ASUHAN KEPERAWATAN
BAYI DENGAN RESPIRATORY DISTRESS SYNDROM
- Definisi
Respiratory Distress Syndrome atau
RDS adalah suatu keadaan dimana bayi mengalami kegawatan pernafasan yang
diakibatkan kurang atau tidak adanya surfaktan dalam paru-paru (Nelson, 2000)
- Etiologi
Kurang/tidak adanya surfaktan dalam
paru-paru
Unsur utama surfaktan adalah dipalmitilfosfatidilkolin
(lesitin), fosfatidilgliserol, apoprotein (protein surfaktan = ps A, B, C, D)
dan kholesterol.
Faktor predisposisi :
1.
Bayi dari
ibu diabetes
2.
Persalinan
sebelum umur kehamilan 37 minggu
3.
Kehamilan
multijanin
4.
Persalinan
SC
5.
Persalinan
cepat
6.
Asfiksia
7.
Stress
dingin
8.
Riwayat
bayi sebelumnya terkena RDS
- Patofisiologi
Tidak adanya surfaktan berperan dalam
kegagalan mengembangkan kapasitas residu fungsional (Functional Residual
Capasity) dan kecenderungan paru-paru terkena atelektasis serta mempunyai
korelasi dengan tegangan permukaan alveolar yang tinggi. Sintesis surfaktan
sebagian bergantung pada pH, suhu dan perfusi normal. Sintesis dapat ditekan
juga dalam keadaan asfiksia, hipoksemia, hipotensi maupun jejas akibat kadar
oksigen yang turun pada alveolar.
Definisi sintesis atau pelepasan
surfaktan bersama dengan unit saluran pernafasana dan dinding dada yang lemah,
menghasilkan atelektasis, mengakibatkan adanya perfusi pada alveolus tetapi
tidak ada ventilasi dan menyebabjan hipoksia.
- Manifestasi klinis
Menurut Martin, 1999 manifestasi
klinis antara lain :
1.
Kesulitan
dalam memulai respirasi normal
2.
Dengkingan
(grunting) pada saat ekspirasi, diamati pada saat bayi tidak dalam keadaan
menangis (disebabkan oleh penutupan glotis) merupakan tanda/indikasi awal
penyakit, berkurangnya dengkingan mungkin merupakan tanda pertama perbaikan.
3.
Refraksi
sternum dan interkosta
4.
Nafas
cuping hidung
5.
Sianosis
pada udara kamar
6.
Respiarasi
cepat atau kadang lambat jika sakit parah
7.
Auskultasi;
udara yang masuk berkurang
8.
Edema
ekstremitas
9.
Pada foto
rontgen ditemukan retikulogranular, gambaran bulat-bulat kecil dengan corakan
bronkogram udara.
Kelainan-kelainan fisiologis:
1.
Daya
kembang paru-paru berkurang hingga mencapai seperlima sampai sepersepuluh nilai
normal.
2.
Daerah
paru-paru yang tidak mengalami perfusi luas mencapai 50-60%
3.
Aliran
darah kapiler pulmonal kurang
4.
Ventilasi
alveolus berkurang dan usaha nafas meningkat
5.
Volume
paru-paru berkurang
Perubahan-perubahan ini menyebabkan hipoksemia,
seringkali hiperkarbia dan jika mengalami hipoksemia berat menimbulakan
asidosis.
- Komplikasi
Menurut Nelson, 2000 komplikasi yang
dapat terjadi adalah :
1.
Acidosis,
baik respiratorik atau metabolik
2.
Displasia
bronchopulmonal
3.
Apnoe
4.
Merupakan
penyabab kematian utama BBL dengan angka 30 % dari semua kematian neonatus oleh
RDS atau komplikasinya.
- Penatalaksanaan
Perawatan suportif awal bayi terutama
penanganan hipoksia, hipotermia, sangat mengurangi tingkat keparahan RDS :
1.
Bayi
ditempatkan didalam inkubator dengan suhu didalamnya dipertahankan 35-36 C.
2.
Kalori dan
cairan diberikan glukosa 10 % dengan kecepatan 65-75 ml/kg/24 jam
3.
Oksugen
yang hangat dan dilembabkan dengan kadar yang cukup
4.
Bayi
dengan RDS yang berat dan apnoe memerlukan bantuan ventilasi mekanis (pH arteri
<7,20; pCO2 60 mmHg atau lebih; pO2 darah arteri 50 mmHg atau kurang pada
kadar O2 70-100 %)
5.
Pemasukan
surfaktan eksogen kedalam endotrakea bayi dan ventilasi mekanis untuk
pengobatan (rescue terapi) dapat memperbaiki ketahanan hidup dan mengurangi
incidens kebocoran udara paru (Survanta adalah surfaktan eksogen yang
dpersiapkan dari paru sapi yang dicincang halus dengan ekstra lipid ditambahkan
fosfatidilkolin, asam palmitat dan trigliserida; sedangkan eksosurf adalah
surfaktan sintesis yang mengandung dipalmitiodilfosfatidilkolin, heksadekanol
dan tiloksapol)
Tindakan –tindakan pencegaha umum
Usaha pokok penanganan penyakit ini
harus selalu dipusatkan pada usaha pencegahan. Sejumlah besar penelitian
menunjukkan tingginya insiden kelainan tanpa alasan setelah persalinan sesar
yang tidak disertai dokumentasi memadai maturitas pulmonal berdasarkan tes
cairan amnion. Memperpanjang umur kehamilan dengan tirah baring dan atau
obat-obat yang menghambat persalinan prematur (misal agen tokolitik) dan
induksi surfaktan pulmonal dengan cara pemberian steroid melalui ibu, memainkan
peran penting untuk mengurangi insiden penyakit ini.
Sedangkan menurut Martin, 1999
perawatan pendukung bayi dengan RDS adalah :
1.
Tenaga
Ø Perawat terlatih (rasio 1:1 atau 1:2) dan alat
pemantau
Ø Dokter terlatih tersedia
2.
Pengawasan
suhu dengan teliti untuk mempertahankan bayi pada suhu netral
3.
Monitoring
tanda vital :
Ø Pengukuran pH, Pa CO 2, Pa O 2 dan HCO 3 tiap 4
jam
Ø Pertahnkan Pa O2 sebesar 50-80 mmHg, kontinu
optimal
Ø Pantau tekanan darah
Ø Usahakan memeprrtahankan pH
Ø Batasi pemberian Na HCO3 sebesar 8 meq/kg/hari
4.
Terapi
surfaktan (membutuhkan pipa endotrakeal)
5.
Glukosa IV
sebesar 60 ml/kg pada hari pertama, 80-100 ml/kg pada hari kedua dengan
penentuan berat badan bagi bayi-bayi kecil untuk menghitung jika H2O dibutuhkan
lebih banyak.
6.
Pemberian
O2 diawasi, dihangatkan dan dilembabkan
mengguanakan kap (hood)
7.
Terus
menerus memantau pernafasan, frekuensi denyut jantung dan suhu
8.
Pengukuran
kadar gula darah dan hematokrit sering dilakukan (Na, K, Cl tiap 12-24 jam)
9.
Lakukan
tranfusi jika hematokrit sentral awal < 40 atau jika hematokrit < 40
selama fase akut penyakit.
10.
Catat
semua hasil pengamatan dalam satu formulir
11.
Lakukan
kultur darah dan mengurangi prosedur rutin sepereti pengisapan, pemegangan dan
auskultasi.
- Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
:
1)
Identitas
: lengkap, termasuk orang tua bayi
2)
Riwayat
kesehatan :
a.
Keluahan
utama, terutama sistem pernafasan : cyanosis, grunting , RR, cuping hidung
b.
Riwayat
kesehatan : terutama umur kehamilan dan proses persalinan
3)
Pemeriksaan
Fisik :
a.
Keadaan
umum : kesadaran, vital sign
b.
Pemeriksaan
persistem : terutama pada sistem yang terlibat langsung
Ø Sistem pernafasan : kesulitan dalam respirasi
normal. Refraksi strenum dan interkosta, nafas cuping hidung, cyanosis pada
udara kamar, grunting, respirasi cepat atau lambat
Ø Sistem kardiovaskulaer : takikardia, nadi
lemah/cepat, akral dingin/hangat, cyanosis perifer
Ø Sistem gastrointestinal : muntah, kembung,
peristaltik menurun/meningkat
Ø Sistem perkemihan : keluaran urine, warna
2.
Diagnose
keperawatan
1)
Pola nafas
tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis (defisiensi surfaktan
dan ketidakstabilan alveolar)
2)
Hipotermia
berhubungan dengan berada di lingkungan yang dingin
3)
Kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolar
4)
Resiko
infeksi
Rencana Keperawatan
No
|
Diagnose Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
1
|
Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan mem-bran
kapiler-alveoli
Batasan karakteristik :
-
Takikardia
-
Hiperkapnea
-
Iritabilitas
-
Dispnea
-
Sianosis
-
Hipoksemia
-
Hiperkarbia
- Abnormal
frek, irama, kedalaman nafas
- Nafas
cuping hidung
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5x
24 jam, pertukaran gas pasien menjadi efektif, dengan kriteria :
Status Respirasi : Ventilasi (0403) :
-
Pasien menunjukkan peningkatan
ventilasai dan oksigenasi adequat berdasarkan nilai AGD sesuai parameter
normel pasien
-
Menunjukkan fungsi paru yang
normal dan bebas dari tanda-tanda distres pernafasan
|
Monitor Respirasi (3350) :
1.
Monitor rata-rata irama,
kedalaman dan usaha untuk bernafas.
2.
Catat gerakan dada, lihat
kesimetrisan, penggunaan otot bantu dan retraksi dinding dada.
3.
Monitor suara nafas, saturasi
oksigen, sianosis
4.
Monitor kelemahan otot
diafragma
5.
Catat onset, karakteristik dan
durasi batuk
6.
Catat hasil foto rontgen
Terapi Oksigen (3320) :
1.
Kelola humidifikasi oksigen
sesuai peralatan
2.
Siapkan peralatan oksigenasi
3.
Kelola O2 sesuai indikasi
4.
Monitor terapi O2 dan observasi
tanda keracunan O2
Manajemen Jalan Nafas (3140) :
1.
Bersihkan saluran nafas dan
pastikan airway paten
2.
Monitor perilaku dan status
mental pasien, kelemahan , agitasi dan
konfusi
3.
Posisikan klien dgn elevasi
tempat tidur
4.
Bila klien mengalami unilateral
penyakit paru, berikan posisi semi fowlers dengan posisi lateral 10-15
derajat / sesuai tole-ransi
5.
Monitor efek sedasi dan
analgetik pada pola nafas klien
Manajemen Asam Basa (1910) :
1.
Kelola pemeriksaan laboratorium
2.
Monitor nilai AGD dan saturasi
oksigen dalam batas normal
|
2
|
Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas (defisiensi
surfaktan dan ketidak-stabilan alveolar).
Batasan karakteristik :
-
Bernafas mengguna-kan otot pernafasan tambahan
-
Dispnea
-
Nafas pendek
-
Pernafasan rata-rata < 25 atau > 60 kali
permenit
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …..x
24 jam diharapkan pola nafas efektif denga kriteria hasil :
Status Respirasi : Ventilasi (0403)
:
-
Pernapasan pasien 30-60X/menit.
-
Pengembangan dada simetris.
-
Irama pernapasan teratur
-
Tidak ada retraksi dada saat
bernapas
-
Inspirasi dalam tidak ditemukan
-
Saat bernapas tidak memakai otot
napas tambahan
-
Bernapas mudah
-
Tidak ada suara napas tambahan
|
Manajemen Jalan Nafas (3140) :
1. Bebaskan jalan nafas
dengan posisi leher ektensi jika memungkinkan.
2. Posisikan klien
untuk memaksimalkan ventilasi dan mengurangi dispnea
3. Auskultasi suara
nafas
4. Monitor respirasi
dan status oksigen
Monitor Respirasi (3350) :
1. Monitoring
kecepatan, irama, kedalaman dan upaya nafas.
2. Monitor pergerakan,
kesimetrisan dada, retraksi dada dan alat bantu pernafasan
3. Monitor adanya
cuping hidung
4. Monitor pola nafas :
bradipnea, takipnea, hiperventilasi, respirasi kusmaul, apnea
5. Monitor adanya
lelemahan otot diafragma
6. Auskultasi suara
nafas, catat area penurunan dan ketidak adanya ventilasi dan bunyi nafas
|
3
|
Hipotermia b.d berada di lingkungan yang dingin
Batasan karakteristik :
-
Penurunan suhu tu-buh di bawah ren-tang normal
-
Pucat
-
Menggigil
-
Kulit dingin
-
Dasar kuku sianosis
-
Ppengisian kapiler lambat
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …..x
24 jam hipotermia tidak terjadi dengan kriteria :
Termoregulasi Neonatus (0801)
:
-
Suhu axila 36-37˚ C
-
RR : 30-60 X/menit
-
Warna kulit merah muda
-
Tidak ada distress respirasi
-
Tidak menggigil
-
Bayi tidak gelisah
-
Bayi tidak letargi
|
Pengobatan Hipotermi (3800) :
1. Pindahkan bayi dari
lingkungan yang dingin ke dalam lingkungan / tempat yang hangat (didalam
inkubator atau lampu sorot)
2. Segera ganti pakaian
bayi yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat dan kering, berikan
selimut.
3. Monitor gejala dari
hopotermia : fatigue, lemah, apatis, perubahan warna kulit
4. Monitor status
pernafasan
5. Monitor intake dan
output
|
No comments:
Post a Comment