Happy studying, may be useful ...

Dear readers ...
for completeness this blog, we hope the comments that build ... ok thank you :)

" Health is not everything, but whithout health everything is nothing "

Tuesday, August 7, 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA CHUSING’S SYNDROME



perawatmasadepanku@blogspot.com



Join With Us :
Email :hendritriyulianto@gmail.com
Facebook :Hendri Ty



Kunjungi dan Dapatkan !!!
Kumpulan Askep Lengkap Hanya Di :

perawatmasadepanku@blogspot.com



Free Download & Free Copy
Pembaca yang budiman, dimohon memberikan komentar, saran dankritik yang membangun…Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua…Aminn

Dapat kan kemudahan dalam mencari askep, dengan bergabungmenjadi member kami…Join With Us

Terima kasih …!
Selamat membaca…!



ASUHAN KEPERAWATAN PADA CHUSING’S SYNDROME



Pengertian

Chusing’s syndrome (CS) merupakan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh karena kelebihan hormon kortisol (hipercortisolism).



Patofisiologi

Efek metabolic dari CS merupakan efek fisiologis yang berlebihan dari kortisol (glukokortikoid). Korteks adrenal pada penderita CS mengalami hiperplasia yang disebabkan oleh kelebihan Adreno Cortikotropic Hormon (ACTH). Kelebihan ACTH mungkin disebbabkan oleh hipersekresi dari hipofisis anterior atau ektopik (berasala dari luar hipofisis). Kelebihan ACTH tersebut menyebabkan hilangnya irama diurnal yang normal; penurunan responsivitas prolaktin, tirotropin, dan gonadotropin terhadap releasing hormonnya; serta perubahan pola tidur. Pasien dnegan CS menunjukkan gangguan metabolisme  nitrogen, karbohidrat, dan mineral. Adanya peningkatan jumlah total lemak tubuh  sebagai akibat berkurangnya penggantian (turnover)  asam lemak dalam plasma , disertai redistribusi sebagian besar lemak menyebabkan obesitas sentripetal . Pasien CS mengalami peningkatan pemecahan protein jaringan, yang menyebabkan peningkatan kadar nitrogen dalam urine, penurunan massa otot, proximal miopaty, penipisan kulit, penurunan matrik tulang, kehilangan Calcium tulang, dan kehilangan jaringa  limpoid. Kadar kortikosteroid yang tinggi dpat membunuh sel-sel limfosit,  dan organ-organ yang mengandung sel limfosit seperti hepar, lien, limfa nodi akan mengalami pengecilan ukuran. Sebagai akibatnya,  responsivitas antibody terhadap antigen akan menurun.

Pada sebagain besar kasus CS akan disertai dnegan peningkatan produksi androgen, ynag disertai timbulnya jerawat, hirsutisme, dan hipertropi klitoris.  Peningkatan hormon androgen juga dapat mengganggu aksis hipofisis-ovarium, sehingga menurunkan prosuksi estrogen dan progesterone dari ovarium, dan menyebabkan oligomenorhea (jarang menstruasi).




Etiologi

CS merupakan gejala yang ditimbulkanoeh kelebihan kortisol. Kelebihan kortisol dapat disebabkan oleh karena :

  1. Faktor endogen, yaitu karena kelebihan ACTH. Kelebihan ACTH mungkin disebabkan oleh edenoma pada hipofisis atau produk ektopik (tumor paru, usus, atau pancreas)
  2. factor eksogen , yaitu karena penggunaan hormon kortisol yang berlebihan (Iatrogenik) untuk terapi, mislanya pada cangkok organ, penyakit autoimun, dll.

Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian

Gambaran klinik pada CS disebabkan oleh karena kelebihan kortisol. Pengkajian keperawatan yang lengkap yang meliputi riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik  diarahkan untuk mengkaji manifestasi klinik  yang merupakan tanda/gejala CS.



      Riwayat

Pasien CS dating dangan berbagai macam keluhan sebagai akibat kelebihan kortisol dalam tubuh. Perawat perlu menanyakan kepada pasien mengenai adadanya perubahan pola aktifitas dna pola tidur. Biasanya pasien mengalami kelelahan dan kelemahan otot ; serta kesulitan tidur pada malam hari.

Osteoporosis merupakan kejadian yang lazim dialami pasien CS, sehingga klien pelru ditanya apakah mengalami nyeri tulang, dan riwayat terjadinya fraktur. Perawat juga perlu menanyakan apakah pasien sering mengalami infeksi, dan mudah memar akibat kelebihan kortisol. Pada pasien wanita, mungkin mengeluh mengalami gangguan mentruasi (oligomenorhea).

Perawat perlu juga mengkajai riwayat pengobatan sbelumnya , terutama mengenai penggunan kortikosteroid ataupun penyalahgunaan alkhohol (keduanya daat menimbulkan gejala sperti CS).



      Pemeriksaan Fisik

Pasien CS menunjukkan perubahan fisik yang khas (lihat gambar) Perubahan distribusi lemak akan menyebabkan adanya buffalo hump, obesitas snetripetal, penumpukan lemak supra clavikula, dan moon face (wajah seperti bulan).  Perawatan perlu mengklaji bentuk tubuh secra keseluruhan. Biasanya pasien CS ditandai dnegan tubuh yang besar , ekstremitas (kaki/tangan) yang kecil, disertai kelemahan otot.

Selama memeriksa kulit, perawat perlu mengamati adanya perubahan kulit akibat meningkatnya fragilitas pembuluh darah, seprti adanya bruis, kulit tipis dna transparan, luka yang tidak sembeuh dengan sempirna, Redish-purple striae pada abdomen  dan paha. Kelebihan kortisol dapat juga menyebabkan timbulnya bulu-bulu halus pada wajah dan badan disertai timbulnya jerawat. Pada pasien wanita perlu dikaji adanya hirsutism dna hipertropi klitoris sebagai akibat kelebiahn anmdrogen. Kelebihan androgen dapat juga menyebabkan suara yang kasar, penipisan rambut tubuh dan kebotakan pada pria.

Ketika memriksa tanda-tanda vital , perawat harus mengamai adanya hipertensi akibat kelebihan kortisol.



      Pengkajian Psikososial

Hipersekresia kortisol dapat menyebabkan emosi yang labil. Perawat pelru mwngkaji adanya iritabilitas, kebingungan, atau depresi. Klien CS dapat mengalami neurotik ataupun psikotik akibat peningkatan kadar kortisol. Karena pasien CS mengalami perubahan penampilan fisik, maka perawat pelru mengkaji respon pasien terhadap perubahan tersebut, mungkin pasien megalami gangguan gambaran diri.



      Pemriksaan Laboratorium

Kadar kortisol dalam plasma mengalami peningkatan. Kadar kortisol dalam plasma harus selalu diperiksa pada waktu yang sama setiap hari, karena kadar kortisol sangat bervariasi sepanjang hari. Kadar plasma yang tinggi dapat juga terjadi pada keadaan sakit atau trauma yang akut.

Kadar ACTH dalam plasma tergantung dari etiologi. Kadar ACTH akan rendah samapi tak terukur pada CS yang disebabkan oleh factor endogen primer (hiperplasia korteks adrenal), ACTH meningkat pada CS yang disebabkan oleh factor ektopik (ACTH-producing adenoma).

Hasil pemriksaan laboratorium yang lain meliputi ; peningkatan kadar gula darah; peningkatan jumlah sel leukosit dan lomfosit dalam darah, peningkatan kadar natrium, serta penurunan kadar kalsium dan potassium.

Pemriksaan urin ditujukan untuk mengetahui adanya kortisol bebas dan metabolit kortisol dan androgen (17-hydroksikortikosteroid dan 17-ketosteroid). Pasien harus diberitahu kalau ia harus menampung seluruh urin selam 24 jam. Pada CS kadar zat-zat tersebut dalam urin biasanya meningkat .



     Pemeriksaan Penunjang Lain

Over night dexametason test, suatu test supresi, berguna dalam sekreening awal terhadap CS. Pada eriksaan tersebut, pasien tidak boleh mendapatkan terapi selam 2 hari sebelum pemeriksaan, terutama terapi phenitoin dan Phenobarbital. Pada tengah malam, pasien diberikan deksametason 1 mg per oral, pada pagi harinya kadar kortisol plasma diperiksa. Normalnya, kadar kortisol kurang dari 5 mg/dl. Bila kadar kortisol lebih dari 5 mg/dl maka perlupemriksaan definitive untuk menegakkan CS.

Pada Low-dose deksametason test, pasien tidak mendpatkan obat-obatan 2 hari sebelum test, dan harus dihindarkan dari tindakan yang dapat menimbulkan  stress.Data dasar dari urin 24 jam dikumpulkan pada hari peertama . Kemudian pasien diberikan deksametason 0.5 mg setiap 6 jam pada hari  ke-2 dan ke-3 sambil dilakukan pengumpulan uirine 24 jam. Setelah terkumpul urine 24 jam kemudian diperiksa kadar kortisol bebas, kadar kreatinin , 17-ketosteroid dan 17-hydroksikortikosteroidnya.  Pada kondisi normal, kadart 17-ketosteroid dan 17-hydroksikortikosterpoid akan menurun (tersupresi). Jika kadarnya dalam urin tidak tersupresi, maka perlu pemriksaan lanjutan dnegan high – dose (8mg) deksametasone suppression test. Pasien tidak boleh  diberikan obat 2 hari sebelum pemeriksaan,dan dihindarkan drai stress. Deksamteason 2 mg diberikan peroral setriap 6 jam  selam 2 hari, dan urin 24 jam selam 2 hari juga dikumpulkan. Pasien dengan hiperplasia korteks adrenal bilateral  akan mengalami supressi kadar 17-hydroksikortikosteroid sebsar 50 % atau kurang dari data dasar.

Test Metryrapone, digunakan untuk mengkaji respon umpan balik antara hypothalamus-hipofdisis- korteks adrenal. Metyrapone 750 mg diberikan setiap 4-6 jam. Metyrapon akan menurunkan kadar kortisol sehinga menstimulasi sekresi ACTH. Pada penderita adenoma korteks adrenal, tidak terjadi peningkatan kadar ACTH. 

2.      Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan  yang sering ditemukan pada pasien dengan CS adalah :

1)      Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi sodium

2)      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan fragilitas kapilerdna kulit

3)      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan dna kelemahan otot.

4)      Resiko terjadi cidera (fraktur) berhubungan dengan kehilangan matrik tulang.

5)      Gangguan body image berhubungan dengan  perubahan penampilan fisik

6)      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan supresi sistem imunitas.

7)      Disfungsi seksual berhubungan dengan penurunan libido dan amenorhea.



3.      Perencanaan dan Implementasi

Tindakan keperawatan yang spesifik dilakukan untuk mengatasi maslah yang teridentifikasi. Karena pasien CS biasnay memrlukan tindakan pembedahan untuk menghilangkan tanda dan gejalanya, maka pasien perlu mendapatkan pelrawatan pre dan post operasi secara terintegrasi.  Berikut ini akan disamapiakn indakan keperawatan untuk diagnosa keperawatan yang utama dari CS.

Kelebihan Volume Cairan

Tujuan untuk diagnosa keperawatan ini adalah  agar keseimbangan cairan tubuh pasien dapat dipulihkan.

Intervensi keperawatan dan kolaborasi  yang direkomendasikan meliputi  :

Intervensi non bedah :

1)      Menimbang berat badan setiap hari

2)      Memonitor intake dan output untuk mengkaji adanya penumpukan cairan dalam tubuh

3)      Membatasi intake cairan

4)      Kolaborasi pemberian obat yang dpat menurukan skeresi ACTH, seperti Mytotane (Lysodren) suatu obat sitotoksik adrenal, Aminoglutethimide (Elipten, Cytadren) dan Metirapone yenang meruakan enzim penghambat sekresi kortisol.

5)      Terapi radiasi diperlukan pada CS yang disebbakan oleh adenoma hipofisis , walaupun tidak selalu efektif dan dapat merusak jaringan yang normal.

Intervensi pembedahan :

Jenis pembedahan yang dilakukan pada CS tergantung dari etiologinya. Jika penyebbanya adenoma pada hiofisis maka perlu dilakukan hipophisektomi transfenoid. Jika penyebabnya adenoma atau karsinoma adrenal, maka perlu dilakukan adrenalektomy. Biola hanya satu adrenal yang terserang, maka dilakukan adrenalektomy unilateral, bila penyebabnya ektopik, maka dilakukan hipophisektomi bilateral.

         Perawatan pre operasi :

1)      Memperbaiki gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (natrium, chlorida, potassium)

2)      Karena psien muda terserang infeksi, maka perawat perlu menjaga tehnik aseptic dan tehnik cuci tangan yang baik.

3)      Pasang pengaan di sisi tempat tidur dan Bantu pasien bila akan turun drai tempat tidur, karena pasien mudah terjatuh.

4)      Berikan diit tinggi kalori dna tinggi protein sebelum operasi

5)        Jelaskan pada pasien kemungkinan pasien ia perlu pemberian kotrisol selama 2 tahun setelah operasi unilateral dan pemberian kortisol selama hidup bila dilakuakn adrenalektomy bilateral.

6)      Cek kadar gula darah, lakukan koreksi bila terjadi hiperglikemi.



Perawatan Post Operasi :

1)      Pasien post operasi adrenalektomy perlu dirawat di unit perawatn intensif (ICU)

2)      Segera setlah operasi perawat perlu mengkaji adanya tanda-tanda gangguan kardiovaskuler dan syock (hipotensi, nadai cepat dna lemah, penurunan ouput urine.

3)      Monitor tanda-tanda vital, intake output, tekanan vena sentral, berat badan dan elektrolit.

4)      Berikan kortikosteroid sesuai pesanan

5)      Berikan anlgetik untuk mengurangi nyeri akibat luka insisi.Monitor respon pasien terhadap analgetik, laporkan dokter bila nyeri tidka berkurang.

6)      Ajnjurkan apsien untuk batuk efektif, nafas dalamdan berganti posisi untuk mencegah akumulasi secret paru.

7)      Ganti bauta dna lakukan perawatan lukadnegan tehnik aseptic.



         Kerusakan Integritas Kulit

Tujuan untuk diagnosakep[erawatan ini adalah agar pasien dapat mempertahankan keutuhan integritas kulit.

Intervensi non pembedahan :

1)      Kaji keadaan kulit secara periodic untuk mengtahui adanya kemerahan, ekskoriasi, lecet dan edema.

2)      Ganti posisi secara teratur dan pasnag bantalan pada bagian tulang yang menonjol.

3)      Anjurkan pasien untuk menghindari aktifitas yang dapat menyebabakan cidera kulit

4)      Anjurkan menggunakan sikat gigi yang berbulu halus, dan menggunakan pencuur elektrik.

5)      Jaga kebersihan dan kelembaban kulit. Keringkan kulit setelah mandi dengan hati-hati, bila perlu berikan losion pelmbab.

6)      Hati-hati saat memasang dan melepas plester bila ada.

7)      Berikan tekanan bebrapa saat pada tempat suntikan/injeksi untuk mencegah perdarahan.



         Tidak Toleran Terhadap Aktifitas

     Tujuan dari diagnosa keperawatan ini adalah agar pasien  dapat menghematenergi dan dapat meningkatkan kemmapuan beraktifitasnya.

     Intervensi keperawatan :

1)      Berikan waktu istirahat yang cukup, karena klien udah lelah.

2)      Bnatu klien mengidnetifikasi metode menghemat energi

3)      Buat jadwal perawatan bersama pasien, sehingga katifitas perawatan tidak mengganggu wkatu istirahat pasien.



         Resiko Cidera (fraktur)

     Tujuan utama dari diagnosa keperawatan ini adalah agar pasien tidak mengalami fraktur akibat osteoporosis.

     Intervensi keperawatan :

1)      Bantu pasien saat beraktifitas

2)      Jelaskan adanya resiko fraktur sebagi akibat drai penyakit pasien.

3)      Jelaskan diit yang diperlukan (tinggi kalori dan protein, tinggi kalsium)

4)      Hindari terbentur benda keras an terjatuh.

5)      Pasien mungkinperlu diberikanvitamin D

6)      Hindari minuman yang mengandung cafein dna alkhohol.



Gangguan Body Image

Tjuan dari diagnosa keperwatan ini adalah pasien dapat menggunakan cara-cara berdandan yang data meningkatkan penampilan dan dapat mengungkapkan harapannya yang realistis.

     Intervensi keperawatan L:

1)      Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang agak longgar, berkrah tinggi dan lengan panjang.

2)      Diskusikan tentang perasaan pasien terhadap keadaanya saat ini.

3)      Rujuk pasien kepada psikolog bila diperlukan.



Pendidikan Kesehtan Bagi Klien/Keluarga

      Sebelum klien pulang, maka klien dan keluarga perlu dipersiapkan untuk perawatan di rumah dengan memberikan pendidikan kesehatan. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat itu adalah :

1.      Pemberian kortisol (lama pemberian, dosis, efek smap9ing dna cara pemberian)

2.      Perlunya menggunakan medical alert (tanda)

3.      Perlunya membatasi aktifitas , karena pasien mengalami kelemahan dan kelelahan.

4.      Pencegahan terjadinya fraktur (penggunaan lat Bantu jalan, hindari lantai licin, benturan dll)

5.      tempat pelayanan yang dapat dihubungi bila klien memerlukan.




No comments:

Post a Comment