Happy studying, may be useful ...

Dear readers ...
for completeness this blog, we hope the comments that build ... ok thank you :)

" Health is not everything, but whithout health everything is nothing "

Wednesday, August 22, 2012

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS AKUT


LAPORAN PENDAHULUAN
BRONKITIS AKUT
 
Di Indonesia telah diadakan penelitian tentang penyakit Bronkis di poliklinik konsultasi paru rumah sakit persahabatan Jakarta. Nawas dan kawan-kawan mendapat 2,6 % penderita yang berobat adalah penyakit paru obstruksi menahun, tetapi penderita bronkitis akut yang dirawat di sub unit pulmonologi UPF / laboratorium UNPAD Bandung selama tahun 1968 – 1978 adalah 6,21% seluruh penderita paru (Soeparman, 2001 : 873), dari catatan rumah sakit Marga Husada Wonogiri tahun 2003 ditemukan penderita ISPA pada bayi dan anak sebesar 11,9% sedangkan 3,6 % adalah penderita bronkitis akut.

 Pengertian.
Bronkitis akut adalah suatu peradangan dari bronkioli, bronkus dan trakea, oleh berbagai sebab (Junadi, 2000 : 206). Sedangkan menurut Ngastiyah (1997 : 37) bronkitis akut merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bahwa yang sering dijumpai.
Menurut Doenges 1998 : 2-27. Proses keperawatan merupakan metode pemberian asuhan keperawatan pada pasien yang logis, sistematis dan teratur yang meliputi 5 tahap proses keperawatan yaitu :

1.         Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara keseluruhan yang meliputi pengumpulan, validasi, pengelompokan, dan dokumentasi data.
2.         Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan masalah kesehatan pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
3.         Perncanaan merupakan proses keperawatan dimana tujuan atau hasilnya ditentukan dalam intervensi dipilih.
4.         Implementasi merupakan proses keperawatan dimana tujuan atau hasilnya ditentukan dalam intervensi dipilih.
5.         Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang berguru untuk mengetahui sejauhmana keefektifan yang muncul pada pasien.
Asuhan keperawatan pada bronkitis adalah asuhan keperawatan yang meliputi 5 tahap proses keperawatan guna menanggulangi resiko terjadinya komplikasi (Mansjoer, 2001 : 471).

 Etiologi.
  1. Faktor Presipitasi
Virus misal : Respiratory sincytial virus (RSV), virus influenza, virus para influenza dan coxsackie virus.
  1. Faktor Predisposisi
    1. Alergi
    2. Perubahan cuaca
    3. Polusi udara
(Ngastiyah, 1997 : 37)



Gambaran Klinis
  1. Mula-mula batuk kering tidak produktif.
  2. Telah 2 – 3 hari batuk mulai berdahak dan menimbulkan suara ronki.
  3. Suara tidak nyaman pada subterna (nyeri pada dada depan).
  4. Batuk biasanya menghilang setelah 2 – 3 minggu.
  5. Pemeriksaan auskultasi akan ditemui suara-suara pernapasan yang semakin kasar.
(Behrman, M.D., 1993 : 612)

Komplikasi
  1. Bronkitis kronik
  2. Empisema
  3. Kor pulmonale
  4. Kegagalan pernapasan
(Rab, 1996 : 215 – 216)

Penatalaksanaan
  1. Data Penunjang
a.       Pemeriksaan fisik, TTV lengkap, observasi, dan inspeksi.
b.      Pemeriksaan laboratorium, gas darah arteri, sediaan hapus sputum, jumlah leukosit.
c.       Pemeriksaan foto rontgen dada.
(John Mills, 1993 : 34 – 36)

  1. Prinsip Penatalaksanaan
a.       Pemberian O2 jika diperlukan.
b.      Obat penekan batuk tidak diberikan pada batuk banyak lendir, lebih baik diberi banyak air.
c.       Pemberian antibiotik.
(Ngastiyah, 37 – 38)
  
Pathway

Perubahan cuaca, polusi udara

Efek sebagai zat iritan

Kerja silia dan kemampuan pagosit
menurun

hipertropi kelenjar mukus
dari trakeobronkial
dan peningkatan sekusi sel goblet

Peradangan bronkus dan bronkiolus
(rusaknya bronkiolus kecil)

Penyempitan saluran bronkus
Oleh substansi mukopurulen

Penumpukan sekret                            

Obstruksi brunkus

Obstruksi jalan nafas oleh Sekresi

Saluran pernafasan lebih cepat dan lebih banyak tertutup

Gangguan suplai O2 dan
kerusakan dinding alveoli

 Vasokonstriksi pembuluh darah                

Ventilasi dan perkusi tidak seimbang

Hipoksia dan sesak nafas

Penurunan perfusi jaringan

Sumber : Wilson, 1995 ;  Sumantri, 2001  ;  Barbara C. Long, 1996
G.    Tumbuh Kembang Anak.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram) ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan – keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan netrogen tubuh). Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramaikan sebgai hasil dari proses pematangan. (Soetjiningsih, 1998).
Bagian psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bersama unit kerja Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia menyusun skema Praktis Perkembangan mental anak balita yang disebut skala yaumil – mimi.
3 sampai 6 bulan : a) Mengangkat kepala 90 derajat dengan mengangkat dada dengan bertopang tangan (tengkurap); b) Mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannnya atau diluar jangkauannya; c) Menaruh benda–benda di mulutnya; d) Berusaha memperluas lapangan pandangan; e) Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain; f) Mulai berusaha mencari benda – benda yang hilang;

Reaksi Hospitalisasi Bayi Dan Anak.
Hospitalisasi adalah suatu keadaan atau kondisi seseorang yang berada dalam lingkungan rumah sakit. Bayi dan anak mempunyai ciri – ciri tersendiri di dalam menanggapi reaksi hospitalisasinya. Berkomunikasi merupakan cara berhubungan yang efektif untuk menghilangkan semua ketakutan atau ketidaknyamanan anak, ada beberapa metode koping dan reaksi stress sesuai tahap tumbuh kembang anak.
Masa infant (usia 0 – 1 tahun)
1.    Hubungan percaya dan ketidakpercayaan sangat mendasari perkembangan anak.
2.    Reaksi tingkah laku yang ditimbulkan anak pada masa ini adalah :
a. Fase Protes.
Menangis keras, menjerit, mencari – cari orang tua melalui gerakan mata, berpegang erat pada orang tua menghindari dan menolak orang asing, tingkah laku menangis akan berlanjut, mungkin berhenti bila lelah.
b. Fase Putus Asa.
Tingkah laku tidak aktif, menarik diri depresi sedih tidak tertarik dengan lingkungan, kondisi fisik mungkin menurun atau memburuk karena anak menolak untuk makan, minum dan bergerak.
c. Fase  Menyangkal.
Tingkah laku  menunjukkan peningkatan ketertarikan terhadap lingkungan sekitarnya, berinteraksi dengan orang asing dan perawat, bermain dengan orang lain, membentuk hubungan baik, terlihat senang.

Kebutuhan Bermain  Anak.
Anak tidak memisahkan antara bermain dan bekerja, bayi enak bermain merupakan seluruh aktiviatas anak termasuk bekerja, kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih, anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya.
Melalui bermain mereka mendapatkan pengalaman hidup yang nyata. Dengan bermain anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya cara menyelesaikan tugas – tugas dalam bermain, dan lain-lain  anak yang mendapatkan kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah berteman, kreatif, dan cerdas bila di bandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain (Soedjiningsih, 1998 : 47)
Menurut Padmono S yag dikutip dari Titi. S 1993 ada beberapa ciri alat permainan anak sesuai umur, sebagai berikut :
Usia 0 – 1 tahun
       Tujuan bermain :
1.      Melatih refleks – refleks (untuk anak berumur 1 bulan) misalnya menghisap, menggenggam.
2.    Melatih kerjasama mata dan tangan.
3.    Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
4.    Melatih mengenal sumber asal suara.
5.    Melatih kepekaan perabaan.
6.    Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang – ulang.
Alat permainan    
1.      Benda – benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
2.      Bola dengan giring – giring di dalamnya
3.      Mainan berwarna terang dan mudah dipegang.
4.      Alat permainan yang berbunyi
5.      Mainan besar yang dapat ditarik, dan didorong.

Imunisasi.
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu.
Macam – macam imunisasi :
1.      Imunisasi BCG.
Tujuan :
Membuat kekebalan akut terhadap penyakit TBC
Jadwal  Pemberian :
a.       bayi umur 0 – 11 bulan/ 0 – 2 bulan
b.      Vaksin ulang pada umur 5 tahun
2.      Imunisasi DPT.
Tujuan :
Memberi kekebalan aktif  yang bersamaan pada penyakit DPT.
Jadwal Pemberian :
a.       Bayi umur 2 – 11 bulan
b.      Imunisasi ulang pada umur 1 ½  - 2 tahun
c.       Diulang kembali DPT pada usia 5 – 6 tahun dan 10 tahun.
3.      Imunisasi Polio
Tujuan :
Memberikan kekebalan terhadap penyakit Pohomyelitis.
Jadwal Pemberian :
a.       Pada bayi umur 2 – 11 bulan
b.       Pemberian ulang 1 ½  - 2 tahun dan 5 tahun.
4.      Imunisasi Campak.
Tujuan :
Memberikan kekebalan terhadap penyakit campak.
Jadwal pemberian
c.       Pada umur 9 – 11 bulan
5.      Imunisasi Hepatitis A.
Tujuan :
Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis A.

Pengolahan Kasus.
Fokus Intervensi
1.      Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret. ( Doengoes, 2000 : 150)
            Tujuan  : Jalan napas kembali aktif.
            Intervensi :
a.       Kaji  frekwensi  pernapasan.
b.      Kaji pasien untuk posisi nyaman
c.       Observasi karakteristik batuk
d.      Auskultasi bunyi napas (mengi, ronki)
e.       Anjurkan pasien untuk minum air hangat
f.       Anjurkan pasien untuk napas dalam dan batuk efektif.
g.      Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.
Misal : Bronkodilator, steroid antihistamin.
2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan napas, perubahan suplai O2. ( Doengoes, 2000, 158).
Tujuan : Pertukaran gas efektif.
Intervensi :
a.       Kaji frekwensi kedalaman pernapasan
b.      Kaji secara rutin warna kulit dan warna memban mukosa
c.       Analisa tingkat kesadaran
d.      Awasi tanda vital dan irama jantung
e.       Dorong mengeluarkan sputum : penghisapan bila diindikasikan.
f.       Bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas
g.      Batasi aktivitas pasien
h.      Kolaborasi pemberian O2 tambahan sesuai indikasi.
3.      Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman O2 atau nutrisi ke sel.
Tujuan : Perfusi jaringan adekuat
Intervensi :
a.       Kaji tanda-tanda vital
b.       Kaji warna kulit, membran mukosa, ujung ekstremitas
c.       Tinggikan kepala sesuai toleransi
d.      Pertahankan bebas stress yang tenang untuk istirahat
e.       Pertahankan tirah baring
f.        Bantu kebutuhan pasien dalam ubah posisi, napas dalam, eliminasi
g.       Kolaborasi untuk cek ulang Hb
h.       Kolaborasi dalam pemberian transfusi darah.
4.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan produksi sputum (Doengoes,2000 : 159)
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan adanya peningkatan berat badam menuju tujuan yang tepat.
Intervensi :
a.       Kaji kebiasaan diet.
b.      Dorong periode istirahat selama satu jam.
c.       Anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering.
d.      Berikan makanan hangat
e.       Timbang berat badan secara teratur
f.       Auskultasi bunyi usus
g.      Berikan vitamin/ mineral/ elektrolit sesuai indikasi
5.      Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan penurunan kerja silia        ( Doengoes, 2000 : 160)
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Intervensi :
a.       Observasi suhu
b.      Observasi warna karakteristik bau sputum
c.       Awasi pengunjung, berikan masker sesuai indikasi.
d.      Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat
e.       Jelaskan pentingnya latihan napas  dalam batuk efektif, perubahan posisi dan masukan cairan adekuat.
f.       Jelaskan pentingnya latihan napas dalam batuk efektif, perubahan posisi dan masukan cairan adekuat.
g.      Dorong keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
  1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia, kelemahan. (Engram, 1999 : 156)
Tujuan : Pasien mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas.
Intervensi :
a.       Identifikasi faktor yang dapat mendukung klien untuk toleransi terhadap aktivitas.
b.      Atur jadwal pasien untuk pemberian waktu istirahat antara istirahat dan tidur yang cukup.
c.       Bantu pasien dalam merencanakan periode istirahat.
d.      Pertahankan masukan nutrisi yang diprogramkan.
e.       Anjurkan aktivitas yang ringan.
f.       Bantu pasien dalam merencanakan jadwal aktivitas tiap hari.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman E Richard. (1993). Ilmu Kesehatan Anak. Texbook of Pediatrics. Alih Bahasa : Moeliaradja Siregar. Jakarta : EGC.
Carpenito Lynda Juall. (2000). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 6. Jakarta :  EGC.
Doenges Marylin E. (1998). Nursing Care Plans. Jakarta : ECG.
Engram Barbara C. (1998). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 6. Jakarta :  EGC.
Kim, Mi Ja, et all. (1995). Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa : Ni Luh Gede, Yasmin Asih. Edisi 5. Jakarta : EGC.
Mansjoer Arief. (1999) Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Edisi 3. Media Jakarta : Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.
Mills John. (1993). Gawat Darurat Paru. Current Emergency Diagnosis and Treatment. Alih Bahasa : Sonny Samsudin. Jakarta :  EGC.
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta :  EGC.
Prince Sylvia Anderson. (1993). Patofisiologi, Konsep Klinik Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta :  EGC.
Rab Tabrani. (1996). Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Hipokrates.
Soeparman. (2001). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Jakarta : FKUI.

No comments:

Post a Comment