TROMBOEMBOLI DAN TROMBO PLEBITIS
I. PENGERTIAN
Perluasan infeksi
nifas yang paling sering yaitu perluasan atau invasi mikroorganisme patogen
yang mengikuti aliran darah di sepanjang vena dan cabang-cabangnya sehingga
terjadi trombofeblitis.
II. KLASIFIKASI
a. Pelviotromboflebitis
s Definisi
Pelviotromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus
dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena hipogastrika.
Vena yang paling sering terkena ialah vena ovarika dekstra karena infeksi pada
tempat implantasi plasenta terletak di bagian atas uterus ; proses biasanya
unilateral. Perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra adalah ke vena
renalis, sedangkan perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra ialah ke vena
cava inferior. Peritoneum yang menutupi vena ovarika dekstra mengalami inflamasi
dan akan menyebabkan pingo-ooforitus dan periapendisitis. Perluasan infeksi
dari vena uterina adalah ke vena iliaka komunis.
s Manifestasi Klinis
1 Nyeri
Terdapat pada perut bagian bawah dan atau
perut bagian samping. Timbul pada hari ke 2- 3 masa nifas dengan atau tanpa
panas
1 Penderita tampak sakit berat dengan
gambaran karakteristik berikut :
ü Menggigil berulang kali
Menggigil inisial terjadi sangat berat (
30 – 40 menit ) dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3
hari.
ü Suhu badan naik turun secara tajam ( 360
C menjadi 400 C ), yang diikuti dengan penurunan sushu dalam 1 jam (
biasanya subfebris seperti pada endometritis ).
ü Penyakit dapat berlangsung selama 1 –
3 bulan.
ü Cenderung berbentuk pus yang menjalar
kemana-mana terutama ke paru-paru.
s Pemeriksaan :
Gambaran Darah
! Terdapat leukositosis (meskipun setelah
endotoksin menyebar ke sirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia).
! Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada
saat yang tepat sebelum mulainya menggigil, meskipun bakteri ditemukan di dalam
darah selama menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya
adalah anaerob.
Pemeriksaan Dalam
a Utrasonografi Doppler
Dilakukan dengan cara
meletakkan probe doppler diatas vena yang tersumbat. Bacaan aliran
doppler tampak lebih kecil dibanding tungkai sebelahnya atau tidak ada sama
sekali. Metode ini relatif mudah dilakukan, murah, praktis dan cepat.
Pencitraan vena ganda digunakan untuk mendapatkan informasi anatomis selain
untuk mengkaji parameter fisiologis.
a Pletismografi Impedansi
Digunakan untuk mengukur
perbedaan volume darah dalam vena. Manset tekanan darah dipasang pada paha
pasien dan dikembungkan secukupnya (sekitar 50 sampai 60 mmHg ) sampai aliran
arteri berhenti. Kemudian gunakan elektroda betis untuk mengukur tahanan
elektris yang terjadi akibat perubahan volume darah dalam vena. Apabila
terdapat trombosis vena dalam, peningkatan volume vena yang normalnya terjadi
akibat terperangkapnya darah dibawah ikatan manset akan lebih rendah dari yang
diharapakan. Hasil false-positive
dapat terjadi akibat dari berbagai faktor yang menyebabkan
vasokonstriksi, peninggian tekanan vena, penurunan curah jantung, atau kompresi
eksternal pada vena. False-negative dapat terjadi akibat adanya trobosis
lama, menimbulkan sirkulasi kolateral yang adekuat atau dari flebitis
superfisial.
s Komplikasi :
G Komplikasi pada paru-paru ( infark,
abses,pneumonia)
G Komplikasi pada ginjal sinistra, nyeri
mendadak, yang diikuti dengan proteinuria dan hematuria.
G Komplikasi pada persendian, mata dan
jaringan subkutan.
s Penanganan :
$ Rawat Inap
Penderita tirah baring untuk pemantauan
gejala penyakit dan mencegah terjadinya emboli pulmonum.
Saat pasien berbaring di
tempat tidur, kaki dan tungkai bawah harus ditinggikan beberapa kali lebih
tinggi dari jantung. Posisi ini memungkinkan vena superfisial dan tibialis
mengosongkan diri dengan cepat dan tetap kolaps. Biasanya diperlukan tirah baring
5 sampai 7 hari setelah terjadi trombosis vena dalam. Waktu ini kurang lebih
sama dengan waktu yang diperlukan trombus melekat pada dinding vena, sehingga
menghindari terjadinya emboli.
$ Terapi Medik
Pemberian antibiotika
Ampisilin 2 gram iv, kemudian
1 gram setiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kg/BB iv dosis tunggal/hari,
metronidazol 500 mg iv setiap 8 jam. Lanjutkan antibiotika ini sampai Ibu tidak
panas selama 24 jam.
Pemberian heparin jika
terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya emboli pulmonum.
$ Terapi Operatif
Pengikatan vena cava inferior dan
vena ovarika jika emboli septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru,
meskipun sedang dilakukan heparinisasi.
b. Tomboflebitis Femoralis (Flegmasia alba
dolens)
M Definisi
Tomboflebitis Femoralis mengenai vena-vena
pada tungkai, misalnya vena femoralis, vena poplitea dan vena safvena.
M Penilaian Klinik
O Keadaan umum tetap baik
Suhu badan subfebris selama 7-10 hari,
kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke 10-20, yang disertai dengan
menggigil dan nyeri sekali.
O Pada salah satu kaki yang terkena biasanya
kaki kiri akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
~ Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan
rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas dibanding dengan kaki lainnya.
~ Seluruh bagian dari salah satu vena pada
kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas.
~ Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah
paha.
~ Reflektorik akan terjadi spasmus arteria
sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri dan dingin, pulsasi
menurun.
~ Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau
setelah nyeri dan pada umumnya terdapat pada paha bagian atas, tetapi lebih
sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian meluas dari bawah
ke atas
~ Nyeri pada betis, yang akan terjadi
spontan atau dengan memijit betis atau dengan meregangkan tendo achiles (tanda
homan).
M Penanganan
ü Perawatan
Kaki ditinggikan untuk mengurangi edema,
lakukan kompres pada kaki. Setelah mobilisasi kaki hendaknya tetap dibalut
elastik atau memakai kaos kaki panjang yang elastik selama mungkin.
ü Mengingat kondisi Ibu yag sangat jelek,
sebaiknya jangan menyusui
ü Terapi medik
Pemberian antibiotika dan
analgetika
þ TROMBOEMBOLI
I. PENGERTIAN
Tromboemboli
adalah sumbatan pembuluh darah ibu akibat jendalan darah atau air ketuban.
II. KLASIFIKASI
Tromboemboli dalam masa nifas mencakup :
1. Trombosis Vena Superfisial (TVS)
Lebih sering diderita
oleh wanita dengan varises vena dan angka kejadian tidak dipengaruhi oleh
intervensi obstetrik.
2. Trombosis Vena Dalam (TVD)
Trombosis Vena Dalam
sangat dipengaruhi oleh intervensi obstetrik, sebagai contoh tindakannya
meningkat setelah tindakan bedah caesar. Penderita Trombosis Vena Dalam yang tidak tertangani
dengan baik akan mengalami embolisasi trombus pada pembuluh darah paru (EP)
yang dapat berakibat fatal.
3. Emboli paru (EP)
III. PATOGENESIS
Sejak tahun 1848, Virchow telah
menyebutkan bahwa terjadinya trombosis selalu melibatkan 3 faktor yang saling
berhubungan seiring dengan perubahan-perubahan fisiologik pada kehamilan yaitu
:
1. Perubahan Koagulasi selama kehamilan
Pada kehamilan terjadi hiperkoagulabilitas darah yang
disebabkan karena perubahan kadar faktor-faktor
pembekuan. Faktor I, II, VII, VIII, IX dan X kadarnya meningkat setelah
trimester pertama yang diikuti peningkatan kadar faktor V, VII dan X pada saat
persalinan. Faktor VIII
kadarnya justru menurun. Kadar fibrinopeptida A dan monomer-monomer fibrin
meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya terjadi aktivasi sistem
pembekuan selama kehamilan. Plasenta dan cairan amnion merupakan sumber dari
tromboplastin jaringan (faktor III). Pengeluaran semua material ini dalam
persalinan, akan merangsang jalur ekstrinsik pembekuan darah.
2. Statis Vena
Selama kehamilan sangat mungkin terjadi statis aliran darah vena.
Hal ini disebabkan oleh karena : terjadi penurunan secara bertahap aliran darah
vena dari kaki ke paha, obstruksi yang bermakna dari vena cava akibat penekanan
oleh uterus yang membesar terutama mulai pertengahan kehamilan, turunnya tonus
vena pada anggota gerak bawah yang dimulai sejak awal kehamilan, dilatasi vena
panggul dan kemungkinan terjadinya disfungsi daun katup vena. Kesemuanya
mempunyai potensial untuk meningkatkan resiko terjadinya penggumpalan trombosit
(platelet clumping) dan pembekuan fibrin. Jika trombus telah terbentuk maka
akan terjadi statis aliran darah yang progresif dengan akibat trombus yang
makin luas. Keadaan ini dapat diperberat
dengan tirah baring yang lama ( prolonged bed rest ) dan proses
persalinan dengan tindakan.
3. Trauma endotellium vaskuler
Endotellium vaskuler merupakan barier fisiologis terhadap
trombosis diantaranya menghasilkan prostasiklin yang berfungsi mencegah
terjadinya agregasi dan aktivasi trombosit. Pada kehamilan, dapat terjadi
perubahan serat elastik tunika media dan kerusakan tunika intima akibat
tingginya kadar estrogen. Demikian juga tindakan pembedahan dapat menyebabkan
trauma/kerusakan secara langsung pada sel endotel sehingga merangsang produksi
fibrin fibrin dan agregasi trombosit. Akibat pembedahan, lebih lanjut dapat
terjadi inokulasi bakteri sehingga trauma endotel menjadi lebih berat dengan
segala konsekuensinya.
4. Kerusakan endotel pembuluh darah
- FAKTOR
RESIKO
Faktor resiko umum terjadinya Tromboemboli
adalah :
J Trombofilia Herediter ( Mutasi faktor V
Leiden, defisiensi AT-III, defiensi protein C, defiensi protein S,
hiperhomosistein dan mutasi gen protombin ).
J Riwayat Tromboemboli sebelumnya
J Penggunaan katub jantung artifisial
J Fibrilasi atrial
J Sindroma Antifosfolipid
Secara khusus faktor resiko dalam
kehamilan dan masa kehamilan yang meningkatkan kecenderungan Tromboemboli
adalah :
é Bedah Caesar
é Persalinan pervaginam dengan tindakan
é Usia ibu yang risiko tinggi saat hamil dan
bersalin
é Supresi laktasi dengan menggunakan
preparat estrogen
é Sickle Cell Disease
é Riwayat tromboflebitis sebelumnya
é Penyakit jantung
é Immobilisasi yang lama
é Obesitas
é Infeksi maternal dan insufisiensi vena
kronik
Faktor resiko terjadinya Tromboemboli
dalam kehamilan dan masa nifas menurut Biswas & Perloff (1994), yaitu :
Q Merokok
Q Preeklamsia
Q Persalinan lama (prolonge labor)
Q Anemia
Q Perdarahan
- DIAGNOSIS
J TANDA & GEJALA Trombosis Vena
Superfisial (TVS) :
ú Umumnya hanya terbatas pada vena
superfisial dari sistem safena.
ú Secara klinis daerah yang terlibat
akan terlihat : kemerahan (eritema), pada palpasi terasa hangat atau panas,
teraba vena superfisial seperti tali yang keras.
ú Kelainan yang sering terjadi pada
penderita dengan varises vena superfisial sebelumnya, yaitu : obesitas,
immobilisasi yang lama dan katerisasi intravena.
J TANDA & GEJALA Trombosis Vena
Dalam (TVD) :
a Sangat tergantung dari tempat dan besar
trombus, status sirkulasi vena kolateral, derajat respons, dan inflamasi.
a Hampir 80% mengenai tungkai kiri karena
kompresi vena iliaka sinistra saat bersilangan dengan arteri illiaka dekstra
dan kecepatan aliran darah terutama pada tungkai kiri yang jauh berkurang jika
wanita hamil berbaring terlentang.
J TANDA & GEJALA EMBOLI PARU (EP) :
© Sering didahului oleh adanya Tromboemboli
pada ekstrimitas inferior dan pada beberapa lainnya Tromboemboli pada vena
dalam pelvis yang asimtomatik) diketahui.
© Tanda dan Gejala Umum adalah dispnea,
nyeri dada, batuk, sinkop dan hemoptisis.
VI. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klasik Tromboemboli pada masa
nifas (puerperal thrombophlebitis) yang disebut dengan Phlegmasia alba dolens
atau Milk Leg, yaitu berupa :
Edema tungkai dan paha disertai rasa nyeri
yang hebat
Nyeri pada otot betis baik
spontan atau akibat regangan tendon achilles (Homan’s sign) tidak mempunyai
arti klinis yang bermakna karena tanda yang sama seringkali ditemukan pada awal
masa nifas akibat tekanan oleh penyangga betis meja obstetrik saat persalinan.
Sianosis lokal
Demam yang terjadi karena terlibatnya vena dari kaki sampai
regio illeofemoral
- PEMERIKSAAN
Pemeriksaan
Obyektif yang dapat dilakukan meliputi :
1. Invasif
H Venografi
Sampai saat ini merupakan
”gold standart“ untuk diagnosis TVD namun karena dapat menyebabkan nyeri dan
bahaya absorbsi radiasi pengion oleh janin, maka pemeriksaan ini dilakukan pada
masa kehamilan.
H Angiografi Paru
Pemeriksaan ini merupakan
”gold standart” untuk diagnosis Emboli Paru (EP), tetapi karena pemeriksaan ini
invasif dan mahal maka hanya dilakukan jika pemeriksaan lain meragukan.
H Ventilation Perfussion Scanning (VIQ Scan)
VIQ Scan merupakan pemeriksaan
awal yang harus dilakukan pada kecurigaan Emboli Paru. Hasil pemeriksaan yang
normal memastikan Emboli paru tidak
terjadi dan hasil yang high probalbility (sekurang-kurangnya terdapat defek
perfusi pada satu segmen tetapi ventilasi normal) memastikan diagnostik Emboli
paru.
2. Non Invasif
H Compresion Ultrasound (CUS)
American College of
Obstetrician and Gynecologists (2000) menetapkan CUS sebagai salah satu cara
pemeriksaan terpilih (procedure of choice) untuk diagnosa TVD paroksimal.
CUS dilakukan dengan
menekankan transedur USG secara kuat (firm compression) untuk melihat adanya
defect.
H Impedance Phletysmography (IPG)
Dengan cara mengembangkan
manset udara yang ditempatkan disekeliling paha unutk mengukur impedance flow.
IPG mempunyai sensitifitas sebesar 83% dan spesifitas 92%.
H Magnetic Resmance Venography (MRV)
Pemeriksaan ini dapat
menggambarkan batas-batas anatomis secara detail dan dapat menentukan ada
tidaknya aliran darah pelvis. MRV mempunyai sensitifitas 100% dan spesifitas
90% terhadap TVD yang telah lebih khusus lagi MRV dapat menentukan faktor non
trombosis sebagai penyebab gejala dan tanda yang mirip dengan tromboemboli. MRV
sangat potensial untuk digunakan sebagai sarana diagnostik tromboemboli dalam
kehamilan karena disamping sensitif juga tidak berhubungan dengan paparan radiasi.
Kelemahan pemeriksaan ini adalah fasilitasnya yang masih terbatas dan mahalnya
biaya pemeriksaan.
- TERAPI
a. Trombosis Vena Superfisial (TVS)
ð Pentalaksanaan untuk nyeri (analgesik)
ð Thermal blanket
ð Elevasi anggota gerak bawah untuk
memperbaiki sirkulasi
ð Pemberian anti inflamasi
ð Anjukan mobilisasi secar bertahap setelah
tirah baring selama 5-7 hari
ð Anjurkan menggunakan elastic stocking
ð Anjurkan tidak berdiri dalam waktu yang
lama guna mencegah terjadinya infeksi berulang yang sering terjadi pada masa
yang lama kehamilan dan segera setelah persalinan.
b. Trombosis Vena Dalam (TVD) dan Emboli Paru
(EP)
ð Tujuan utama terapi untuk mencegah
perluasan trombus, Emboli Paru dan Postphlebitic syndrome.
ð Pertimbangkan keamanan obat bagi ibu dan
janin, efektifitas dan terapi untuk keadaan akut atau tidak serta waktu kapan
diberikan (dalam masa kehamilan, persalinan atau masa nifas)
ð Obat yang digunakan dalam terapi Trombosis
Vena Dalam (TVD) dalam kehamilan dan masa nifas :
1. Heparin
Heparin merupakan obat terpilih (drug of choice)
untuk terapi awal trombosis vena akut dalam kehamilan. Obat ini merupakan anionic
mucopolysaccharide dengan berat molekul 3.000 - 30.000. Dikarenakan ukuran
molekulnya, heparin tidak masuk ke dalam plasenta dan sirkulasi janin atau air
susu ibu. Tempat metabolisme utama adalah di hepar dan sistem retikuloendotel
serta diekskresikan lewat urine. Fungsinya sebagai antitrombosis akan efektif
bila berikatan dengan co - faktor antitrombin III. Waktu paruh heparin
rata-rata 90 menit (dengan rentang 30 menit - 2,5 jam) setelah diberikan secara
intravena.
Mekanisme heparin dalam pencegahan pembekuan darah adalah
heparin menghambat perubahan protombin menjadi trombin, yang selanjutnya
mencegah perubahan fibrinogen menjadi fibrin. Heparin tidak mengganggu komponen
– komponen darah secara signifikan, hanya heparin memperpanjang waktu
pembekuan, bukan waktu perdarahan.
Efek samping heparin bagi ibu yaitu berupa perdarahan,
osteoporosis jika penggunaan dalam jangka panjang , trombositopeni , nyeri di
tempat injeksi, hemoragi termasuk di tempat plasenta melekat,
hipersensitivitas, memar, dan pembentukan hematoma. Monitoring waktu perdarahan
yang teliti diperlukan untuk mengurangi masalah tersebut. Perdarahan yang
berlebihan ditanggulangi dengan penghentian obat atau pemberian protamin
sulfat. Dengan infus lambat obat terakhir akan terikat secara ionik dengan
heparin membentuk kompleks tidak aktif yang stabil.
2. Low Molecular Weight Heparin (LMWH)
LMWH mempunyai berat molekul antara 3000 – 8000
(rata-rata 4500). waktu paruhnya lebih lama dibanding heparin (kurang lebih 4
jam ) juga bioavailabilitasnya lebih tinggi dibanding heparin jika diberikan
secara subkutan. Secara primer kerja dari LMWH adalah menghambat faktor Xa
tetapi efek antikoagulannya yang dominan adalah lewat hambatan pada trombin.
Seperti halnya heparin, LMWH juga tidak masuk ke dalam plasenta dan sirkulasi janin, tempat
metabolisme yang utama adalah di ginjal.
Preparat – preparat LMWH hanya sedikit berpengaruh
terhadap Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) dan thrombine time sehingga umumnya
tidak diperlukan monitoring terapi dengan pemeriksaan APTT atau aktifitas
faktor Xa. Selain itu, penggunaan LMWH akan mengurangi risiko efek samping
pemberian heparin seperti perdarahan, osteoporosis dan trombositopeni.
Keuntungan lainnya adalah dapat diberikan hanya 1 atau 2 kali sehari.
3. Antikoagulan oral
Antikoagulan oral merupakan senyawa organik dengan berat
molekul rendah yang secara cepat diabsorbsi dari tractus gastrointestinal.
Obat-obat anti koagulan oral ini akan masuk ke dalam plasenta sehingga
penggunaannnya dalam kehamilan perlu dipertimbangkan dengan seksama. Umumnya
golongan antikoagulan oral dikontraindikasikan secara absolut bila diberikan
pada trimester pertama dan kontraindikasi relatif pada trimester kedua dan
ketiga dikarenakan obat-obat ini dapat menyebabkan skeletal embryopathy
berupa epifises yang cepat menutup, hipoplasia nasal dan ekstrimitas superior
pada janin jika diberikan kehamilan 6-12 minggu.
Pengggunaan pada pertengahan kehamilan dapat menyebabkan
atrofi optik, mikrosefali dan pertumbuhan terhambat. Risiko perdarahan pada
janin dapat terjadi setiap saat dalam kehamilan sehingga menyebabkan angka
kegagalan kehamilan yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut anti koagulan oral
hanya diberikan pada keadaan tertentu (dengan tanpa mempertimbangkan risiko
pada janin ) yaitu : jika penderita menggunakan katup jantung artifisial,
kelainan katup mitral dengan tanda-tanda embolisasi dan jika terdapat
kontraindikasi pemberian heparin.
Anti koagulan oral bekerja dengan cara menghambat efek
vitamin K dalam sintesis faktor II,VII, IX di hepar. Dikenal dua jenis golongan
obat antagonis vitamin K ini yaitu : coumarin, dan derivat indanedione.
Jenis yang paling banyak digunakan adalah sodium warfarin, dicumarol, ethyl
biscoumacetate dan phenidione. Efek anti koagulan oral ini terdapat
pembekuan darah dipantau dengan pemeriksaan Prothombin Time (PT) dan nilai yang
diharapkan adalah sama dengan pada wanita tidak hamil yaitu 1,5-2,5 kali
kontrol.
No comments:
Post a Comment