Happy studying, may be useful ...

Dear readers ...
for completeness this blog, we hope the comments that build ... ok thank you :)

" Health is not everything, but whithout health everything is nothing "

Sunday, June 17, 2012

TROMBO EMBOLI DAN TROMBO PLEBITIS


TROMBOEMBOLI DAN TROMBO PLEBITIS

I.       PENGERTIAN
Perluasan infeksi nifas yang paling sering yaitu perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah di sepanjang vena dan cabang-cabangnya sehingga terjadi trombofeblitis.
II.    KLASIFIKASI
a.      Pelviotromboflebitis
s  Definisi
            Pelviotromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena hipogastrika. Vena yang paling sering terkena ialah vena ovarika dekstra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta terletak di bagian atas uterus ; proses biasanya unilateral. Perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra adalah ke vena renalis, sedangkan perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra ialah ke vena cava inferior. Peritoneum yang menutupi vena ovarika dekstra mengalami inflamasi dan akan menyebabkan pingo-ooforitus dan periapendisitis. Perluasan infeksi dari vena uterina adalah ke vena iliaka komunis.
s  Manifestasi Klinis
1 Nyeri
      Terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping. Timbul pada hari ke 2- 3 masa nifas dengan atau tanpa panas
1 Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik berikut :
ü  Menggigil berulang kali
      Menggigil inisial terjadi sangat berat ( 30 – 40 menit ) dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari.
ü  Suhu badan naik turun secara tajam ( 360 C menjadi 400 C ), yang diikuti dengan penurunan sushu dalam 1 jam ( biasanya subfebris seperti pada endometritis ).
ü  Penyakit dapat berlangsung selama 1 – 3  bulan.
ü  Cenderung berbentuk pus yang menjalar kemana-mana terutama ke paru-paru.
s  Pemeriksaan :
      Gambaran Darah
! Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia).
! Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat yang tepat sebelum mulainya menggigil, meskipun bakteri ditemukan di dalam darah selama menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
Pemeriksaan Dalam
a  Utrasonografi Doppler
Dilakukan dengan cara meletakkan probe doppler diatas vena yang tersumbat. Bacaan aliran doppler tampak lebih kecil dibanding tungkai sebelahnya atau tidak ada sama sekali. Metode ini relatif mudah dilakukan, murah, praktis dan cepat. Pencitraan vena ganda digunakan untuk mendapatkan informasi anatomis selain untuk mengkaji parameter fisiologis.
a  Pletismografi Impedansi
Digunakan untuk mengukur perbedaan volume darah dalam vena. Manset tekanan darah dipasang pada paha pasien dan dikembungkan secukupnya (sekitar 50 sampai 60 mmHg ) sampai aliran arteri berhenti. Kemudian gunakan elektroda betis untuk mengukur tahanan elektris yang terjadi akibat perubahan volume darah dalam vena. Apabila terdapat trombosis vena dalam, peningkatan volume vena yang normalnya terjadi akibat terperangkapnya darah dibawah ikatan manset akan lebih rendah dari yang diharapakan. Hasil false-positive  dapat terjadi akibat dari berbagai faktor yang menyebabkan vasokonstriksi, peninggian tekanan vena, penurunan curah jantung, atau kompresi eksternal pada vena. False-negative dapat terjadi akibat adanya trobosis lama, menimbulkan sirkulasi kolateral yang adekuat atau dari flebitis superfisial.
s  Komplikasi :
G  Komplikasi pada paru-paru ( infark, abses,pneumonia)
G  Komplikasi pada ginjal sinistra, nyeri mendadak, yang diikuti dengan proteinuria dan hematuria.
G  Komplikasi pada persendian, mata dan jaringan subkutan.
s  Penanganan :
$  Rawat Inap
      Penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah terjadinya emboli pulmonum.
Saat pasien berbaring di tempat tidur, kaki dan tungkai bawah harus ditinggikan beberapa kali lebih tinggi dari jantung. Posisi ini memungkinkan vena superfisial dan tibialis mengosongkan diri dengan cepat dan tetap kolaps. Biasanya diperlukan tirah baring 5 sampai 7 hari setelah terjadi trombosis vena dalam. Waktu ini kurang lebih sama dengan waktu yang diperlukan trombus melekat pada dinding vena, sehingga menghindari terjadinya emboli.
$  Terapi Medik
      Pemberian antibiotika
Ampisilin 2 gram iv, kemudian 1 gram setiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kg/BB iv dosis tunggal/hari, metronidazol 500 mg iv setiap 8 jam. Lanjutkan antibiotika ini sampai Ibu tidak panas selama 24 jam.
Pemberian heparin jika terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya emboli pulmonum.
$  Terapi Operatif
            Pengikatan vena cava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru, meskipun sedang dilakukan heparinisasi.

b.      Tomboflebitis Femoralis (Flegmasia alba dolens)
M Definisi
      Tomboflebitis Femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena femoralis, vena poplitea dan vena safvena.
M Penilaian Klinik
O  Keadaan umum tetap baik
      Suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke 10-20, yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
O  Pada salah satu kaki yang terkena biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
~  Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas dibanding dengan kaki lainnya.
~  Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas.
~  Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.
~  Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri dan dingin, pulsasi menurun.
~  Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau setelah nyeri dan pada umumnya terdapat pada paha bagian atas, tetapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian meluas dari bawah ke atas
~  Nyeri pada betis, yang akan terjadi spontan atau dengan memijit betis atau dengan meregangkan tendo achiles (tanda homan).
M Penanganan
ü  Perawatan
      Kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, lakukan kompres pada kaki. Setelah mobilisasi kaki hendaknya tetap dibalut elastik atau memakai kaos kaki panjang yang elastik selama mungkin.
ü  Mengingat kondisi Ibu yag sangat jelek, sebaiknya jangan menyusui
ü  Terapi medik
Pemberian antibiotika dan analgetika

þ  TROMBOEMBOLI
I.       PENGERTIAN
            Tromboemboli adalah sumbatan pembuluh darah ibu akibat jendalan darah atau air ketuban.

II.    KLASIFIKASI
      Tromboemboli dalam masa nifas mencakup :
1.      Trombosis Vena Superfisial (TVS)
Lebih sering diderita oleh wanita dengan varises vena dan angka kejadian tidak dipengaruhi oleh intervensi obstetrik.
2.      Trombosis Vena Dalam (TVD)
Trombosis Vena Dalam sangat dipengaruhi oleh intervensi obstetrik, sebagai contoh tindakannya meningkat setelah tindakan bedah caesar. Penderita  Trombosis Vena Dalam yang tidak tertangani dengan baik akan mengalami embolisasi trombus pada pembuluh darah paru (EP) yang dapat berakibat fatal.
3.      Emboli paru (EP)

III. PATOGENESIS
Sejak tahun 1848, Virchow telah menyebutkan bahwa terjadinya trombosis selalu melibatkan 3 faktor yang saling berhubungan seiring dengan perubahan-perubahan fisiologik pada kehamilan yaitu :
1.      Perubahan Koagulasi selama kehamilan
      Pada kehamilan terjadi hiperkoagulabilitas darah yang disebabkan karena perubahan kadar faktor-faktor  pembekuan. Faktor I, II, VII, VIII, IX dan X kadarnya meningkat setelah trimester pertama yang diikuti peningkatan kadar faktor V, VII dan X pada saat persalinan. Faktor VIII kadarnya justru menurun. Kadar fibrinopeptida A dan monomer-monomer fibrin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya terjadi aktivasi sistem pembekuan selama kehamilan. Plasenta dan cairan amnion merupakan sumber dari tromboplastin jaringan (faktor III). Pengeluaran semua material ini dalam persalinan, akan merangsang jalur ekstrinsik pembekuan darah.
2.      Statis Vena
      Selama kehamilan sangat mungkin terjadi statis aliran darah vena. Hal ini disebabkan oleh karena : terjadi penurunan secara bertahap aliran darah vena dari kaki ke paha, obstruksi yang bermakna dari vena cava akibat penekanan oleh uterus yang membesar terutama mulai pertengahan kehamilan, turunnya tonus vena pada anggota gerak bawah yang dimulai sejak awal kehamilan, dilatasi vena panggul dan kemungkinan terjadinya disfungsi daun katup vena. Kesemuanya mempunyai potensial untuk meningkatkan resiko terjadinya penggumpalan trombosit (platelet clumping) dan pembekuan fibrin. Jika trombus telah terbentuk maka akan terjadi statis aliran darah yang progresif dengan akibat trombus yang makin luas. Keadaan ini dapat diperberat  dengan tirah baring yang lama ( prolonged bed rest ) dan proses persalinan dengan tindakan.
3.      Trauma endotellium vaskuler
      Endotellium vaskuler merupakan barier fisiologis terhadap trombosis diantaranya menghasilkan prostasiklin yang berfungsi mencegah terjadinya agregasi dan aktivasi trombosit. Pada kehamilan, dapat terjadi perubahan serat elastik tunika media dan kerusakan tunika intima akibat tingginya kadar estrogen. Demikian juga tindakan pembedahan dapat menyebabkan trauma/kerusakan secara langsung pada sel endotel sehingga merangsang produksi fibrin fibrin dan agregasi trombosit. Akibat pembedahan, lebih lanjut dapat terjadi inokulasi bakteri sehingga trauma endotel menjadi lebih berat dengan segala konsekuensinya.
4.      Kerusakan endotel pembuluh darah

  1. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko umum terjadinya Tromboemboli adalah :
J  Trombofilia Herediter ( Mutasi faktor V Leiden, defisiensi AT-III, defiensi protein C, defiensi protein S, hiperhomosistein dan mutasi gen protombin ).
J  Riwayat Tromboemboli sebelumnya
J  Penggunaan katub jantung artifisial
J  Fibrilasi atrial
J  Sindroma Antifosfolipid

Secara khusus faktor resiko dalam kehamilan dan masa kehamilan yang meningkatkan kecenderungan Tromboemboli adalah :
é  Bedah Caesar
é  Persalinan pervaginam dengan tindakan
é  Usia ibu yang risiko tinggi saat hamil dan bersalin
é  Supresi laktasi dengan menggunakan preparat estrogen
é  Sickle Cell Disease
é  Riwayat tromboflebitis sebelumnya
é  Penyakit jantung
é  Immobilisasi yang lama
é  Obesitas
é  Infeksi maternal dan insufisiensi vena kronik

Faktor resiko terjadinya Tromboemboli dalam kehamilan dan masa nifas menurut Biswas & Perloff (1994), yaitu :
Q  Merokok
Q  Preeklamsia
Q  Persalinan lama (prolonge labor)
Q  Anemia
Q  Perdarahan

  1. DIAGNOSIS
J  TANDA & GEJALA Trombosis Vena Superfisial (TVS) :
ú  Umumnya hanya terbatas pada vena superfisial dari sistem safena.
ú  Secara klinis daerah yang terlibat akan terlihat : kemerahan (eritema), pada palpasi terasa hangat atau panas, teraba vena superfisial seperti tali yang keras.
ú  Kelainan yang sering terjadi pada penderita dengan varises vena superfisial sebelumnya, yaitu : obesitas, immobilisasi yang lama dan katerisasi intravena.

J  TANDA & GEJALA Trombosis Vena Dalam (TVD) :
a  Sangat tergantung dari tempat dan besar trombus, status sirkulasi vena kolateral, derajat respons, dan inflamasi.
a  Hampir 80% mengenai tungkai kiri karena kompresi vena iliaka sinistra saat bersilangan dengan arteri illiaka dekstra dan kecepatan aliran darah terutama pada tungkai kiri yang jauh berkurang jika wanita hamil berbaring terlentang.

J  TANDA & GEJALA  EMBOLI PARU (EP) :
©  Sering didahului oleh adanya Tromboemboli pada ekstrimitas inferior dan pada beberapa lainnya Tromboemboli pada vena dalam pelvis yang asimtomatik) diketahui.
©  Tanda dan Gejala Umum adalah dispnea, nyeri dada, batuk, sinkop dan hemoptisis.

VI. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klasik Tromboemboli pada masa nifas (puerperal thrombophlebitis) yang disebut dengan Phlegmasia alba dolens atau Milk Leg, yaitu berupa :
Ÿ  Edema tungkai dan paha disertai rasa nyeri yang hebat
Nyeri pada otot betis baik spontan atau akibat regangan tendon achilles (Homan’s sign) tidak mempunyai arti klinis yang bermakna karena tanda yang sama seringkali ditemukan pada awal masa nifas akibat tekanan oleh penyangga betis meja obstetrik saat persalinan.
Ÿ  Sianosis lokal
Ÿ  Demam yang terjadi  karena terlibatnya vena dari kaki sampai regio illeofemoral

  1. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Obyektif yang dapat dilakukan meliputi :
1.      Invasif
H  Venografi
Sampai saat ini merupakan ”gold standart“ untuk diagnosis TVD namun karena dapat menyebabkan nyeri dan bahaya absorbsi radiasi pengion oleh janin, maka pemeriksaan ini dilakukan pada masa kehamilan.
H  Angiografi Paru
Pemeriksaan ini merupakan ”gold standart” untuk diagnosis Emboli Paru (EP), tetapi karena pemeriksaan ini invasif dan mahal maka hanya dilakukan jika pemeriksaan lain meragukan.
H  Ventilation Perfussion Scanning (VIQ Scan)
VIQ Scan merupakan pemeriksaan awal yang harus dilakukan pada kecurigaan Emboli Paru. Hasil pemeriksaan yang normal memastikan  Emboli paru tidak terjadi dan hasil yang high probalbility (sekurang-kurangnya terdapat defek perfusi pada satu segmen tetapi ventilasi normal) memastikan diagnostik Emboli paru.
2.      Non Invasif
H  Compresion Ultrasound (CUS)
American College of Obstetrician and Gynecologists (2000) menetapkan CUS sebagai salah satu cara pemeriksaan terpilih (procedure of choice) untuk diagnosa TVD paroksimal.
CUS dilakukan dengan menekankan transedur USG secara kuat (firm compression) untuk melihat adanya defect.
H  Impedance Phletysmography (IPG)
Dengan cara mengembangkan manset udara yang ditempatkan disekeliling paha unutk mengukur impedance flow. IPG mempunyai sensitifitas sebesar 83% dan spesifitas 92%.
H  Magnetic Resmance Venography (MRV)
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan batas-batas anatomis secara detail dan dapat menentukan ada tidaknya aliran darah pelvis. MRV mempunyai sensitifitas 100% dan spesifitas 90% terhadap TVD yang telah lebih khusus lagi MRV dapat menentukan faktor non trombosis sebagai penyebab gejala dan tanda yang mirip dengan tromboemboli. MRV sangat potensial untuk digunakan sebagai sarana diagnostik tromboemboli dalam kehamilan karena disamping sensitif juga tidak berhubungan dengan paparan radiasi. Kelemahan pemeriksaan ini adalah fasilitasnya yang masih terbatas dan mahalnya biaya pemeriksaan.

  1. TERAPI
a.       Trombosis Vena Superfisial (TVS)
ð  Pentalaksanaan untuk nyeri (analgesik)
ð  Thermal blanket
ð  Elevasi anggota gerak bawah untuk memperbaiki sirkulasi
ð  Pemberian anti inflamasi
ð  Anjukan mobilisasi secar bertahap setelah tirah baring selama 5-7 hari
ð  Anjurkan menggunakan elastic stocking
ð  Anjurkan tidak berdiri dalam waktu yang lama guna mencegah terjadinya infeksi berulang yang sering terjadi pada masa yang lama kehamilan dan segera setelah persalinan.
b.      Trombosis Vena Dalam (TVD) dan Emboli Paru (EP)
ð  Tujuan utama terapi untuk mencegah perluasan trombus, Emboli Paru dan Postphlebitic syndrome.
ð  Pertimbangkan keamanan obat bagi ibu dan janin, efektifitas dan terapi untuk keadaan akut atau tidak serta waktu kapan diberikan (dalam masa kehamilan, persalinan atau masa nifas)
ð  Obat yang digunakan dalam terapi Trombosis Vena Dalam (TVD) dalam kehamilan dan masa nifas :
1.      Heparin
            Heparin merupakan obat terpilih (drug of choice) untuk terapi awal trombosis vena akut dalam kehamilan. Obat ini merupakan anionic mucopolysaccharide dengan berat molekul 3.000 - 30.000. Dikarenakan ukuran molekulnya, heparin tidak masuk ke dalam plasenta dan sirkulasi janin atau air susu ibu. Tempat metabolisme utama adalah di hepar dan sistem retikuloendotel serta diekskresikan lewat urine. Fungsinya sebagai antitrombosis akan efektif bila berikatan dengan co - faktor antitrombin III. Waktu paruh heparin rata-rata 90 menit (dengan rentang 30 menit - 2,5 jam) setelah diberikan secara intravena.
            Mekanisme heparin dalam pencegahan pembekuan darah adalah heparin menghambat perubahan protombin menjadi trombin, yang selanjutnya mencegah perubahan fibrinogen menjadi fibrin. Heparin tidak mengganggu komponen – komponen darah secara signifikan, hanya heparin memperpanjang waktu pembekuan, bukan waktu perdarahan.
            Efek samping heparin bagi ibu yaitu berupa perdarahan, osteoporosis jika penggunaan dalam jangka panjang , trombositopeni , nyeri di tempat injeksi, hemoragi termasuk di tempat plasenta melekat, hipersensitivitas, memar, dan pembentukan hematoma. Monitoring waktu perdarahan yang teliti diperlukan untuk mengurangi masalah tersebut. Perdarahan yang berlebihan ditanggulangi dengan penghentian obat atau pemberian protamin sulfat. Dengan infus lambat obat terakhir akan terikat secara ionik dengan heparin membentuk kompleks tidak aktif yang stabil.
2.      Low Molecular Weight Heparin (LMWH)
            LMWH mempunyai berat molekul antara 3000 – 8000 (rata-rata 4500). waktu paruhnya lebih lama dibanding heparin (kurang lebih 4 jam ) juga bioavailabilitasnya lebih tinggi dibanding heparin jika diberikan secara subkutan. Secara primer kerja dari LMWH adalah menghambat faktor Xa tetapi efek antikoagulannya yang dominan adalah lewat hambatan pada trombin. Seperti halnya heparin, LMWH juga tidak masuk ke  dalam plasenta dan sirkulasi janin, tempat metabolisme yang utama adalah di ginjal.
            Preparat – preparat LMWH hanya sedikit berpengaruh terhadap Activated Partial Thromboplastin Time (APTT)  dan thrombine time sehingga umumnya tidak diperlukan monitoring terapi dengan pemeriksaan APTT atau aktifitas faktor Xa. Selain itu, penggunaan LMWH akan mengurangi risiko efek samping pemberian heparin seperti perdarahan, osteoporosis dan trombositopeni. Keuntungan lainnya adalah dapat diberikan hanya 1 atau 2 kali sehari.
3.      Antikoagulan oral
            Antikoagulan oral merupakan senyawa organik dengan berat molekul rendah yang secara cepat diabsorbsi dari tractus gastrointestinal. Obat-obat anti koagulan oral ini akan masuk ke dalam plasenta sehingga penggunaannnya dalam kehamilan perlu dipertimbangkan dengan seksama. Umumnya golongan antikoagulan oral dikontraindikasikan secara absolut bila diberikan pada trimester pertama dan kontraindikasi relatif pada trimester kedua dan ketiga dikarenakan obat-obat ini dapat menyebabkan skeletal embryopathy berupa epifises yang cepat menutup, hipoplasia nasal dan ekstrimitas superior pada janin jika diberikan kehamilan 6-12 minggu.
            Pengggunaan pada pertengahan kehamilan dapat menyebabkan atrofi optik, mikrosefali dan pertumbuhan terhambat. Risiko perdarahan pada janin dapat terjadi setiap saat dalam kehamilan sehingga menyebabkan angka kegagalan kehamilan yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut anti koagulan oral hanya diberikan pada keadaan tertentu (dengan tanpa mempertimbangkan risiko pada janin ) yaitu : jika penderita menggunakan katup jantung artifisial, kelainan katup mitral dengan tanda-tanda embolisasi dan jika terdapat kontraindikasi pemberian heparin.
            Anti koagulan oral bekerja dengan cara menghambat efek vitamin K dalam sintesis faktor II,VII, IX di hepar. Dikenal dua jenis golongan obat antagonis vitamin K ini yaitu : coumarin, dan derivat indanedione. Jenis yang paling banyak digunakan adalah sodium warfarin, dicumarol, ethyl biscoumacetate dan phenidione. Efek anti koagulan oral ini terdapat pembekuan darah dipantau dengan pemeriksaan Prothombin Time (PT) dan nilai yang diharapkan adalah sama dengan pada wanita tidak hamil yaitu 1,5-2,5 kali kontrol. 

No comments:

Post a Comment