A.
PENGERTIAN
Operasi
caesarea adalah kelahiran janin cukup bulan hidup melalui insisi
sayatan) pada dinding perut dan rahim bagian depan.
B.
ETIOLOGI
Infeksi ekstrakranial , misalnya OMA dan infeksi
respiratorius bagian atas
C.
PATOFISIOLOGI
Peningkatan suhu tubuh dapat
mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi
difusi ion kalium dan natrium melalui membran tersebut dengan akibat
teerjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan
bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadi kejang. Kejang demam
yang terjadi singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala
sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama ( lebih dari 15 menit ) biasanya
disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot
skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang
disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut
jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh
makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak
meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan
hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang
mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus
temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi
matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu
kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak
hingga terjadi epilepsi.
D.
MANIFESTASI
KLINIK
1.
Kejang
parsial ( fokal, lokal )
a.
Kejang
parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal
berikut ini :
Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau
salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama.
Tanda atau gejala otonomik: muntah,
berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
Gejala somatosensoris atau sensoris khusus :
mendengar musik, merasa seakan ajtuh dari udara, parestesia.
Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi
panoramik.
b.
Kejang
parsial kompleks
Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada
awalnya sebagai kejang parsial simpleks
Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik
: mengecap – ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang – ulang
pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
2.
Kejang
umum ( konvulsi atau non konvulsi )
a.
Kejang
absens
Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya
berlangsung kurang dari 15 detik
Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali
waspada dan konsentrasi penuh
b.
Kejang
mioklonik
Kedutan – kedutan involunter pada otot atau
sekelompok otot yang terjadi secara mendadak.
Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur
tetapi bila patologik berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan
atas dan kaki.
Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan
terjadi dalam kelompok
Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
c.
Kejang
tonik klonik
Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat
tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung
kurang dari 1 menit
Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan
kandung kemih
Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas
dan bawah.
Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase
postictal
d.
Kejang
atonik
Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat
menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.
Singkat dan terjadi tanpa peringatan.
E.
KOMPLIKASI
1.
Aspirasi
2.
Asfiksia
3.
Retardasi
mental
F.
UJI
LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
1.
Elektroensefalogram
( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2.
Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk
mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3.
Magneti
resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan
lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah –
daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT
4.
Pemindaian
positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang yang membandel
dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah
dalam otak
5.
Uji
laboratorium
§ Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
§ Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit
dan hematokrit
§ Panel elektrolit
§ Skrining toksik dari serum dan urin
§ GDA
§ Kadar kalsium darah
§ Kadar natrium darah
§ Kadar magnesium darah
G.
PENATALAKSANAAN
MEDIS
1.
Memberantas
kejang Secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam
keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi
suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit
suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama
tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga
berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.
2.
Pengobatan
penunjang
Sebelum
memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya pengobatan penunjang
§ Semua pakaian ketat dibuka
§ Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah
aspirasi isi lambung
§ Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin
kebutuhan oksigen, bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
§ Penhisapan lendir harus dilakukan secara tertur
dan diberikan oksigen.
3.
Pengobatan
rumat
§ Profilaksis intermiten
Untuk
mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan
antipietika. Profilaksis ini diberikan
sampai kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang demam sederhana
yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun.
§ Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan
Y Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
Y Kejang demam yang mempunyai ciri :
-
Terdapat
gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi perkembangan dan
mikrosefali
-
Bila
kejang berlangsung lebih dari 15 menit, berdifat fokal atau diikiuti kelainan
saraf yang sementara atau menetap
-
Riwayat
kejang tanpa demam yang bersifat genetik
-
Kejang
demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
4.
Mencari
dan mengobati penyebab
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM
A.
Pengkajian
Pengkajian neurologik :
1.
Tanda –
tanda vital
Suhu
Pernapasan
Denyut jantung
Tekanan darah
Tekanan nadi
2.
Hasil
pemeriksaan kepala
Fontanel : menonjol, rata, cekung
Lingkar kepala : dibawah 2 tahun
Bentuk Umum
3.
Reaksi
pupil
Ukuran
Reaksi terhadap cahaya
Kesamaan respon
4.
Tingkat
kesadaran
Kewaspadaan : respon terhadap panggilan
Iritabilitas
Letargi dan rasa mengantuk
Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain
5.
Afek
Alam perasaan
Labilitas
6.
Aktivitas
kejang
Jenis
Lamanya
7.
Fungsi
sensoris
Reaksi terhadap nyeri
Reaksi terhadap suhu
8.
Refleks
Refleks tendo superfisial
Reflek patologi
9.
Kemampuan
intelektual
Kemampuan menulis dan menggambar
Kemampuan membaca
B.
Diagnosa
keperawatan
1.
Resiko
tinggi cidera
2.
Gangguan
citra tubuh
3.
Resiko
tinggi koping keluarga dan koping individu tidak efektif
C.
Intervensi
keperawatan
1.
Kejang
Lindungi anak dari cidera
Jangan mencoba untuk merestrain anak
Jika anak berdiri atau duduk sehingga terdapat
kemungkinan jatuh, turunkan anak tersebut agar tidak jatuh
Jangan memasukan benda apapun kedalam mulut
anak
Longgarkan pakaiannya jika ketat
Cegah anak agar tidak trpukul benda tajam,
lapisi setiap benda yang mungkin terbentur dengan anak dan singkirkan semua
benda tajam dari daerah tersebut
Miringkan badan anak untuk mem fasilitasi
bersihan jalan nafas dari sekret
2.
Lakukan
observasi secara teliti dan catat aktiitas kejang untuk membantu diagnosis atau
pengkajian respon pengobatan
Waktu awitan dan kejadian pemicu
Aura
Jenis kejang
Lamanya kejang
Intervensi selama kejang
Tanda tanda vital
DAFTAR PUSTAKA
1.
Betz
Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku
Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta
: EGC.
2.
Sacharin
Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan
Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny R.F. Jakarta : EGC.
3.
Ngastiyah.(
1997 ). Perawatan Anak Sakit Jakarta : EGC
4.
Arjatmo
T.(2001). Keadaan Gawat Yang
Mengancam Jiwa. Jakarta
: gaya baru
5. Kejang Pada Anak.
www. Pediatrik.com/knal.php
No comments:
Post a Comment