Happy studying, may be useful ...

Dear readers ...
for completeness this blog, we hope the comments that build ... ok thank you :)

" Health is not everything, but whithout health everything is nothing "

Sunday, June 17, 2012

TUBERKULOSIS PARU

TUBERKULOSIS PARU

A.   Definisi :

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Microbakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit akibat kuman mycobakterium tuberkulosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru-paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansyur, 2000).

Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Brunes & Suddat, 2003 : hal 584).

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi saluran nafas bagian bawah yang menyerang jaringan paru atau parenkim paru oleh hasil mycobakterium tuberculosis, dapat mengenai hampir semua organ tubuh (meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe, dan lain-lain) dengan lokasi terbanyak di paru, yang biasanya merupakan lokasi primer.

 

B.   Etiologi

Penyakit ini adalah bakteri kompleks mycobacterium tuberkulosis. Dengan ukuran panjang 1-4 per mm dan tebal 0,3-0,6 per mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak atau (lipit). Lipit inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman ini bersifat aerob. Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dorman.

 

 

C.   Patofisiologi

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai unit yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cenderung tertahan di hidung dan cabang bronkus dan tidak menyebabkan penyakit (Dannenberg, 1981). Setelah berada di ruang alveolus biasanya di bagian bawah lobus atas paru-paru atau di bagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak di daerah tersebut dan memfagosit bakteria namun tidak membunuh organisme ini. Sesudah hari-hari pertama leukosit akan digantikan oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala peneumonia akut. Pneumonia seluler akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa atau proses akan berjalan terus dan bakteri akan terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini butuh waktu 10-20 hari. Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang biasa disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.

Lesi primer paru dinamakan fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon lain yang dapat terjadi di daerah nekrosis adalah pencairan di mana bahan cair lepas ke dalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang lagi ke bagian paru lain atau terbawa ke bagian laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan pembatasan bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat dengan tanpa gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus sehingga menjadi peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, kadang dapat menimbulkan lesi pada organ lain. Jenis penyebaran ini disebut limfohematogen yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen biasanya merupakan fenomena akut yang dapat menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme yang masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ lainnya.

 

D.   Manifestasi Klinis

Penderita TBC akan mengalami berbagai gangguan kesehatan. Seperti batuk berdahak kronis, demam subfebril, berkeringat tanpa sebab di malam hari, sesak napas, nyeri dada dan penurunan nafsu makan. Semuanya itu dapat menurunkan produktifitas penderita bahkan kematian.

Ø    Gejala umum

Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih.

Ø    Gejala lain yang sering dijumpai

Dahak bercampur darah.

Batuk darah.

Sesak nafas dan rasa nyeri dada.

Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari satu bulan.

 

E.   Klasifikasi

A.   TBC Paru

Adalah TBC yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru).

Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu :

1.    TBC Paru BTA Positif.

2.    TBC Paru BTA Negative.

B.    TBC X-tra Paru

Adalah TBC yang menyerang organ tubuh selain jaringan paru, misalnya pleura (selaput paru), selaput otak, selaput jantung, kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

Berdasarkan tingkat keparahannya, TB X-tra Paru dibagi menjadi 2 yaitu :

1)    TBC X-tra Paru Ringan

Misal :    TB kelenjar limfe, pleuritis eksudatif unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.

2)    TBC X-tra Paru Berat

Misal :    Meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.

 

F.    Pemeriksaan Penunjang

1.    Pemeriksaan Lab.

-      Anemia bila penyakit berjalan menahun.

-      Leukosit ringan dengan predominasi limfosit.

-      LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan.

-      GDA : normal tergantung lokasi.

2.    Pemeriksaan Bakteriologik (Sputum)

-      Kultur sputum : (+) mikrobakterium tbc pada tahap aktif penyakit.

-      Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) (+), untuk basil asam-cepat.

-      Test mantox reaksi intradermal antigen menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibody tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakan pada pasien yang secara klinik sakit berarti TB aktif tidak dapat ditularkan/disebabkan micobakterium.

3.    Pemeriksaan histologik/kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster, urin menurun, cairan serebrospinal biopsy (+), untuk mycobacterium tuberculosis.

4.    Pemeriksaan radiologi.

Foto thorak : infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi sembuh primer/efusi cairan perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga akan fibrosa.

5.    Pemeriksaan fungsi paru : penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu; kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan peny. pleural.

 

G.   Pencegahan

1.    Penderita TBC diisolasi.

2.    Pada pasien TBC, menutup mulut ketika batuk, dan membuang dahak tidak sembarangan.

3.    Pencegahan pada masyarakat, pada bayi diberi vaksin BCG.

4.    Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.

5.    Pada petugas memberi penyuluhan tentang bahaya TBC.

 

H.   Penatalaksanaan

1)    Pengobatan untuk individu dengan TB aktif memerlukan waktu lama karena basil resisten terhadap sebagian besar antibiotic dan cepat bermotasi apabila terpajan antibiotic yang semula masih efektif.

2)    Istirahat yang cukup.

 

Obat primer yang diberikan pada penderita TBC :

-      Isuniazid.

-      Rikampisin.

-      Pirazinamid.

-      Streptomisin.

-      Etambutol.

Ket : diberikan 6 bulan berturut-turut.

 

I.     Komplikasi

-      Pneumonia (radang parenkim paru).

-      Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura).

-      Pneumotorak (adanya udara dan gas dalam rongga selaput dada).

-      Empiema.

-      Lasingitis.

-      Menjalar ke orang lain (spt, usus).

 

Komplikasi lanjut :

-      Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis).

-      Kerusakan parenkim berat SOPT / fibrosis paru.

-      Amiloi dosis.

-      Karsinoma paru.

-      Sindrom Gagal Nafas (Dewasa (ARDS)).

 

J.    Proses Keperawatan

1.    Pengkajian

Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan tuberkulosis paru (Doengoes, 2000) ialah sebagai berikut :

(1)   Riwayat perjalanan penyakit

a.    Pola aktivitas dan istirahat.

b.    Pola nutrisi.

c.    Respirasi.

d.    Rasa nyaman/nyeri.

e.    Integritas ego.

 

(2)   Riwayat penyakit sebelumnya

a.    Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.

b.    Pernah berobat tetapi tidak sembuh.

c.    Pernah berobat tetapi tidak teratur.

d.    Riwayat kontak dengan penderita TBC paru.

e.    Daya tahan tubuh yang menurun.

f.     Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.

(3)   Riwayat pengobatan sebelumnya

a.    Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.

b.    Jenis, warna, dosis obat yang diminum.

c.    Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya.

d.    Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.

(4)   Riwayat sosial ekonomi

a.    Riwayat pekerjaan, jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah penghasilan.

b.    Aspek psikososial, merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri, biasa 'a pada keluarga yang kurang mampu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.

(5)   Faktor pendukung

a.    Riwayat lingkungan.

b.    Pola hidup.

c.    Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan, pengobatan, dan perawatannya.

(6)   Pemeriksaan diagnostic (hasilnya bagaimana ?? cantumkan )

a.    Kultur sputum.

b.    Tes tuberkulin.

c.    Foto thorak.

d.    Bronchografi.

e.    Darah.

f.     Spirometri.

 

2.    Pemeriksaan Fisik

-      Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfibris), badan kurus atau berat badan menurun.

 

3.    Diagnosa Keperawatan ( lihat penulisa diagnose keperawatannya yang bener ya..)

-      Kebersihan jalan nafas tidak efektif b.d. sekret yang kental.

-      Gangguan pertukaran gas b.d. kerusakan membran alveolar kapiler.

-      Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi b.d. daya tahan tubuh menurun.

-      Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan b.d. anoreksia.

No comments:

Post a Comment