perawatmasadepanku@blogspot.com
Join With Us :
Email :hendritriyulianto@gmail.com
Facebook :Hendri Ty
Kunjungi
dan Dapatkan !!!
Kumpulan Askep Lengkap Hanya Di :
perawatmasadepanku@blogspot.com
Free Download & Free Copy
Pembaca
yang budiman, dimohon memberikan komentar, saran dankritik yang
membangun…Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua…Aminn
Dapat
kan kemudahan dalam mencari askep, dengan bergabungmenjadi member kami…Join With Us
Terima kasih …!
Selamat membaca…!
A. Definisi
Epilepsi
adalah serangan kejang yang hilang timbul dimana kejang – kejang merupakan
sifat abnormal yang berkaitan dengan aktivitas listrik otak yang berlebihan (
Hendarto. 1988 ).
Anak
dianggap menderita epilepsi jika ia telah
lebih dari 1 kali menderita bangkitan kejang spontan / epilepsi atau
gangguan yang ringan ( Ngastiyah. 2000 )
Eplepsi
merupakan gangguan saraf pusat ( SSP ) yang dicirikan oleh terjadinya bangkitan
( seizure, fit, attack, spell ) yang bersifat spontan ( unprovoked ) dan
berkala ( Harsono.2007 ).
B. Klasifikasi
1. Bangkitan Epilepsi Parsial
Bangkitan
epilepsi parsial disebabkan oleh lesi atau kelainan lokal pada otak. Bangkitan
epilepsi parsial dibagi menjadi :
a. Bangkitan Epilepsi Parsial Sederhana
·
Jenis
ini tidak disertai gangguan atau penurunan kesadaran.
·
Manifestasi
kklinisnya dapat bervariasi, termasuk manifestasi motorik, sensorik, otonomik,
dan psikis.
·
Bangkitan
motorik pada umumnya merupakan refleksi terlibatnya korteks motorik atau
suplementary motorik cortex dan menyebabkan terjadinya perubahan aktivitas
otot.
·
Bangkitan
sensorik sering kali muncul halusinasi atau ilusi yang melibatkan rasa sentuh (
parestesi atau baal ), penghiduan ( menangkap bau yang aneh ), pengecapan lidah
( rasa yang aneh atau abnormal ), penglihatan ( halusinasi visual berbentuk
atau tidak berbentuk ) dan pendengaran ( suara gemuruh, mendering, musik, atau
aneka suara )
·
Bangkitan
otonomik dapat menyebabkan perubahan pada kecepaatn denyut jantung atau
pernafasan, berkeringat, bulu roma berdiri, atau rasa aneh di dalam perut ),
dada atau kepala.
·
Bangkitan
psikis timbul dari sistem limbik dan area neokorteks pada lobus frontalis dan
temporalis.
·
Bangkitan
epilepsi berlangsung sekitar 30 detik atau kurang, tidak ada gejala pasca
bangkitan walaupun penderita dengan bangkitan parsial motorik mengalami baal
atau kelemahan pada bangkitan tubuh tertentu ( Todd’s paralysis )
·
EEG
memberi gambaran cetusan kontralateral lokal, mulai di korteks yang sesuai
dengan gejala yang tampak.
·
Prognosis
: bangkitan terkontrol pada 30 – 50 % penderita.
b. Bangkitan Epilepsi Parsial Kompleks
( lobus temporal, psikomotor )
- Terjadi penurunan kesadaran, penderita mengalami gangguan dalam berinterkasi dengan lingkungannya.
- Sekitar 50 % penderita terlebih dahulu mengalami aura ( bangkitan parsial sederhana )
- Sering tampak adanya otomatisme sederhana atau kompleks ( aktivitas motorik yang berulang-ulang , tanpa tujuan, tanpa arah dan aneh ).
- Bangkitan berlangsung selama 1-3 menit setelah bangkitan penderita tampak bingung, mengantuk dan mengalami perubahan perilaku dan lupa akan apa yang telah terjadi.
- EEG menunjukkan cetudan unilateral atau sering kali bilateral di daerah temporal atau frontatemporal.
- Prognosis : sekitar 40 – 69 % penderita akan terkontrol dengan baik.
c. Bangkitan Epilepsi Parsial yang Berkembang
menjadi Bangkitan Epilepsi Umum
bangkitan epilepsi umum sekunder terjadi melalui
beberapa tahapan yang merupakan refleksi dari penyebaran cetusan ke berbagai
area otak yang berbeda.
2. Bangkitan Epilepsi Umum
a. Bangkitan Tonik – Klonik Umum ( grand mal )
- garnd mal merupakan sejenis epilepsi yang paling sering dijumpai pada anak
- didahului oleh aura ( tanda peringatan sensorik ) yang berbentuk halusinasi visual, penghiduan, pendengaran, dan sensori lainnya atau dalam bentuk dizziness.
- Bangkitan dapat terjadi pad umur beberapa saja, namun paling sering terjadi pada umur 0 – 20 tahun.
- Bangkitan berlangsung selama 2 – 5 menit.
- Bangkitan epilepsi biasanya muncul pada saat tidak tidur. Bangkitan pada malam hari atau waktu tiudur jarang terjadi.
b. Lena ( Absence, petit mal )
petit mal disebut juga sebagai ekjang murni ( typical absence ) atau
simple absence. Bangkitan berlangsung singkat hanya beberapa detik ( 5 – 15
detik ).
- Setidaknya ada 3 jenis sindrom epilepsi yang berbeda ialah childhood absence epilepsy, juvenile absence epilepsy dan absence with eye myoclonia.
- Awitan pada umur 4 – 14 tahun dan sering kali menghilang pada umur 18 tahun.
- Penderita mengalami bangkitan klonik ringan pada sudut mulut mata atau anggota gerak.
- Bangkitan berlangsung sejenaK ( 10 – 45 detik ), dan penderita tidak menyadari apa yang sedang terjadi.
- EEG menunjukkan poal yang khas, ialah 3 Hz per second spike and waves.
- Pertumbuhan, perkembangan dan intelegensi pada umumnya normal.
- Bertolak belakang dengan lena, bangkitan parsial kompleks biasanya berlangsung lebih lama ( beberapa menit versus beberapa detik ) sering kali didahului oleh aura dan diikuti oleh periode postictal confusion.
- Prognosis jangka panjang adalah baik terutama untuk penderita yang tidak mengalami bangkitan tonik – klonik umum.
c. Lena Tidak Khas
- Awitan pada umur 1 – 7 tahun
- Gambaran EEG menunjukkan slow spike and wave ( < 2,5 Hz ) discharge dan atau generalized spike – wave yang tidak lengkap.
d. Bangkitan Atonik
- Muncul pada umur 2 – 5 tahun
- Bangkitan berlangsung selama 10 – 60 detik dan singkat.
- Prognosis terhadap terapi bergantung pada adanya defisit neurologik yang mendasarinya dan atau retardasi mental.
e. Bangkitan Mioklonik
bangkitan bersifat mendadak, singkat, berupa
kedutan otot atau sekelompok otot. Bangkitan seperti ini sering muncul pada
saat penderita jauth tertidur. Mioklonus epileptik biasanya menyebabkan
sentakan sinkron dan bilateral pada leher, bahu, lengan atas, tubuh dan tungkai
atas. Bangkitan mioklonik terjadi pada berbagai jenis sindrom epilepsi
f. Bangkitan Tonik
dicirikan oleh pengkakuan bilateral secara mendadak
pada tubuh, lengan atau tungkai. Bangkitan berlangsung kurang dari 20 detik dan
muncul lebih sering pada saat penderita tidur. Dijumpai terutama pada anak
berusia muda biasanya berhubungan dengan gangguan metabolik atu defisit
neurologik. Sering kali muncul bersama-sama dengan jenis bangkitan lainnya
maupun berbagai sindrom epilepsi. Bangkitan berlangsung selama 10 – 60 detik,
singkat dan dapat diikuti oleh gejala pasca bangkitan.
C. Etiologi
a. Idiopatik ( penyebab tidak diketahui )
- Terjadi pada umur berap saja, terutama umur 5-20 tahun.
- Tidak ada kelainan neurologik.
- Adanya riwayat epilepsi pada keluarga.
b. Defek kongenital dan cedera
perinatal
- Munculnya bangkitan pada usia bayi atau anak-anak.
c. kelainan metabolik
- Terjadi pada umur berapa saja
- Komplikasi dari diabetes melitus
- Ketidakseimbangan elektrolit
- Gagal ginjal, uremia
- Defisiensi nutrisi
- Intoksikasi alkohol atau obat-obatan
d. trauma kepala
- Terjadi pada umur berapa saja, terutama pada dewasa muda
- Terutama pada cedera pada kontusio serebri.
- Munculnya bangkitan biasanya 2 tahun pascacedara.
- Bila muncul awal ( 2 minggu pascacedera ) biasanya tidak menjadi kronis.
e. Tumor dan proses desak ruang
lainnya
- Terjadi pada umur berapa saja, terutama umur di atas 30 tahun
- Pada awalnya berupa bangkitan parsial
- Kemudiaan berkembang menjadi bangkitan umum tonik-klonik.
f. Gangguan kardiovaskular
- Terjadi karena stroke dan pada lanjut usia yang terkena infeksi.
- Dapat terjadi pada umur berapa saja.
- Mungkin bersifat reversible.
g. Infeksi
- Dalam bentuk ensefalitis, meningitis, abses.
- Dapat merupakan akibat dari infeksi berat di bagian lain.
- Infeksi kronis ( sifilis )
- Komplikasi AIDS
h. Penyakit degeneratif
- Terjadi terutama pada lanjut usia.
- Demensia Alzheimer.
D. Faktor Pencetus
a. Cahaya tertentu
Cahaya
tertentu dapat merangsang terjadinya bangkitan, epilepsi demikian ini disebut
epilepsi fotosensitif atau fotogenik. Cahaya yang mampu merangsang terjadinya
bangkitan adalah cahaya yang berkedip-kedip dan atau yang menyilaukan. Epilepsi
ini sering terjadi pada anak usia 6-12 tahun.
b. Kurang tidur
kurang tidur maupun pola tidur yang tidak
teratur dapat merangsang terjadinya bangkitan. Kurang tidur dapat menurunkan
ambang bangkitan yang kemudian memudahkan terjadinya bangkitan.kurang tidur
dapat memperberat dan memperlama bangkitan.
c. Faktor makan dan minum
faktor
makan dan minum sehari-hari dapat menjadi masalah pada penderita epilepsi.
Makan dan minum harus teratur, jangan sampai terlalu lapar, terlalu haus, dan
sebaliknya: jangan terlalu kenyang, terutama terlalu banyak minum.keteraturan
dapat terjaga pada saat menjalani ibadah puasa.hipoglikemi dapat memicu
terjadinya bangkitan, keadaan ini dapat terjadi pada program diet yang ketat
atau akibat dari obat antidiabetes.
d. Suara tertentu
Epilepsi
jenis ini disebut epilepsi audiogenik atau epilepsi musikogenik. Suara dengan
nada tinggi atau berkualitas keras dapat menimbulkan bangkitan.
e. Reading dan eating epilepsi
Reading
epilepsi berarti bangkitan yang dirangsang oleh kegiatan membaca. Bahan yang
dapat berupa bacaan biasa ( berita, cerita ) maupun yang memberi persoalan
sehingga penderita harus berfikir. Eating epilepsy menunjukkan bahwa bangkitan
terjadi pada saat penderita menguyah makanan. Faktor pencetusnya bukan kegiatan
mengunyah tetapi bahan makanan yang dikunyah.
f. Lupa minum obat atau enggan minum obat
Penderita
epilepsi dapat menimbulkan bangkitan dan bahkan bangkitan yang muncul dapat
lebih lama atau lebih berat. Lupa minum obat paling sering terjadi pada
penderita yang minum obat dengan dosis tunggal. Sebaliknya, minum obat 2 atau 3
kali sehari dapat menimbulkan rasa bosan sehingga enggan minum obat.
g. Drug abuse
- Kokain, dapat menmimbulkan bangkitan dalam waktu beberapa detik, menit, atau jam setelah mengkonsumsinya. Bangkitan sebagai akibat kokain dapat disertai dengan bangkitan jantung.
- Amfetamin dan metilfenidat, sering diberikan pada penderita attention deficit disorder and hiperactivity ( ADHD ) dan narkolepsi. Apabila kedua jenis obat ini diminum tanpa pengawasan dokter maka dapat menimbulkan menimbulkan gangguan tidur, bingung, dan gangguan psikiatrik sehingga pada penderita epilepsi akan mudah terjadi bangkitan karena penderita lupa minum obat. Epilepsi juga merupakan kontraindikasi untuk pemberian metilfenidat.
- Narkotika, menyebabkan penderita epilepsi untuk minum obat. Apabila narkotika dikonsumsi dalam dosis besar dapat mengurangi penyediaan oksigen ke otak yang dapat menimbulkan bangkitan. Hipoksia juga akan menimbulkan status epileptikus.
h. Menstruasi
Penderita
epilepsi akan mengalami peningkatan bangkitan pada menjelan, selama dan setelah
menstruasi yang berkaitan dengan kadar hormon estrogen yang tinggi dan
rendahnya kadar progesteron. Merupakan refleksi exitatory effects dari estrogen
dan inhibitory effect dari progesteron terhadap ambang bangkitan. Hormon
steroid dapat menembus blood brain barrier dengan mudah. Sel-sel otak dapat
mempengaruhi estrogen dan progesteron secara langsung. Estrogen dapat
memudahkan terjadinya bangkitan dengan cara menurunkan ambang bangkitan,
sementara progesteron bertindak sebagaimana OAE dengan cara menaikkan ambang
bangkitan.estrogen mampu mempengaruhi aksis stres dan juga berpengaruh secara
langsung terhadap hipokampus dan amigdala.sehingga estrogen mempunyai 2 jalur
untuk memudahkan terjadinya bangkitan.
i. Stres
Stres
berkaitan dengan jenis emosi yang tidak mengenakkan perasaan. Stres dapat
mengganggu pola tidur. Penderita epilepsi dapat lupa minum obat ketika stres,
selain itu stres dapat mengubah konstelasi hormon misalnya meningkatkan kadar
kortisol, peningkatan ini berpengaruh terhadap ambang bangkitan.
E. Tanda dan Gejala
- Kejang
- Bangkitan / manifestasi umum dan parsial kompleks.
- Kesadaran mendadak turun / hilang disertai kejang tonik ( badan dan anggota gerak menjadi kaku dan diikuti kejang lekonik ( badan dan anggota gerak berkejut-kejut )
- Parsial kompleks ( halusinasi visual, ngelindur, gangguan penciuman, atau mengambil barang tanpa sadar ).
F. Penatalaksanaan
1. Kekambuhan dapat dikurangi dengan :
- Mengkonsumsi obat yang diberikan dokter.
- Menghindari faktor pencetus diantaranya stres dan emosi yang tidak stabil, cepat marah, cemas, kegembiraan yang berlebihan, kelelahan fisik.
2. Pengobatan
a. pengobatan kausal
pada
penderita epilepsi harus diselidiki apakah ia menderita penyakit yang masih
aktif misalnya tumor serebri, hematoma subdural kronik. Bila demekian kelainan
ini harus segera diobati. Kadang-kadang ditemukan lesi aktif / progresif yang
belum ada obatnya misalnya penyakit degeneratif. Pada sebagian besar penderita
epilepsi , tidak dapat menentukan adanya lesi ( idiopatik, kriptogenik ) atau
lesi sudah inaktif ( sekuel ), misal sekuel karena trauma lahir,
meningoensefalits. Dalam hal ini pengobatan ditujukan terhadap gejala
epilepsinya.
b. Pengobatan Rumat
Penderita
epilepsi umumnya cenderung untuk mengalami serangan kejang secara spontan tanpa
faktor provokasi yang kuat / yang nyata. Timbulnya kejang ini harus dicegah
karena dapat menimbulkan cedera / kecelakaan . disamping kejang itu sewndiri
dapat menimbulkan kerusakan pada otak. Pada penderita epilepsi diberikan obat
anti epelepsi ( OAT ) konvulsan secara rumat
c. Pengobatan masa akut
Kejang
yang terajdi saat kambuh harus ditangani secepat mungkin. Diberikan
antikonvulsan misalnya : diazepam. Masa kerja diazepam singkat sehingga
pemberiannya perlu diikuti oleh obat antikonvulsan yang lain ( fenobarbital
intramuskular ). Bila tidak ada diazepam, dapat diberikan fenobarbital ( lumina
)
Pengobatan
sebaiknya dimulai dengan satu macam antikonvulsan dengan dosis rendah, bila
dosis kurang memuaskan dosis dapat ditingkatkan. Bila perlu antikonvulsan dapat
diganti / ditambah dengan anti konvulsan yang lain.
Lama pengobatan umumnya berkisar antara 2
– 4 tahun bebas serangan kejang. Kemudian obat dikurangi secara bertahap dan
dihentikan dalam jangka waktu 6 bulan.
Obat yang dipakai untuk epilepsi /
antikonvulsan
No.
|
Obat
|
Bentuk kejang
|
Dosis
Mg/KgBB/hari
|
1
|
Fenobarbital
|
Semua jenis bentuk kejang
|
3-8
|
2
|
Dilantin ( difenil hidantoin )
|
Semua jenis
bentuk kejang kecuali bangkitan petit mal, mioklonik / akinetik
|
5-10
|
3.
|
Mysoline
( primidon )
|
Petit mal
|
12 - 25
|
4.
|
Zarontin
|
Semua bentuk
kejang
|
20 - 60
|
5.
|
Diazepam
|
Semua bentuk kejang
|
0,2 – 0,5
|
6.
|
Diamox (
asetasolamid )
|
Spasme infantil
|
10 – 90
|
7.
|
Prednison
|
Spasme infantil
|
2 – 3
|
8.
|
Deksametason
|
Spasme infantil
|
0,2 – 0,3
|
9.
|
Adrenokortikotropin
|
Spasme infantil
|
2 - 4
|
No comments:
Post a Comment