Happy studying, may be useful ...

Dear readers ...
for completeness this blog, we hope the comments that build ... ok thank you :)

" Health is not everything, but whithout health everything is nothing "

Wednesday, September 19, 2012

LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS



A.    Konsep Dasar
1.      Pengertian
a.       Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Brunner dan Sudarth, 2001)
b.      Gastritis adalah inflamasi (pembengkakan) dari mukosa lambung termasuk gastritis erosiva yang disebabkan oleh iritasi, refluks cairan kandung empedu dan pankreas haemorraphic gastritis, infectionus gastrititis dan atrafi mukosa lambung. (www.google.2007)
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa grastitis adalah suatu peradangan dan mukosa lambung baik akut atau kronik yang menimbulkan gejala rasa sakit atau tidak enak didaerah epigastrium.
Gastritis dibagi menjadi 2, yaitu:
1.      Gastritis akut
Merupakan kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala yang khas, biasanya ditemukan sel inflamasi akut atau neotrofil.
2.      Gastritis kronik
Penyebabnya tidak jelas, sering bersfat multifaktur dengan perjalanan klinik yang bervariasi. Kelainan ini berkaitan erat dengan H. Pylori.

2.      Etiologi
a.       Gastritis akut disebabkan oleh:
1.      Obat-obatan, aspirin, obat anti inflamasi non steroid (AINS)
2.      Alkohol
3.      Gangguan Mikosirkulasi  mukosa lambung: trauma, luka bakar, sepsis. Secara mikroskopik terdapat lesi mukosa dengan lokasi yang berbeda. Jika ditemukan pada korpus dan fundus, biasanya disebabkan stress. Jika disebabkan oleh obat-obatan AINS terutama ditemukan didaerah antrum, namun dapat juga menyeluruh sedangkan secara mikroskopik terdapat erosi dengan regenerasi epitel dan ditemukan reaksi sel inflamasi neutrofil yang minimal.
b.      Gastritis kronis disebabkan oleh:
Ulkus benigna atau maligna  atau oleh bakteri helycobacterpylory (H. Pylory).


3.      Patofisiologi
a.       Gastitis Akut
Membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik (kongesti dengan jaringan, cairan dan darah) dan mengalami erosi superfisial bagian ini mensekresi  sejumlah getah lambung, yang sangat sedikit asam tetapi banyak mucus. Ulserasi superfisial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi. Mukosa lambung memperbaiki diri sendiri  setelah mengalami gastritis, kadang hemoragi memerlukan intervensi bedah.

b.      Gastritis Kronis
Dapat diklisifikasikan sebagai tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut sebagai gastritis autoinum) diakibatkan dari perubahan sel parietal yang menimbukan atrofi dan infiltrasi seluler, hal ini jika dibandingkan dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung . Tipe B (kadan disebut sebagai gastritis H Pylory ) mempengarui antrum dan pylorus (ujung bawah lambung dekat duodenum) ini dihubungkan dengan bakteri H. Pylory. Faktor diet, seperti minum panas atau pedas, penggunaan obat-obatan, alkohol, merokok atau refluk isi usus ke dalam lambung.
 
4.      Pathway
Pathway dapat dilihat disini.
5.      Tanda dan gejala
a.       Gastritis Akut
Memiliki tanda dan gejala:
Merasa tidak nyaman, syndrome dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, mentah, kembung, merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemuka pula pendarahan saluran cerna hematemesis dan melena. Kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca pendarahan.
b.      Gastritis kronis
Memiliki tanda dan gejala:
Nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.

6.      Evaluasi Diagnostik
a.       Gastritis Akut
Tiga cara dalam menegakkan diagnosis, yaitu gambaran klinis, gambaran lesi mukosa akut di mukosa lambung  berupa erosi atau ulkus dangkal dengan tepi rata. Pada endoskopi saluran cerna bagian atas lebih sensitif dan spesifik untuk diagnosis kelainan akut lambung.
b.      Gastritis Kronis
Gastritis tipe A dihubungkan dengan Aklorhidria dan Hipoklorhidria (kadar asam hidroklohidria tidak ada atau rendah) sedangkan gastritis tipe B dihubungkan dengan Hiperklorhidria (kadar tinggi dari hodroklorhidria). Diagnosis dapat ditentukan dengan endoskopi, sedangkan pemeriksaan sinarX dan pemeriksaan histologis. Tindakan diagnosis untuk mendeteksi H.Pylory mencakup serologis untuk antibody terhadap antigen H. Pylory dan pernafasan.

7.      Komplikasi
a.       Gastritis akut
Pendarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir dengan shock hemoragik. Khususnya untuk pendarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptic. Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir sama namun pada tukak peptic.
Penyebab utamanya adalah infeksi H. Pylory sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90% pada tukak lambung.
b.      Gastritis Kronis
Pendarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi Vitamin B12.

8.      Penatalaksanaan
a.       Gastritis akut dapat diatasi dengan menghilangkan etiologinya. Diet lambung dengan porsi kecil dan sering. Apabila gejala menetap cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila pendaraan terjadi maka penatalaksanaannya adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal. Bila gastritis diakibatkan oelh mencerna makanan yang terlalu asam atau alkali. Pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralan agen penyebab.
Ø Untuk menetralisasi asam
Digunakan antasida umum (misalnya alumunium hidrosida). Untuk menetralisasi alkali digunakan intravena bahan yang cukup encer.
Ø Bila korasi lurus atau berat karena berbagai terapi pendukung mencakup intubasi analgesik dan sedatif, antasida serta cairan intravena endoskopi, fiberoptik, mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau sekresi lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pylorus.
b.      2. Gastritis Kronis diatasi dengan modifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stress, mengurangi stress dan memulai farmakoterapi. H. pylory dapat diatrasi dengan anibiotik (seperti tetrasiklin atau amoksilin) dan garam bismuth (pepto-bismol). Pasien dengan gastritis tipe A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan dengan adanya antibody terhadap faktor intrinsik.
B.     Nursing Care Plan
1.      Pengkajian
Pengumpulan dara subyektif dan obyektif sebelum melakukan tindakan keperawatan.
a.       Pengkajian pola kesehatan fungsional
1.      Riwayat pola persepsi  kesehatan dan manajemen kesehatan.
Pengetahuan tentang penyakit dan pemeliharaan kesehatan selama ini.
2.      Pola pemenuhan nutrisi metabolik
ü  Program diet RS
ü  Intake makanan dan cairan
3.      Pola Eliminasi
ü  Buang air besar
ü  Buang air kecil
ü  Karakteristik feses dan urine
4.      Pola aktivitas dan latihan
ü  Bernafas (pernafasan klien)
ü  Sirkulasi  (Mekanisme Kardio Pulmoner)
ü  Aktivitas / Mobilitas
ADL = makan, berpakaian, mandi, mobilitas umum, berhias, eliminasi, memasak.
5.      Pola tidur dan istirahat
Lama tidur, gangguan tidur, pengawasan saat bangun
6.      Pola Persepsi kognitif
ü  Pandangan klien tentang sakitnya
ü  Kecemasan
ü  Konsep diri
7.      Pola persepsi Konsep Diri
ü  Pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, konsep diri
8.      Pola peran dan hubungan
ü  Komunikasi hubungan dengan orang lain, kemampuan keuangan
9.      Pola Seksualitas dan Reproduksi
ü  Fertilisasi, libido, menstruasi, kontrasepsi
10.  Pola Koping dan Toleransi Stress
ü  Perubahan/kemampuan klien dalam bertahan terhadap situasi sepanjang hidupnya
11.  Pola nilai dalam kepercayaan
ü  Pandangan klien tentang agama dan kegiatan keagamaan.

2.      Diagnosa Keperawatan
                        A.        Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
v  Definisi =  Ketidakcukupan masukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
v  Batasan karakteristik:
·         BB 20% atau lebih dibawah ideal
·         Kelemahan otot yang dibutuhkan untuk menelan atau mengunyah
·         Cepat kenyang setelah mencerna makanan
·         Laporan masukan makanan kurang dari target harian yang dianjurkan
·         Konjungtiva dan membran mukosa pucat
·         Misconception
·         Kehilangan berat badan dengan adanya masukan makanan adekuat
·         Keengganan untuk makan.
·         Kram perut
·         Kesehatan otot menurun
·         Nyeri perut dengan atau tanpa patologi
·         Kurang ketertarikan makanan
·         Diare
·         Kehilangan rambut terlalu banyak
·         Suara isi perut hiperaktif
·         Misinformasi / kurang informasi
v  Faktor yang berhubungan
Ketidakmampuan dalam mengunyah, mencerna makanan dan mengabsorbsi nutrien yang seharusnya karena faktor biologi, psikologi atau ekonomi.
v  Tujuan
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi setelah dilakukan perawatan selama… hari
v  Kriteria hasil
                        Status nutrisi = intake nutrisi.
Indikator
1
2
3
4
5
o   Masukan kalori
o   Masukan protein
o   Masukan lemak
o   Masukan vitamin
o   Masukan mineral
o   Masukan kalsium















Keterangan  :
    1. Tidak adekuat
    2. Agak adekuat
    3. Sedang
    4. Hampir adekuat
    5. Sangat adekuat

v  Intervensi
1.      Manajemen nutrisi
a.       Berikan pengganti gula
b.      Anjurkan peningkatan kalori, mineral, protein dan vitamin C
c.       Anjurkan penyediaan kalori yang tinggi untuk tubuh
d.      Kolaborasi dengan ahli gizi
2.      Terapi Nutrisi
a.       Anjurkan peningkatan makanan yang tinggi kalsium
b.      Monitor masukan makanan dan cairan
c.       Anjurkan peningkatan makanan dan cairan yang tinggi potassium
d.      Anjurkan membersihkan mulut sebelum makan
e.       Anjurkan pasien dan keluarga tentang diet yang ditentukan

                        B.        Resiko Kekurangan Volume Cairan
Ø  Definisi : resiko mengalami dehidrasi vaskuler, seluler dan intrasel
Ø  Faktor resiko:
-          Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan (status hipermetabolik)
-          Pengobatan duretiks)
-          Kehilangan cairan melalui jalur abnormal
-          Kurangnya pengetahuan tentang volume cairan
-          Banyaknya kehilangan cairan melalui jalur normal (diare, muntah-muntah)
-          Usia lanjut
Ø  Tujuan
Cairan intrasel dan ekstrasel dalam tubuh klien simbang setelah perawatan selama….. hari.
Ø  Kriteria hasil
Keseimbangan cairan
indkator
1
2
3
4
5
       TD IER
       Tekanan
       Arteri rata-rata IER
       Tekanan vena sentral IER
       Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam tidak ada tambahan suara nafas
       Berat badan stabil
       Tidak ada edema peripenal
       Tidak terjadi kebingungan
       Tidak terjadi haus yang abnormal
       Hidrasi kulit
       Membran mucus bawah
       Elektrolit serum dalam batas normal
       Hematokrit dalam batas normal





Keterangan :
1.      Sangat dikompromi
2.      Sering dikompromi
3.      Kadang dikompromi
4.      Jarang dikompromi
5.      Tidak dapat dikompromi
Ø  IER =  dalam tingkat/ nilai yang diharapkan
Ø  Intervensi
                                                 a.     Manajemen elektrolit
       Monitor elektrolit serum abnormal
       Monitor manifestasi keseimbangan cairan
       Berikan cairan
       Pertahankan keakuratan intake dan output
       Berikan elektrolit tambahan (oral, NET,IV) sesuai resep
       Irigasi NGT dengan normal saline
       Ajarkan pasien dan keluarga tentang tipe, penyebab, treatment dalam keseimbangan cairan.
                                                 b.     Manajemen cairan
       Plamot gejala
       Plamot vital
       Naikan masukan lewat oral
                                                 c.     Terapi intervena
       Berikan cairan IV temperatur ruang
       Monitor kelebihan cairan dan reaksi fisik
       Gatal intake dan output
                        C.        Nyeri Akut
Ø  Definisi: mengalami sensasi dan emosi yang tidak menyenangkan yan timbul dari kerusakan jaringan aktual/ potensial/ digambarkan dalam istilah seperti kerusakan (intestional association for the study of pain). Serangannnya tiba-tiba atau perlahan dalam intensitas yang banyak dari lembut/ hebat dengan/ tanpa didahului/ diakhiri tanda-tanda dan durasinya kurang dari 6 bulan.
Ø  Batasan karakterisitik
-          laporan verbal
-          tanda-tanda terlihat
-          posisi nyaman untuk mengurangi nyeri
-          tingkah laku melindungi
-          sikap-sikap melindungi
-          raut muka
-          perubahan dalam nafsu makan dan makan
-          gangguan tidur
-          fokus dini
-          tindakan distraksi
-          respon otonom (diaporesis; perubahan TD, N, R; dilatasi pupil)
-          focus terbatas
-          kelakuan expressive (kelelahan, menangis, merintih)
Ø  Faktor yang berhubungan
Agen injuri (biologi, fisik, kimia, psikologi)
Ø  Tujuan
Klien mampu mengontrol nyeri setelah perawatan selama…. Hari.
Ø  Kriteria hasil
Mengontrol nyeri
Manajemen lingkungan = nyaman
-          Sediakan tempat tidur yang bersih dan nyaman
-          Atur suhu ruangan agar individu lebih nyaman jika memungkinkan
-          Batasi pengunjung
-          Fasilitasi pasien untuk mendapatkan posisi nyaman
Indikator
1
2
3
4
5
§  Kenali faktor penyebab nyeri
§  Mengurangi durasi nyeri
§  Menggunakan pengukuran preventif
§  Menggunakan analgesik yang sesuai
§  Menggunakan pengukuran keringanan non analgesik
§  Mengenali gejal-gejala nyeri
§  Melaporkan dapat mengontrol nyeri





Keterangan :
1.      Tidak pernah didemonstrasikan
2.      Jarang didemonstrasikan
3.      Kadang didemonstrasikan
4.      Sering didemonstrasikan
5.      Selalu didemonstrasikan
Ø  Intervensi
                                                      a.     Manajemen nyeri
ü  Observasi ketidaknyamanan isyarat non verbal, khususnya saat tidak dapat berkomunikasi dengan efektif
ü  Kontrol faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi ketidaknyamanan respon pasien (suhu, ruangan dan kegaduhan)
ü  -Ajarkan pasien untuk memonitor nyerinya dan untuk mengurangi secara tepat
ü  -Ajarkan menggunakan teknik non farmakologikal (tanpa obat), seperti : biofeedback, relaksasi, massage). Sebelum, setelah dan jika mungkin selama nyeri
ü  Kolaborasi dengan pasien dan professional kesehatan lainnya untuk memilih dan melakukan pengurangan nyeri secara non farmakologikal
ü  Pastikan pretreatment analgesik dan strategi non farmatologi sebelum nyeri
ü  Ajarkan pasien membicarakan nyeri yang dialami



DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2, Jakarta : EGC. 2002.
Johnson Marion, Maas Merydeon, Moorhead Sue. Nursing out Comes Classification (NOC), Mosby, inc. 2002.
Mansyoer Arief, Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta, Media Rescillapius. 1999.
Shella Sparks Ralph, Martha Craft – Rosenberg, Leam Scroggins, Barbara Vassalo, Judith Warren, , Nursing Diagnoses, Definitions, Definitions Dan Classification (NANDA). Philadelphia. 2005-2006.
Mc Closkey, G. Joanne dan bulechek M. Gloria, Nursing Interventions Classifications (NIC) Mosby – Yearbook. Inc. 1996.


No comments:

Post a Comment