Happy studying, may be useful ...

Dear readers ...
for completeness this blog, we hope the comments that build ... ok thank you :)

" Health is not everything, but whithout health everything is nothing "

Tuesday, August 7, 2012

EPILEPSI PADA ANAK



perawatmasadepanku@blogspot.com



Join With Us :
Email :hendritriyulianto@gmail.com
Facebook :Hendri Ty



Kunjungi dan Dapatkan !!!
Kumpulan Askep Lengkap Hanya Di :

perawatmasadepanku@blogspot.com



Free Download & Free Copy
Pembaca yang budiman, dimohon memberikan komentar, saran dankritik yang membangun…Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua…Aminn

Dapat kan kemudahan dalam mencari askep, dengan bergabungmenjadi member kami…Join With Us

Terima kasih …!
Selamat membaca…!


A. Definisi
          Epilepsi adalah serangan kejang yang hilang timbul dimana kejang – kejang merupakan sifat abnormal yang berkaitan dengan aktivitas listrik otak yang berlebihan ( Hendarto. 1988 ).
         Anak dianggap menderita epilepsi jika ia telah  lebih dari 1 kali menderita bangkitan kejang spontan / epilepsi atau gangguan yang ringan ( Ngastiyah. 2000 )
          Eplepsi merupakan gangguan saraf pusat ( SSP ) yang dicirikan oleh terjadinya bangkitan ( seizure, fit, attack, spell ) yang bersifat spontan ( unprovoked ) dan berkala ( Harsono.2007 ).

B. Klasifikasi
1. Bangkitan Epilepsi Parsial
            Bangkitan epilepsi parsial disebabkan oleh lesi atau kelainan lokal pada otak. Bangkitan epilepsi parsial dibagi menjadi :
a. Bangkitan Epilepsi Parsial Sederhana
·         Jenis ini tidak disertai gangguan atau penurunan kesadaran.
·         Manifestasi kklinisnya dapat bervariasi, termasuk manifestasi motorik, sensorik, otonomik, dan psikis.
·         Bangkitan motorik pada umumnya merupakan refleksi terlibatnya korteks motorik atau suplementary motorik cortex dan menyebabkan terjadinya perubahan aktivitas otot.
·         Bangkitan sensorik sering kali muncul halusinasi atau ilusi yang melibatkan rasa sentuh ( parestesi atau baal ), penghiduan ( menangkap bau yang aneh ), pengecapan lidah ( rasa yang aneh atau abnormal ), penglihatan ( halusinasi visual berbentuk atau tidak berbentuk ) dan pendengaran ( suara gemuruh, mendering, musik, atau aneka suara )
·         Bangkitan otonomik dapat menyebabkan perubahan pada kecepaatn denyut jantung atau pernafasan, berkeringat, bulu roma berdiri, atau rasa aneh di dalam perut ), dada atau kepala.
·         Bangkitan psikis timbul dari sistem limbik dan area neokorteks pada lobus frontalis dan temporalis.
·         Bangkitan epilepsi berlangsung sekitar 30 detik atau kurang, tidak ada gejala pasca bangkitan walaupun penderita dengan bangkitan parsial motorik mengalami baal atau kelemahan pada bangkitan tubuh tertentu ( Todd’s paralysis )
·         EEG memberi gambaran cetusan kontralateral lokal, mulai di korteks yang sesuai dengan gejala yang tampak.
·         Prognosis : bangkitan terkontrol pada 30 – 50 % penderita.


b. Bangkitan Epilepsi Parsial Kompleks ( lobus temporal, psikomotor )
  • Terjadi penurunan kesadaran, penderita mengalami gangguan dalam berinterkasi dengan lingkungannya.
  • Sekitar 50 % penderita terlebih dahulu mengalami aura ( bangkitan parsial sederhana )
  • Sering tampak adanya otomatisme sederhana atau kompleks ( aktivitas motorik yang berulang-ulang , tanpa tujuan, tanpa arah dan aneh ).
  • Bangkitan berlangsung selama 1-3 menit setelah bangkitan penderita tampak bingung, mengantuk dan mengalami perubahan perilaku dan lupa akan apa yang telah terjadi.
  • EEG menunjukkan cetudan unilateral atau sering kali bilateral di daerah temporal atau frontatemporal.
  • Prognosis : sekitar 40 – 69 % penderita akan terkontrol dengan baik.

c. Bangkitan Epilepsi Parsial yang Berkembang menjadi Bangkitan Epilepsi Umum
bangkitan epilepsi umum sekunder terjadi melalui beberapa tahapan yang merupakan refleksi dari penyebaran cetusan ke berbagai area otak yang berbeda.

2. Bangkitan Epilepsi Umum
a. Bangkitan Tonik – Klonik Umum ( grand mal )
  • garnd mal merupakan sejenis epilepsi yang paling sering dijumpai pada anak
  • didahului oleh aura ( tanda peringatan sensorik ) yang berbentuk halusinasi visual, penghiduan, pendengaran, dan sensori lainnya atau dalam bentuk dizziness.
  • Bangkitan dapat terjadi pad umur beberapa saja, namun paling sering terjadi pada umur  0 – 20 tahun.
  •  Bangkitan berlangsung selama 2 – 5 menit.
  • Bangkitan epilepsi biasanya muncul pada saat tidak tidur. Bangkitan pada malam hari atau waktu tiudur jarang terjadi.

b. Lena ( Absence, petit mal )
petit mal disebut juga sebagai ekjang murni ( typical absence ) atau simple absence. Bangkitan berlangsung singkat hanya beberapa detik ( 5 – 15 detik ).
  • Setidaknya ada 3 jenis sindrom epilepsi yang berbeda ialah childhood absence epilepsy, juvenile absence epilepsy dan absence with eye myoclonia.
  • Awitan pada umur 4 – 14 tahun dan sering kali menghilang pada umur 18 tahun.
  • Penderita mengalami bangkitan klonik ringan pada sudut mulut mata atau anggota gerak.
  • Bangkitan berlangsung sejenaK ( 10 – 45 detik ), dan penderita tidak menyadari apa yang sedang terjadi.
  • EEG menunjukkan poal yang khas, ialah 3 Hz per second spike and waves.
  • Pertumbuhan, perkembangan dan intelegensi pada umumnya normal.
  • Bertolak belakang dengan lena, bangkitan parsial kompleks biasanya berlangsung lebih lama ( beberapa menit versus beberapa detik ) sering kali didahului oleh aura dan diikuti oleh periode postictal confusion.
  • Prognosis jangka panjang adalah baik terutama untuk penderita yang tidak mengalami bangkitan tonik – klonik umum.

c. Lena Tidak Khas
  • Awitan pada umur 1 – 7 tahun
  • Gambaran EEG menunjukkan slow spike and wave ( < 2,5 Hz ) discharge dan atau generalized spike – wave yang tidak lengkap.

d. Bangkitan Atonik
  • Muncul pada umur 2 – 5 tahun
  • Bangkitan berlangsung selama 10 – 60 detik dan singkat.
  • Prognosis terhadap terapi bergantung pada adanya defisit neurologik yang mendasarinya dan atau retardasi mental.

e. Bangkitan Mioklonik
bangkitan bersifat mendadak, singkat, berupa kedutan otot atau sekelompok otot. Bangkitan seperti ini sering muncul pada saat penderita jauth tertidur. Mioklonus epileptik biasanya menyebabkan sentakan sinkron dan bilateral pada leher, bahu, lengan atas, tubuh dan tungkai atas. Bangkitan mioklonik terjadi pada berbagai jenis sindrom epilepsi

f. Bangkitan Tonik
dicirikan oleh pengkakuan bilateral secara mendadak pada tubuh, lengan atau tungkai. Bangkitan berlangsung kurang dari 20 detik dan muncul lebih sering pada saat penderita tidur. Dijumpai terutama pada anak berusia muda biasanya berhubungan dengan gangguan metabolik atu defisit neurologik. Sering kali muncul bersama-sama dengan jenis bangkitan lainnya maupun berbagai sindrom epilepsi. Bangkitan berlangsung selama 10 – 60 detik, singkat dan dapat diikuti oleh gejala pasca bangkitan.

C. Etiologi
a. Idiopatik ( penyebab tidak diketahui )
  • Terjadi pada umur berap saja, terutama umur 5-20 tahun.
  • Tidak ada kelainan neurologik.
  • Adanya riwayat epilepsi pada keluarga.

b. Defek kongenital dan cedera perinatal
  • Munculnya bangkitan pada usia bayi atau anak-anak.

c. kelainan metabolik
  • Terjadi pada umur berapa saja
  • Komplikasi dari diabetes melitus
  • Ketidakseimbangan elektrolit
  • Gagal ginjal, uremia
  • Defisiensi nutrisi
  • Intoksikasi alkohol atau obat-obatan

d. trauma kepala
  • Terjadi pada umur berapa saja, terutama pada dewasa muda
  • Terutama pada cedera pada kontusio serebri.
  • Munculnya bangkitan biasanya 2 tahun pascacedara.
  • Bila muncul awal ( 2 minggu pascacedera ) biasanya tidak menjadi kronis.

e. Tumor dan proses desak ruang lainnya
  • Terjadi pada umur berapa saja, terutama umur di atas 30 tahun
  • Pada awalnya berupa bangkitan parsial
  • Kemudiaan berkembang menjadi bangkitan umum tonik-klonik.

f. Gangguan kardiovaskular
  • Terjadi karena stroke dan pada lanjut usia yang terkena infeksi.
  • Dapat terjadi pada umur berapa saja.
  • Mungkin bersifat reversible.

g. Infeksi
  • Dalam bentuk ensefalitis, meningitis, abses.
  • Dapat merupakan akibat dari infeksi berat di bagian lain.
  • Infeksi kronis ( sifilis )
  • Komplikasi AIDS

h. Penyakit degeneratif
  • Terjadi terutama pada lanjut usia.
  • Demensia Alzheimer.


D. Faktor Pencetus
a. Cahaya tertentu
            Cahaya tertentu dapat merangsang terjadinya bangkitan, epilepsi demikian ini disebut epilepsi fotosensitif atau fotogenik. Cahaya yang mampu merangsang terjadinya bangkitan adalah cahaya yang berkedip-kedip dan atau yang menyilaukan. Epilepsi ini sering terjadi pada anak usia 6-12 tahun.

b. Kurang tidur
            kurang tidur maupun pola tidur yang tidak teratur dapat merangsang terjadinya bangkitan. Kurang tidur dapat menurunkan ambang bangkitan yang kemudian memudahkan terjadinya bangkitan.kurang tidur dapat memperberat dan memperlama bangkitan.

c. Faktor makan dan minum
            faktor makan dan minum sehari-hari dapat menjadi masalah pada penderita epilepsi. Makan dan minum harus teratur, jangan sampai terlalu lapar, terlalu haus, dan sebaliknya: jangan terlalu kenyang, terutama terlalu banyak minum.keteraturan dapat terjaga pada saat menjalani ibadah puasa.hipoglikemi dapat memicu terjadinya bangkitan, keadaan ini dapat terjadi pada program diet yang ketat atau akibat dari obat antidiabetes.

d. Suara tertentu
            Epilepsi jenis ini disebut epilepsi audiogenik atau epilepsi musikogenik. Suara dengan nada tinggi atau berkualitas keras dapat menimbulkan bangkitan.

e. Reading dan eating epilepsi
            Reading epilepsi berarti bangkitan yang dirangsang oleh kegiatan membaca. Bahan yang dapat berupa bacaan biasa ( berita, cerita ) maupun yang memberi persoalan sehingga penderita harus berfikir. Eating epilepsy menunjukkan bahwa bangkitan terjadi pada saat penderita menguyah makanan. Faktor pencetusnya bukan kegiatan mengunyah tetapi bahan makanan yang dikunyah.



f. Lupa minum obat atau enggan minum obat
            Penderita epilepsi dapat menimbulkan bangkitan dan bahkan bangkitan yang muncul dapat lebih lama atau lebih berat. Lupa minum obat paling sering terjadi pada penderita yang minum obat dengan dosis tunggal. Sebaliknya, minum obat 2 atau 3 kali sehari dapat menimbulkan rasa bosan sehingga enggan minum obat.

g. Drug abuse
  • Kokain, dapat menmimbulkan bangkitan dalam waktu beberapa detik, menit, atau jam setelah mengkonsumsinya. Bangkitan sebagai akibat kokain dapat disertai dengan bangkitan jantung.
  • Amfetamin dan metilfenidat, sering diberikan pada penderita attention deficit disorder and hiperactivity ( ADHD ) dan narkolepsi. Apabila kedua jenis obat ini diminum tanpa pengawasan dokter maka dapat menimbulkan menimbulkan gangguan tidur, bingung, dan gangguan psikiatrik sehingga pada penderita epilepsi akan mudah terjadi bangkitan karena penderita lupa minum obat. Epilepsi juga merupakan kontraindikasi untuk pemberian metilfenidat.
  • Narkotika, menyebabkan penderita epilepsi untuk minum obat. Apabila narkotika dikonsumsi dalam dosis besar dapat mengurangi penyediaan oksigen ke otak yang dapat menimbulkan bangkitan. Hipoksia juga akan menimbulkan status epileptikus.

h. Menstruasi
            Penderita epilepsi akan mengalami peningkatan bangkitan pada menjelan, selama dan setelah menstruasi yang berkaitan dengan kadar hormon estrogen yang tinggi dan rendahnya kadar progesteron. Merupakan refleksi exitatory effects dari estrogen dan inhibitory effect dari progesteron terhadap ambang bangkitan. Hormon steroid dapat menembus blood brain barrier dengan mudah. Sel-sel otak dapat mempengaruhi estrogen dan progesteron secara langsung. Estrogen dapat memudahkan terjadinya bangkitan dengan cara menurunkan ambang bangkitan, sementara progesteron bertindak sebagaimana OAE dengan cara menaikkan ambang bangkitan.estrogen mampu mempengaruhi aksis stres dan juga berpengaruh secara langsung terhadap hipokampus dan amigdala.sehingga estrogen mempunyai 2 jalur untuk memudahkan terjadinya bangkitan.
i. Stres
            Stres berkaitan dengan jenis emosi yang tidak mengenakkan perasaan. Stres dapat mengganggu pola tidur. Penderita epilepsi dapat lupa minum obat ketika stres, selain itu stres dapat mengubah konstelasi hormon misalnya meningkatkan kadar kortisol, peningkatan ini berpengaruh terhadap ambang bangkitan.

E. Tanda dan Gejala
  • Kejang
  • Bangkitan / manifestasi umum dan parsial kompleks.
  • Kesadaran mendadak turun / hilang disertai kejang tonik ( badan dan anggota gerak menjadi kaku dan diikuti kejang lekonik ( badan dan anggota gerak berkejut-kejut )
  • Parsial kompleks ( halusinasi visual, ngelindur, gangguan penciuman, atau mengambil barang tanpa sadar ).

F. Penatalaksanaan
1. Kekambuhan dapat dikurangi dengan :
  • Mengkonsumsi obat yang diberikan dokter.
  • Menghindari faktor pencetus diantaranya stres dan emosi yang tidak stabil, cepat marah, cemas, kegembiraan yang berlebihan, kelelahan fisik.
2. Pengobatan
a. pengobatan kausal
            pada penderita epilepsi harus diselidiki apakah ia menderita penyakit yang masih aktif misalnya tumor serebri, hematoma subdural kronik. Bila demekian kelainan ini harus segera diobati. Kadang-kadang ditemukan lesi aktif / progresif yang belum ada obatnya misalnya penyakit degeneratif. Pada sebagian besar penderita epilepsi , tidak dapat menentukan adanya lesi ( idiopatik, kriptogenik ) atau lesi sudah inaktif ( sekuel ), misal sekuel karena trauma lahir, meningoensefalits. Dalam hal ini pengobatan ditujukan terhadap gejala epilepsinya.

b. Pengobatan Rumat
            Penderita epilepsi umumnya cenderung untuk mengalami serangan kejang secara spontan tanpa faktor provokasi yang kuat / yang nyata. Timbulnya kejang ini harus dicegah karena dapat menimbulkan cedera / kecelakaan . disamping kejang itu sewndiri dapat menimbulkan kerusakan pada otak. Pada penderita epilepsi diberikan obat anti epelepsi ( OAT ) konvulsan secara rumat

c. Pengobatan masa akut
            Kejang yang terajdi saat kambuh harus ditangani secepat mungkin. Diberikan antikonvulsan misalnya : diazepam. Masa kerja diazepam singkat sehingga pemberiannya perlu diikuti oleh obat antikonvulsan yang lain ( fenobarbital intramuskular ). Bila tidak ada diazepam, dapat diberikan fenobarbital ( lumina )

            Pengobatan sebaiknya dimulai dengan satu macam antikonvulsan dengan dosis rendah, bila dosis kurang memuaskan dosis dapat ditingkatkan. Bila perlu antikonvulsan dapat diganti / ditambah dengan anti konvulsan yang lain.
            Lama pengobatan umumnya berkisar antara 2 – 4 tahun bebas serangan kejang. Kemudian obat dikurangi secara bertahap dan dihentikan dalam jangka waktu 6 bulan.
Obat yang dipakai untuk epilepsi / antikonvulsan

No.
Obat
Bentuk kejang
Dosis
Mg/KgBB/hari
1
Fenobarbital

Semua jenis bentuk kejang

3-8

2

Dilantin ( difenil hidantoin )


Semua jenis bentuk kejang kecuali bangkitan petit mal, mioklonik / akinetik

5-10


3.


Mysoline ( primidon )


Petit mal


12 - 25

4.
Zarontin

Semua bentuk kejang


20 - 60

5.
Diazepam
Semua bentuk kejang
0,2 – 0,5


6.
Diamox ( asetasolamid )

Spasme infantil

10 – 90


7.
Prednison


Spasme infantil

2 – 3


8.
Deksametason

Spasme infantil

0,2 – 0,3

9.
Adrenokortikotropin
Spasme infantil

2 - 4

No comments:

Post a Comment