan, dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan rahim.
c. Gangguan Haid
Jika pengerokan yang dilakukan sampai menyentuh selaput otot rahim, dikhawatirkan akan mengganggu kelancaran siklus haid.
d. Infeksi
Jika jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan, dikhawatirkan bisa memicu terjadinya infeksi.Sebab, kuman senang sekali dengan daerah-daerah yang basah oleh cairan seperti darah.
e. Kanker
Sebenarnya kecil kemungkinan terjadi kanker, hanya sekitar 1%.Namun bila kuret tidak dilakukan dengan baik, ada sisa yang tertinggal kemudian tidak mendapatkan penanganan yang tepat, bisa saja memicu munculnya kanker.Disebut kanker trofoblast atau kanker yang disebabkan oleh sisa plasenta yang ada di dinding rahim.
EFEK SAMPING DARI TINDAKAN KURETASI
a)      Rahim berlubang
Kuretase memungkinkan terjadinya lubang pada rahim, atau di dunia kedokteran disebut perforasi uterus.Hal itu bisa terjadi karena pada saat hamil, dinding rahim sangat lunak, sehingga berisiko tinggi untuk terjadinya lubang akibat pengerokan sisa-sisa jaringan.
Risiko terjadinya lubang pada rahim semakin besar bila kuretase dilakukam pada ibu yang hamil anggur.Sebab, ada tahapan yang harus dilakukan sebelum sampai pada tindakan keretase.Pada hamil anggur, perut ibu biasanya cukup besar.Usia tiga bulan saja biasanya sudah seperti enam bulan. Karena itu, sebelum kuretase dilakukan, dokter akanmengevakuasi posisi kehamilan menggunakan vacuum lebih dulu, baru mengerok menggunakan sendok tajam untuk mengeluarkan sisa-sisa jaringan.
b.      Infeksi
Tindakan kuretase memungkinkan terjadinya infeksi, akibat adanya perlukaan.Tapi, dengan pengobatan yang tepat, infeksi itu biasanya cepat sembuh.
c.       Sindrom Asherman
Sindrom Asherman adalah terjadinya perlekatan pada lapisan dinding dalam rahim.Karena lengket, jaringan selaput lendir rahim tidak terbentuk lagi.Akibatnya, pasien tidak mengalami haid.Ini memang bisa terjadi, karena selaput lendir rahim terkikis habis saat tindakan kuretase.Tapi hal itu masih bisa diatasi dengan pemberian obat, sehingga pasien bisa haid kembali.
d.      Keluar vlek
Vlek-vlek darah bisa saja keluar setelah tindakan kuretase dilakukan, sampai satu minggu kemudian.Keluarnya vlek-vlek darah itu sangat wajar.Tapi, bagaimanapun harus tetap dikonsultasikan pada dokter, agar bisa diwaspadai.Sebab, bisa saja keluarnya vlek tersebut karena adanya gangguan pada fungsi pembekuan darah.
e.       Mual dan pusing
Mual dan pusing bisa terjadi akibat pembiusan yang dilakukan.Tapi, kalau muntah pada saat pasien sedang tidak sadar diri, hal itu perlu diwaspadai.
f.       Nyeri
Rasa nyeri, terutama di perut bagian bawah, bisa timbul setelah tindakan kuretase dilakukan. Untuk menguranginya, dokter biasanya akan memberikan obat-obatan pereda nyeri. Dan biasanya akan cepat hilang.

G.  TEKNIK PENGELUARAN JARINGAN
Pengeluaran jaringan yaitu setelah serviks terbuka (primer maupun dengan dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase.
1. Sondage, menentukan posisi dan ukuran uterus
2. Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90˚ untuk melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut
3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa masuk
4. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua, dengan eksplorasi jari maupun kuret.

H. ASUHAN KEPERAWATAN PADA POST CURRETAGE
Diagnosa keperawatan
a)Devisit Volume Cairan berhubungan dengan perdarahan
b)        Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
c)Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri
d)        Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab
e)Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan

Intervensi
a)      . Devisit Volume Cairan berhubungan dengan perdarahan
Tujuan :
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi
1. Kaji kondisi status hemodinamika Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi
2. Ukur pengeluaran harian Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
3. Berikan sejumlah cairan pengganti harian Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif
4. Evaluasi status hemodinamika Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik

b). Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan :
Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi
1.      Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
2.      Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi
3.      Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari Mengistiratkan klilen secara optimal
4.      Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan
5.      Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas Menilai kondisi umum klien

c).  Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan :
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
 Intervensi
1.      Kaji kondisi nyeri yang dialami klien Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi
2.      Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
3.      Kolaborasi pemberian analgetika Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik

 d).  Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi
1.      Kaji kondisi keluaran/ dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau yang tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
2.      Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan Infeksoi bisa muncul akibat kurangnya kebersihan alat genitalia dari luar
3.      Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
4.      Lakukan perawatan vulva Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi
5.      Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi
6.      Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama masa perdarahan Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu, senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi sistem reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan

e). Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan
Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat
 Intervensi
1.      Kaji tingkat pengetahuan / persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit Ketidaktahuan dapat menjadi dasar timbulnya rasa cemas
2.      Kaji derajat kecemasan yang dialami klien Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penilaian objektif klien tentang penyakit
3.      Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan Pewlibatkan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kasadalan diri klien
4.      Asisten klien menentukan tujuan perawatan bersama Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkonstribusi menurunkan kecemasan
5.      Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga Konseling bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support sisterm keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga



DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/112/jtptunimus-gdl-anggunnur-5598-2-babi.pdf

Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo . 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sastrawinata, Sulaiman. 1992. Obstetri Patologi. Bandung : FK Unpad

No comments:

Post a Comment