STANDAR
ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN
DENGAN DEMAM TIPOID
- Pengertian
Demam Tifoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada
saluran cerna dan gangguan kesadaran. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 1 minggu dan
terdapat gangguan kesadaran. (Suriadi, 2001)
- Etiologi
Salmonella typhosa, basil gram
negative, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora. Mempunyai
sekurang-kurangnya 3 macam antigen yaitu antigen O (somatik, terdiri dari zat
komplek lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen Vi. Dalam serum
penderita terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.
(Ngastiyah, 1997)
- Manifestasi klinik
Masa inkubasi 10-14
hari. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang khas berupa perjalanan yang cepat
yang berlangsung kurang lebih 3 minggu. Gejala Demam Tifoid antara lain sebagai
berikut :
Ø Demam > 1 minggu terutama pada malam hari
Demam
tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama
peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam
hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat
dan pada minggu ke tiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal.
Ø Nyeri kepala
Ø Malaise
Ø Letargi
Ø Lidah kotor dengan tepi hiperemis (coated
tongue)
Ø Bibir kering pecah-pecah (regaden)
Ø Mual, muntah
Ø Neri perut
Ø Nyeri otot
Ø Anoreksia
Ø Hepatomegali, splenomegali
Ø Konstipasi, diare
Ø Penurunan kesadaran
Ø Macular rash, roseola (bintik kemerahan) akibat
emboli basil dalam kapiler
Ø Skibala
Ø Halitosis
Ø Epistaksis
Ø Meteorismus
Ø Bradikardi
Ø Mengigau (delirium)
- Patofisiologi
Bakteri
Salmonella typhosa masuk melalui makanan / minuman, setelah melewati lambung
kuman mencapai usus halus (ileum) dan setelah menembus dinding usus sehingga
mencapai folikel limfoid usus halus (plaque Peyeri). Kuman ikut aliran limfe
mesenterial ke dalam sirkulasi darah (bakteremia primer). Mencapai jaringan RES
(hepar, lien, sumsum tulang, untuk bermultiplikasi). Setelah mengalami bacteria
sekunder, kuman mencapai sirkulasi darah
untuk menyerang organ lain (intra dan ekstra intestinal). Masa inkubasi
10-14 hari. (IDAI, 2004)
Salmonella typhosa masuk melalui makanan atau minuman
yang tercemar menuju tempat infeksi
ileosekal (usus halus) dan terjadi inflamasi minimal. Kuman masuk pembuluh
darah dan terjadi septicemia primer, kemudian masuk ke sistem
retikuloendotelial untuk berkembang biak (inflamasi local) pada kelenjar getah
bening, hati dan limpa. Kuman kembali ke pembuluh darah (septicemia sekunder)
menuju tempat infeksi utama ileosekal. (Tri Atmadja, 2001)
Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan
dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk usus halus,
ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian
kuman masuk ke peredaran darah (bakteremia primer) dan mencapai sel
retikuloendotelial, hati, limpa dan organ-organ lainnya. Proses ini terjadi
dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikuloendotelial melepaskan
kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakteremia untuk kedua kalinya.
Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh terutama limpa, usus
dan kandung empedu. Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks peyer.
Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu ke dua terjadi nekrosis
dan pada minggu ke tiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu ke empat
terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan
perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain hepar, kelenjar-kelenjar
mesenterial dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin
sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus
halus. (Suriadi, 2001)
Pathway
Salmonella typhosa
Saluran
pencernaan
Diserap
usus halus Konstipasi
Bakteri memasuk aliran darah sistemik Motilitas usus ↓ Defisit self care
Kelenjar limfoid usus halus
Hati dan limpa Endotoksin Bed rest
Tukak
Hepatosplenomegali Hipertermi
Mual, muntah
Hospitalisasi
PK
: Perdarahan
dan perforasi Intake
tak adekuat Takut
Rsk deficit
volume cairan Rsk keb nutrisi
kurang
- Komplikasi
1.
Perforasi usus
|
5. Kolesistitis
|
2.
Perdarahan usus
|
6. Meningitis, Ensefalitis, Ensefalopati
|
3.
Peritonitis
|
7. Bronkopneumonia
|
4.
Sepsis
|
|
(Kapita selekta
kedokteran, 2000)
- Pemeriksaan Penunjang
1.
Darah tepi
: anemia, leucopenia, trombositopenia, limfositosis, anemia
2.
Kultur :
darah, air seni, tinja, sumsum tulang
3.
Serologi :
widal positif
- Penatalaksanaan
1.
Keperawatan
Ø Memenuhi kebutuhan nutrisi : kalori, cairan dan
elektrolit. Bila perlu melalui sonde
Ø Diet TKTP, rendah serat dan mudah dicerna,
lunak, cair (klien dengan penurunan kesadaran)
Ø Menurunkan demam
Ø Mengawasi komplikasi
Ø Mengelola oksigen
Ø Health education : perawatan di rumah
(Ngastiyah, 1997)
Memonitor vital sign
2.
Medis
Ø Antipiretik
Ø Antibiotik:cloramphenicol 50-100 mg/kgBB/hari,
cotrimoksasol 6-10 mg/kgBB/hari, amoksisilin 100 mg/kgBB/hari, Seftriakson 80
mg/kg BB/hari, sefiksim 10 mg/kg BB/hari
Ø Infus D5 %, D10 %, KN 3A
Ø Roboransia : Vitamin K ( untuk suplementasi
terhadap gangguan flora usus terhadap pemberian antibiotik yang lama).
Ø Kortikosteroid diberikan pada kasus berat
dengan penurunan kesadaran.
Deksametoason
1-3 mg/Kg BB/hari intravena dibagi menjadi 3 dosis hingga kesadaran membaik.
Ø Lavemen, Laxantia
Ø Tranfusi darah : kadang-kadang diperlukan pada
perdarahan saluran cerna dan perforasi
Ø Oksigenasi : diberikan pada klien dengan penurunan kesadaran atau
kejang.
(SPM Anak RSUD Wates,2001)
- Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Identitas
: umur, alamat (daerah endemis ?,
lingkungan rumah / sekolah ada yang menderita demam tifoid ?)
b.
Riwayat
Kesehatan
1)
Keluhan
utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas, muntah,
epistaksis, perdarahan gusi
2)
Riwayat
kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah
sakit) : kapan mulai panas ?
3)
Riwayat
kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah
diderita oleh pasien)
4)
Riwayat
kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah
diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
5)
Riwayat
tumbuh kembang : adakah keterlambatan tumbuh kembang ?
6)
Riwayat
imunisasi
c.
Pemeriksaan
Fisik
1)
Keadaan umum
: kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan, panjang badan, usia)
2)
Pemeriksaan
persistem
a)
Sistem
persepsi sensori :
Ø Penglihatan : edema palpebra, air mata ada /
tidak, cekung / normal
Ø Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, lidah
lembab / kering
b)
Sistem
persyarafan : kesadaran, menggigil, kejang, pusing
c)
Sistem
pernafasan : epistaksis, dispneu, kusmaul, sianosis, cuping hidung, odem pulmo,
krakles
d)
Sistem
kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat / tak teraba, kapilary refill
lambat, akral hangat / dingin, epistaksis, sianosis perifer, nyeri dada
e)
Sistem
gastrointestinal :
Ø Mulut : membran mukosa lembab / kering, lidah
kotor, perdarahan gusi
Ø Perut :
turgor ?, kembung / meteorismus, distensi, nyeri, asites, lingkar perut, skibala ?
Ø Informasi tentang tinja : warna (merah, hitam),
volume, bau, konsistensi, darah, melena
f)
Sistem
integumen : RL test (+) ?, petekie, ekimosis, kulit kering / lembab, perdarahan
bekas tempat injeksi ?
g)
Sistem perkemihan
: bak 6 jam terakhir, oliguria / anuria
d.
Pola
Fungsi Kesehatan
1)
Pola
persepsi dan pemeliharaan kesehatan : sanitasi ?,
2)
Pola
nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah
3)
Pola
eleminasi
a)
Bab :
frekuensi, warna (merah ?, hitam ? ), konsistensi, bau, darah
b)
Bak :
frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir ?, oliguria, anuria
4)
Pola
aktifitas dan latihan
5)
Pola tidur
dan istirahat
6)
Pola
kognitif dan perceptual
7)
Pola
toleransi dan koping stress
8)
Pola nilai
dan keyakinan
9)
Pola
hubungan dan peran
10)
Pola
seksual dan reproduksi
11)
Pola
percaya diri dan konsep diri
2.
Diagnosa
Keperawatan
1)
Hipertermi
berhubungan dengan peningkatan metabolic, dehidrasi, proses infeksi
2)
Takut b.d hospitalisasi, tindakan invasif.
3)
Cemas
orang tua b.d penyakit anaknya
4)
Defisit
self care b.d tirah baring
5)
Resiko konstipasi
b.d tirah baring
6)
Resiko
kebutuhan cairan kurang b.d intake tak adekuat, muntah, hipertermi
7)
Resiko
kebutuhan nutrisi kurang b.d intake tak adekuat
Rencana Perawatan
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
1.
|
Hipertermi b.d, pening-katan metabolik, viremia
Batasan karakteristik :
-
Suhu tubuh > nor-mal
-
Kejang
-
Takikardi
-
Respirasi meningkat
-
Diraba hangat
-
Kulit memerah
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … X 24
jam suhu badan klien normal, dengan criteria :
Termoregulasi (0800)
-
Suhu kulit normal
-
Suhu badan 35,9˚C-
37,3˚C
-
Tidak ada sakit kepala
-
Tidak ada nyeri otot
-
Tidak ada perubahan war-na kulit
-
Nadi, respirasi dalam batas normal
-
Hidrasi adequate
-
Klien menyatakan
nya-man
-
Tidak menggigil
-
Tidak iritabel / gragapan / kejang
|
Pengaturan
Panas (3900)
1. Monitor suhu sesuai
kebutuhan
2. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
3. Monitor suhu dan
warna kulit
4. Monitor dan laporkan
tanda dan gejala hipertermi
5. Anjurkan intake
cairan dan nutrisi yang adekuat
6. Ajarkan klien
bagaimana mencegah panas yang tinggi
7. Berikan obat
antipiretik
8. Berikan obat untuk mencegah atau me-ngontrol menggigil
Pengobatan Panas (3740)
1. Monitor suhu sesuai
kebutuhan
2. Monitor IWL
3. Monitor suhu dan
warna kulit
4. Monitor tekanan
darah, nadi dan respirasi
5. Monitor derajat
penurunan kesadaran
6. Monitor kemampuan
aktivitas
7. Monitor leukosit,
hematokrit, Hb
8. Monitor intake dan
output
9. Monitor adanya
aritmia jantung
10. Dorong peningkatan
intake cairan
11. Berikan cairan
intravena
12. Tingkatkan sirkulasi
udara dengan kipas angin
13. Dorong atau lakukan
oral hygiene
14. Berikan obat
antipiretik untuk mencegah klien menggigil / kejang
15. Berikan obat
antibiotic untuk mengobati penyebab demam
16. Berikan oksigen
17. Kompres dingin
diselangkangan, dahi dan aksila.
18. Anjurkan klien untuk
tidak memakai selimut
19. Anjurkan klien memakai
baju berbahan dingin, tipis dan
menyerap keringat
Manajemen Lingkungan (6480)
1. Berikan ruangan
sendiri sesuai indikasi
2. Berikan tempat tidur
dan kain / linen yang bersih dan
nyaman
3. Batasi pengunjung
Mengontrol Infeksi (6540)
1. Anjurkan klien untuk
mencuci tangan sebelum makan
2. Gunakan sabun untuk
mencuci tangan
3. Cuci tangan sebelum
dan sesudah me-lakukan kegiatan
perawatan klien
4. Ganti tempat infuse
dan bersihkan sesuai dengan SOP
5. Berikan perawatan
kulit di area yang odem
6. Dorong klien untuk
cukup istirahat
7. Lakukan pemasangan
infus dengan teknik aseptik
8. Anjurkan klien minum
antibiotik sesuai advis dokter
|
2.
|
Defisit self
care b.d dengan tirah baring
|
Kebutuhan ADL klien
terpenuhi selama perawatan
Indikator:
-
Klien tampak bersih dan rapi
-
Mengerti secara sederhana
cara mandi, makan, toilet-ing, dan
berpakaian serta mau mencoba secara aman tanpa cemas
-
Klien mau berpartisipasi dengan
senang hati tanpa keluhan dalam memenuhi ADL
|
NIC:
Membantu perawatan diri klien Mandi dan toiletting
Aktifitas:
1. Tempatkan
alat-alat mandi ditempat yang mudah dikenali dan mudah dijangkau klien
2. Libatkan klien dan
dampingi
3. Berikan
bantuan selama klien masih mampu mengerjakan sendiri
4. Libatkan
keluarga dalam memenuhi kebutuhan mandi dan toileting
NIC: ADL Berpakaian
Aktifitas:
1. Informasikan pd
klien dalam memilih pakaian selama perawatan
2. Sediakan pakaian di
tempat yang mudah dijangkau
3. Bantu berpakaian
yang sesuai
4. Jaga privcy klien
5. Berikan
pakaian pribadi yg digemari dan sesuai
6. Libatkan
keluarga dalam memenuhi kebutuhan berpakaian
NIC: ADL Makan
1. Anjurkan
duduk dan berdo’a bersama teman
2. Dampingi saat makan
3. Bantu
jika klien belum mampu dan beri contoh
4. Libatkan
keluarga dalam memenuhi ke-butuhan makan dan minum
5. Beri
rasa nyaman saat makan
|
3.
|
Takut b.d hospitalisasi, tindakan invasif, lavemen,
pengalaman / lingkungan yang kurang bersahabat. (00148)
Batasan karakteristik :
-
Panik
-
Teror
-
Perilaku menghindar
atau menyerang
-
Impulsif
-
Nadi,
respirasi, TD sistolik
meningkat
-
Anoreksia
-
Mual, muntah
-
Pucat
-
Stimulus sebagai an-caman
-
Lelah
-
Otot tegang
-
Keringat meningkat
-
Gempar
-
Ketegangan mening-kat
-
Menyatakan takut
-
Menangis
-
Protes
-
Melarikan diri
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … X 24
jam rasa takut klien berkurang, dengan kriteria :
Fear control (1404) :
-
Klien tidak menyerang atau menghindari sumber yang
menakutkan
-
Klien menggunakan teknik relaksasi untuk mengura-ngi takut
-
Klien mampu mengontrol respon takut
-
Klien tidak melarikan diri.
-
Durasi takut menurun
-
Klien kooperatif saat di-lakukan perawatan dan
pe-ngobatan (lavement)
Anxiety control (1402)
-
Tidur pasien adekuat
-
Tidak ada manifestasi fisik
-
Tidak ada manifestasi pe-rilaku
-
Klien mau berinteraksi sosial
|
Coping
enhancement (5230)
1. Kaji respon takut klien
: data objektif dan subyektif
2. Jelaskan klien / keluarga
tentang proses penyakit
3. Terangkan klien / keluarga
tentang semua pemeriksaan dan pengobatan
4. Sampaikan sikap
empati (diam, mem-berikan sentuhan, mengijinkan me-nangis, berbicara dll)
5. Dorong orang tua
untuk selalu menemani anak
6. Berikan pilihan yang
realistik tentang aspek perawatan
7. Dorong klien untuk
melakukan aktifitas sosial dan komunitas
8. Dorong penggunaan
sumber spiritual
Anxiety Reduction (5820)
1. Jelaskan semua
prosedur termasuk perasaan yang mungkin dialami selama menjalani prosedur
2. Berikan objek yang
memberikan rasa aman
3. Berbicara dengan
pelan dan tenang
4. Membina hubungan
saling percaya
5. Jaga peralatan
pengobatan di luar penglihatan klien
6. Dengarkan klien
dengan penuh perhatian
7. Ciptakan suasana
saling percaya
8. Dorong klien
mengungkapkan pera-saan, persepsi dan takut secara verbal
9. Berikan aktivitas / peralatan
yang menghibur untuk mengurangi ke-tegangan
10. Anjurkan klien
menggunakan teknik relaksasi
11. Anjurkan orang tua untuk mem-bawakan mainan kesukaan dari rumah
12. Mengusahakan untuk
tidak mengulang pengambilan darah
13. Libatkan orang tua
dalam perawatan dan pengobatan
14. Berikan lingkungan
yang tenang
15. Batasi pengunjung
|
4.
|
Cemas orang tua b.d perkembangan penyakit anaknya
Batasan karakteristik :
-
Orang tua sering ber-tanya
-
Orang tua meng-ungkapkan perasaan cemas
-
Khawatir
-
Kewaspadaan me-ningkat
-
Mudah tersinggung
-
Gelisah
-
Wajah tegang, me-merah
-
Kecenderungan me-nyalahkan orang lain
|
Setelah dilakukan tindakan kepe-rawatan
selama … X pertemuan cemas orang tua
berkurang, dengan riteria :
Anxiety control (1402)
-
Tidur
adekuat
-
Tidak ada manifestasi fisik
-
Tidak ada manifestasi pe-rilaku
-
Mencari informasi untuk mengurangi cemas
-
Menggunakan teknik re-laksasi untuk mengurangi cemas
-
Berinteraksi sosial
Aggression Control (1401)
-
Menghindari kata yang meledak-ledak
-
Menghindari perilaku yang merusak
-
Mampu mengontrol verbal
Coping (1302)
-
Mampu mengidentifikasi pola koping yang efektif dan
tidak efektif
-
Mampu mengontrol verbal
-
Melaporkan stress / ce-masnya berkurang
-
Mengungkapkan menerima keadaan
-
Mencari informasi ber-kaitan dengan penyakit dan
pengobatan
-
Memanfaatkan dukungan sosial
-
Melaporkan penurunan stres fisik
-
Melaporkan peningkatan kenyamanan psikisnya
-
Mengungkapkan membu-tuhkan bantuan
-
Melaporkan perasaan ne-gatifnya berkurang
-
Menggunakan strategi ko-ping efektif
|
Coping
enhancement (5230)
1. Kaji respon cemas
orang tua
2. Jelaskan orang tua
tentang proses penyakit anaknya
3. Terangkan orang tua
tentang prosedur pemeriksaan dan pengobatan
4. Beritahu dan
jelaskan setiap perkembangan penyakit anaknya
5. Dorong penggunaan
sumber spiritual
Anxiety Reduction (5820)
1
Jelaskan semua prosedur termasuk perasaan yang
mungkin dialami selama menjalani prosedur
2
Berikan objek yang dapat memberikan rasa aman
3
Berbicara dengan pelan dan tenang
4
Membina hubungan saling percaya
5
Dengarkan
klien dengan penuh perhatian
6
Ciptakan suasana saling percaya
7
Dorong orang tua mengungkapkan perasaan, persepsi
dan cemas secara verbal
8
Berikan peralatan / aktivitas yang menghibur untuk mengurangi ke-tegangan
9
Anjurkan untuk menggunakan teknik relaksasi
10 Berikan lingkungan
yang tenang
11 Batasi pengunjung
|
5.
|
Resiko konstipasi b.d tirah baring
Batasan karakteristik :
1. Perubahan pola bab
2. Distensi abdomen
3. Perkusi abdomen
dullness
4. Nyeri saat defekasi
5. Tegang saat defekasi
6. Frekuensi bab me-nurun
7. Feses keras
8. Teraba masa pada
rectum (skibala)
9. Perasaan rectal
penuh
10. Nyeri abdomen
11. Peristaltik menurun
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama … X 24 jam klien tidak mengalami kon-stipasi, dengan kriteria :
Bowel Elemination (0501) :
1. Pola eleminasi dalam
batas normal
2. Mampu mengontrol
dorong-an bab
3. Warna feses dalam
batas normal
4. Tidak ada darah
dalam feses
5. Pengeluaran feses
mudah
6. Pengeluaran feses
nyaman
7. Nyeri kram tidak
ditemukan
|
Manajemen
konstipasi (0450) :
1. Monitor tanda dan
gejala konstipasi
2. Monitor gerakan usus
termasuk fre-kuensi, konsistensi, bentuk ,volume dan warna feses
3. Monitor suara usus
4. Kolaborasi dokter
jika ada penurunan atau peningkatan suara usus
5. Monitor tanda dan
gejala rupture usus / peritonitis
6. Jelaskan penyebab
konstipasi dan alasan dilakukan tindakan
7. Identifikasi faKtor
(obat, diet, bed rest) yang mungkin menyebabkan konstipasi
8. Dorong peningkatan
intake cairan
9. Evaluasi pengobatan
yang meng-akibatkan efek gastrointestinal
10. Anjurkan klien taat
diet, intake cairan, latihan (mobilisasi bertahap)
11. Evaluasi catatan
intake makanan
12. Kolaborasi dokter
jika konstipasi menetap
13. Kelola laksantia,
lavemen
14. Informasikan dan
jelaskan tentang prosedur manual mengeluarkan feses
15. Keluarkan feses
secara manual
Bowel
irrigation (0420) :
1. Tentukan alasan
melakukan lavemen
2. Hindari jika ada
kontraindikasi (kolitis ulserasi)
3. Terangkan prosedur
kerja
4. Jaga privacy klien
5. Jelaskan pada klien
mungkin akan mengalami kram perut dan dorongan bab
6. Siapkan alat
7. Atur posisi pasien
8. Lindungi linen
pasien (dengan perlak)
9. Sediakan bedpan
10. Lakukan lavemen pelan-pelan
11. Monitor tanda dan
gejala diare, konstipasi
12. Bersihkan area anus
Bowel
training (0440) :
1. Rencanakan program
bowel training dengan klien
2. Kolaborasi dokter
penggunaan obat supositoria
3. Dorong peningkatan
intake cairan
4. Anjurkan klien bab
secara teratur
5. Kelola pemberian supositoria
6. Jaga privacy
7. Evaluasi status bab
pasien secara teratur
|
DAFTAR PUSTAKA
-
Arif
Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI Jakarta, 2000
-
Dina
Kartika S, Pediatricia, Tosca Enterprise, Yogyakarta, 2005
-
Hardiono
D. Pusponegoro dkk, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, IDAI, 2004
-
Helen
Lewer, Learning to Care on the Paediatric Ward : terjemahan, EGC Jakarta, 1996
-
Joanne C.
McCloskey, Nursing Intervention Classification(NIC), Mosby Year Book, 1996
-
Joyce
Engel, Pocket Guide to Pediatric Assesment : terjemahan, EGC, 1998
-
Suriadi,
Asuhan Keperawatan pada Anak, CV Agung Seto, Jakarta, 2001
-
Tri
Atmadja DS, Standar Pelayanan Medis
Kesehatan Anak, RSUD Wates, 2001
No comments:
Post a Comment