perawatmasadepanku@blogspot.com
Join With Us :
Email :hendritriyulianto@gmail.com
Facebook :Hendri Ty
Kunjungi
dan Dapatkan !!!
Kumpulan Askep Lengkap Hanya Di :
perawatmasadepanku@blogspot.com
Free Download & Free Copy
Pembaca
yang budiman, dimohon memberikan komentar, saran dankritik yang
membangun…Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua…Aminn
Dapat
kan kemudahan dalam mencari askep, dengan bergabungmenjadi member kami…Join With Us
Terima kasih …!
Selamat membaca…!
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA CHUSING’S SYNDROME
Pengertian
Chusing’s syndrome (CS) merupakan
gejala-gejala yang ditimbulkan oleh karena kelebihan hormon kortisol
(hipercortisolism).
Patofisiologi
Efek
metabolic dari CS merupakan efek fisiologis yang berlebihan dari kortisol
(glukokortikoid). Korteks adrenal pada penderita CS mengalami hiperplasia yang
disebabkan oleh kelebihan Adreno Cortikotropic Hormon (ACTH). Kelebihan ACTH
mungkin disebbabkan oleh hipersekresi dari hipofisis anterior atau ektopik
(berasala dari luar hipofisis). Kelebihan ACTH tersebut menyebabkan hilangnya
irama diurnal yang normal; penurunan responsivitas prolaktin, tirotropin, dan
gonadotropin terhadap releasing hormonnya; serta perubahan pola tidur. Pasien dnegan CS menunjukkan gangguan
metabolisme nitrogen, karbohidrat, dan
mineral. Adanya peningkatan jumlah total lemak tubuh sebagai akibat berkurangnya penggantian
(turnover) asam lemak dalam plasma ,
disertai redistribusi sebagian besar lemak menyebabkan obesitas sentripetal .
Pasien CS mengalami peningkatan pemecahan protein jaringan, yang menyebabkan
peningkatan kadar nitrogen dalam urine, penurunan massa otot, proximal miopaty,
penipisan kulit, penurunan matrik tulang, kehilangan Calcium tulang, dan kehilangan
jaringa limpoid. Kadar kortikosteroid
yang tinggi dpat membunuh sel-sel limfosit,
dan organ-organ yang mengandung sel limfosit seperti hepar, lien, limfa
nodi akan mengalami pengecilan ukuran. Sebagai akibatnya, responsivitas antibody terhadap antigen akan
menurun.
Pada sebagain besar kasus CS akan disertai dnegan peningkatan produksi
androgen, ynag disertai timbulnya jerawat, hirsutisme, dan hipertropi
klitoris. Peningkatan hormon androgen
juga dapat mengganggu aksis hipofisis-ovarium, sehingga menurunkan prosuksi
estrogen dan progesterone dari ovarium, dan menyebabkan oligomenorhea (jarang
menstruasi).
Etiologi
CS merupakan gejala yang ditimbulkanoeh kelebihan kortisol. Kelebihan
kortisol dapat disebabkan oleh karena :
- Faktor endogen, yaitu karena kelebihan ACTH. Kelebihan ACTH mungkin disebabkan oleh edenoma pada hipofisis atau produk ektopik (tumor paru, usus, atau pancreas)
- factor eksogen , yaitu karena penggunaan hormon kortisol yang berlebihan (Iatrogenik) untuk terapi, mislanya pada cangkok organ, penyakit autoimun, dll.
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
Gambaran klinik pada CS disebabkan oleh karena
kelebihan kortisol. Pengkajian keperawatan yang lengkap yang meliputi riwayat
keperawatan dan pemeriksaan fisik
diarahkan untuk mengkaji manifestasi klinik yang merupakan tanda/gejala CS.
Riwayat
Pasien CS dating dangan berbagai macam keluhan sebagai akibat kelebihan
kortisol dalam tubuh. Perawat perlu
menanyakan kepada pasien mengenai adadanya perubahan pola aktifitas dna pola
tidur. Biasanya pasien mengalami kelelahan dan kelemahan otot ; serta kesulitan
tidur pada malam hari.
Osteoporosis merupakan
kejadian yang lazim dialami pasien CS, sehingga klien pelru ditanya apakah
mengalami nyeri tulang, dan riwayat terjadinya fraktur. Perawat juga perlu
menanyakan apakah pasien sering mengalami infeksi, dan mudah memar akibat
kelebihan kortisol. Pada pasien wanita, mungkin mengeluh mengalami gangguan
mentruasi (oligomenorhea).
Perawat perlu juga mengkajai
riwayat pengobatan sbelumnya , terutama mengenai penggunan kortikosteroid
ataupun penyalahgunaan alkhohol (keduanya daat menimbulkan gejala sperti CS).
Pemeriksaan Fisik
Pasien CS menunjukkan perubahan fisik yang khas (lihat gambar)
Perubahan distribusi lemak akan menyebabkan adanya buffalo hump, obesitas
snetripetal, penumpukan lemak supra clavikula, dan moon face (wajah seperti
bulan). Perawatan perlu mengklaji bentuk
tubuh secra keseluruhan. Biasanya pasien CS ditandai dnegan tubuh yang besar ,
ekstremitas (kaki/tangan) yang kecil, disertai kelemahan otot.
Selama memeriksa kulit, perawat perlu mengamati adanya perubahan kulit
akibat meningkatnya fragilitas pembuluh darah, seprti adanya bruis, kulit tipis
dna transparan, luka yang tidak sembeuh dengan sempirna, Redish-purple striae
pada abdomen dan paha. Kelebihan
kortisol dapat juga menyebabkan timbulnya bulu-bulu halus pada wajah dan badan
disertai timbulnya jerawat. Pada pasien wanita perlu dikaji adanya hirsutism
dna hipertropi klitoris sebagai akibat kelebiahn anmdrogen. Kelebihan androgen
dapat juga menyebabkan suara yang kasar, penipisan rambut tubuh dan kebotakan
pada pria.
Ketika memriksa tanda-tanda
vital , perawat harus mengamai adanya hipertensi akibat kelebihan kortisol.
Pengkajian Psikososial
Hipersekresia kortisol dapat menyebabkan emosi yang labil. Perawat
pelru mwngkaji adanya iritabilitas, kebingungan, atau depresi. Klien CS dapat mengalami neurotik ataupun psikotik
akibat peningkatan kadar kortisol. Karena pasien CS mengalami perubahan
penampilan fisik, maka perawat pelru mengkaji respon pasien terhadap perubahan
tersebut, mungkin pasien megalami gangguan gambaran diri.
Pemriksaan Laboratorium
Kadar kortisol dalam plasma
mengalami peningkatan. Kadar kortisol dalam plasma harus selalu diperiksa pada
waktu yang sama setiap hari, karena kadar kortisol sangat bervariasi sepanjang
hari. Kadar plasma yang tinggi dapat juga terjadi pada keadaan sakit atau
trauma yang akut.
Kadar ACTH dalam plasma
tergantung dari etiologi. Kadar ACTH akan rendah samapi tak terukur pada CS
yang disebabkan oleh factor endogen primer (hiperplasia korteks adrenal), ACTH
meningkat pada CS yang disebabkan oleh factor ektopik (ACTH-producing adenoma).
Hasil pemriksaan
laboratorium yang lain meliputi ; peningkatan kadar gula darah; peningkatan
jumlah sel leukosit dan lomfosit dalam darah, peningkatan kadar natrium, serta
penurunan kadar kalsium dan potassium.
Pemriksaan urin ditujukan
untuk mengetahui adanya kortisol bebas dan metabolit kortisol dan androgen
(17-hydroksikortikosteroid dan 17-ketosteroid). Pasien harus diberitahu kalau
ia harus menampung seluruh urin selam 24 jam. Pada CS kadar zat-zat tersebut
dalam urin biasanya meningkat .
Pemeriksaan Penunjang Lain
Over night dexametason test, suatu test supresi, berguna dalam
sekreening awal terhadap CS. Pada
eriksaan tersebut, pasien tidak boleh mendapatkan terapi selam 2 hari sebelum
pemeriksaan, terutama terapi phenitoin dan Phenobarbital. Pada tengah
malam, pasien diberikan deksametason 1 mg per oral, pada pagi harinya kadar
kortisol plasma diperiksa. Normalnya, kadar kortisol kurang dari 5 mg/dl. Bila
kadar kortisol lebih dari 5 mg/dl maka perlupemriksaan definitive untuk
menegakkan CS.
Pada Low-dose deksametason test, pasien tidak mendpatkan obat-obatan 2
hari sebelum test, dan harus dihindarkan dari tindakan yang dapat
menimbulkan stress.Data dasar dari urin
24 jam dikumpulkan pada hari peertama . Kemudian pasien diberikan deksametason
0.5 mg setiap 6 jam pada hari ke-2 dan
ke-3 sambil dilakukan pengumpulan uirine 24 jam. Setelah terkumpul urine 24 jam
kemudian diperiksa kadar kortisol bebas, kadar kreatinin , 17-ketosteroid dan
17-hydroksikortikosteroidnya. Pada kondisi normal, kadart 17-ketosteroid
dan 17-hydroksikortikosterpoid akan menurun (tersupresi). Jika kadarnya dalam
urin tidak tersupresi, maka perlu pemriksaan lanjutan dnegan high – dose (8mg)
deksametasone suppression test. Pasien tidak boleh diberikan obat 2 hari sebelum pemeriksaan,dan
dihindarkan drai stress. Deksamteason 2 mg diberikan peroral setriap 6 jam selam 2 hari, dan urin 24 jam selam 2 hari
juga dikumpulkan. Pasien dengan hiperplasia korteks adrenal bilateral akan mengalami supressi kadar
17-hydroksikortikosteroid sebsar 50 % atau kurang dari data dasar.
Test Metryrapone, digunakan
untuk mengkaji respon umpan balik antara hypothalamus-hipofdisis- korteks
adrenal. Metyrapone 750 mg diberikan setiap 4-6 jam. Metyrapon akan menurunkan
kadar kortisol sehinga menstimulasi sekresi ACTH. Pada penderita adenoma
korteks adrenal, tidak terjadi peningkatan kadar ACTH.
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan
yang sering ditemukan pada pasien dengan CS adalah :
1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
retensi sodium
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan peningkatan fragilitas kapilerdna kulit
3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan
dna kelemahan otot.
4) Resiko terjadi cidera (fraktur)
berhubungan dengan kehilangan matrik tulang.
5)
Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
6) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
supresi sistem imunitas.
7) Disfungsi seksual berhubungan dengan
penurunan libido dan amenorhea.
3.
Perencanaan dan Implementasi
Tindakan
keperawatan yang spesifik dilakukan untuk mengatasi maslah yang
teridentifikasi. Karena pasien CS biasnay memrlukan tindakan pembedahan untuk
menghilangkan tanda dan gejalanya, maka pasien perlu mendapatkan pelrawatan pre
dan post operasi secara terintegrasi.
Berikut ini akan disamapiakn indakan keperawatan untuk diagnosa
keperawatan yang utama dari CS.
Kelebihan Volume Cairan
Tujuan untuk
diagnosa keperawatan ini adalah agar
keseimbangan cairan tubuh pasien dapat dipulihkan.
Intervensi keperawatan dan kolaborasi yang direkomendasikan meliputi :
Intervensi non
bedah :
1)
Menimbang berat badan setiap hari
2)
Memonitor intake dan output untuk mengkaji adanya
penumpukan cairan dalam tubuh
3)
Membatasi intake cairan
4)
Kolaborasi pemberian obat yang dpat menurukan skeresi
ACTH, seperti Mytotane (Lysodren) suatu obat sitotoksik adrenal,
Aminoglutethimide (Elipten, Cytadren) dan Metirapone yenang meruakan enzim
penghambat sekresi kortisol.
5)
Terapi radiasi diperlukan pada CS yang disebbakan oleh
adenoma hipofisis , walaupun tidak selalu efektif dan dapat merusak jaringan
yang normal.
Intervensi pembedahan :
Jenis pembedahan yang dilakukan pada CS tergantung
dari etiologinya. Jika penyebbanya adenoma pada hiofisis maka perlu dilakukan
hipophisektomi transfenoid. Jika penyebabnya adenoma atau karsinoma adrenal,
maka perlu dilakukan adrenalektomy. Biola hanya satu adrenal yang terserang,
maka dilakukan adrenalektomy unilateral, bila penyebabnya ektopik, maka
dilakukan hipophisektomi bilateral.
Perawatan
pre operasi :
1)
Memperbaiki gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
(natrium, chlorida, potassium)
2)
Karena psien muda terserang infeksi, maka perawat perlu
menjaga tehnik aseptic dan tehnik cuci tangan yang baik.
3) Pasang pengaan di sisi tempat tidur dan
Bantu pasien bila akan turun drai tempat tidur, karena pasien mudah terjatuh.
4) Berikan diit tinggi kalori dna tinggi
protein sebelum operasi
5)
Jelaskan pada pasien kemungkinan
pasien ia perlu pemberian kotrisol selama 2 tahun setelah operasi unilateral
dan pemberian kortisol selama hidup bila dilakuakn adrenalektomy bilateral.
6)
Cek kadar gula darah, lakukan koreksi bila terjadi
hiperglikemi.
Perawatan Post
Operasi :
1)
Pasien post operasi adrenalektomy perlu dirawat di unit
perawatn intensif (ICU)
2)
Segera setlah operasi perawat perlu mengkaji adanya
tanda-tanda gangguan kardiovaskuler dan syock (hipotensi, nadai cepat dna
lemah, penurunan ouput urine.
3)
Monitor tanda-tanda vital, intake output, tekanan vena
sentral, berat badan dan elektrolit.
4)
Berikan kortikosteroid sesuai pesanan
5)
Berikan anlgetik untuk mengurangi nyeri akibat luka
insisi.Monitor respon pasien terhadap analgetik, laporkan dokter bila nyeri
tidka berkurang.
6)
Ajnjurkan apsien untuk batuk efektif, nafas dalamdan
berganti posisi untuk mencegah akumulasi secret paru.
7) Ganti bauta dna lakukan perawatan
lukadnegan tehnik aseptic.
Kerusakan Integritas
Kulit
Tujuan untuk diagnosakep[erawatan ini adalah agar
pasien dapat mempertahankan keutuhan integritas kulit.
Intervensi non
pembedahan :
1) Kaji keadaan kulit secara periodic untuk
mengtahui adanya kemerahan, ekskoriasi, lecet dan edema.
2) Ganti posisi secara teratur dan pasnag
bantalan pada bagian tulang yang menonjol.
3) Anjurkan pasien untuk menghindari
aktifitas yang dapat menyebabakan cidera kulit
4)
Anjurkan menggunakan sikat gigi yang berbulu halus, dan
menggunakan pencuur elektrik.
5) Jaga kebersihan dan kelembaban kulit. Keringkan kulit setelah mandi dengan
hati-hati, bila perlu berikan losion pelmbab.
6)
Hati-hati saat memasang dan melepas plester bila ada.
7) Berikan tekanan bebrapa saat pada tempat
suntikan/injeksi untuk mencegah perdarahan.
Tidak
Toleran Terhadap Aktifitas
Tujuan dari diagnosa keperawatan ini
adalah agar pasien dapat menghematenergi
dan dapat meningkatkan kemmapuan beraktifitasnya.
Intervensi keperawatan :
1)
Berikan waktu istirahat yang cukup, karena klien udah
lelah.
2)
Bnatu klien mengidnetifikasi metode menghemat energi
3)
Buat jadwal perawatan bersama pasien, sehingga
katifitas perawatan tidak mengganggu wkatu istirahat pasien.
Resiko Cidera (fraktur)
Tujuan utama dari diagnosa keperawatan ini
adalah agar pasien tidak mengalami fraktur akibat osteoporosis.
Intervensi keperawatan :
1)
Bantu pasien saat beraktifitas
2)
Jelaskan adanya resiko fraktur sebagi akibat drai
penyakit pasien.
3) Jelaskan diit yang diperlukan (tinggi
kalori dan protein, tinggi kalsium)
4) Hindari terbentur benda keras an terjatuh.
5)
Pasien mungkinperlu diberikanvitamin D
6) Hindari minuman yang mengandung cafein dna
alkhohol.
Gangguan Body Image
Tjuan dari
diagnosa keperwatan ini adalah pasien dapat menggunakan cara-cara berdandan
yang data meningkatkan penampilan dan dapat mengungkapkan harapannya yang
realistis.
Intervensi keperawatan L:
1)
Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang agak longgar,
berkrah tinggi dan lengan panjang.
2) Diskusikan tentang perasaan pasien
terhadap keadaanya saat ini.
3) Rujuk pasien kepada psikolog bila
diperlukan.
Pendidikan Kesehtan Bagi
Klien/Keluarga
Sebelum klien pulang, maka klien dan
keluarga perlu dipersiapkan untuk perawatan di rumah dengan memberikan
pendidikan kesehatan. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat itu adalah :
1.
Pemberian kortisol (lama pemberian, dosis, efek
smap9ing dna cara pemberian)
2.
Perlunya menggunakan medical alert (tanda)
3. Perlunya membatasi aktifitas , karena
pasien mengalami kelemahan dan kelelahan.
4. Pencegahan terjadinya fraktur (penggunaan
lat Bantu jalan, hindari lantai licin, benturan dll)
5.
tempat pelayanan yang dapat dihubungi bila klien
memerlukan.
No comments:
Post a Comment